[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]S[/dropcap]usu sapi dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada anak yang paling sering dan paling awal dijumpai dalam kehidupan si kecil. Alergi susu sapi (ASS) adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap susu sapi. Diperkirakan insidens ASS 2-3% di antara keseluruhan bayi. Sedangkan di antara bayi umur 1 tahun dengan dermatitis atopik, 30-45% disebabkan oleh ASS.
Reaksi alergi bisa mengenai organ pernapasan (paru), kulit, dan gejala saluran cerna, atau bahkan geala sistemik berupa anafilaksis (sesak napas). Pada bayi ASS dapat juga memberikan gejala reaksi lambat yang timbul setelah 24 jam berupa sindroma kolik.
Alergi susu sapi 80% akan hilang atau menjadi toleran sebelum usia 3 tahun. Penanganan alergi susu sapi adalah penghindaran susu sapi dan makanan yang mengandung susu sapi sampai terjadi toleransi terhadap susu sapi. Perbedaan yang mencolok antara penyakit alergi susu sapi dan alergi terhadap makanan lain pada bayi adalah bahwa toleransi dapat terjadi secara spontan semasa usia dini.
Ada apa dengan susu sapi?
Protein susu sapi merupakan alergen tersering pada berbagai reaksi hipersensitivitas pada anak. Susu sapi mengandung sedikitnya 20 komponen protein yang dapat merangsang produksi antibodi manusia. Alergi susu sapi terjadi karena mekanisme pertahanan spesifik dan non-spesifik saluran cerna bayi belum sempurna sehingga menyerang protein susu sapi.
Reaksi yang dapat timbul:
- Reaksi cepat, waktu dari setelah minum susu hingga timbulnya gejala
- Reaksi sedang (pencernaan), 45 menit hingga 20 jam
- Reaksi lambat (kulit dan saluran cerna), lebih dari 20 jam
Reaksi awal pada kulit timbul dalam waktu 45 menit setelah mengkonsumsi susu. Reaksi tersebut dapat berupa bintik merah (seperti campak) atau gatal. Gejala lain berupa gangguan sistem saluran napas seperti napas berbunyi, bersin, hidung dan mata gatal, dan mata merah). Gejala tersebut bisa terjadi meskipun hanya mengkonsumsi sedikit susu sapi.
Harus bagaimana?
Bila sudah positif ASS, maka susu sapi harus dihindarkan dengan ketat agar toleran dapat cepat tercapai. Eliminasi susu sapi direncanakan selama 6-18 bulan.
Bila gejala menghilang dapat dicoba provokasi setelah eliminasi 6 bulan. Bila gejala tidak timbul lagi berarti anak sudah toleran dan susu sapi dapat diberikan kembali.
Bila gejala timbul kembali maka eliminasi dilanjutkan kembali sampai 1 tahun dan seterusnya. Umumnya bayi akan toleran sekitar umur 3 tahun. Lima puluh persen akan toleran pada usia 2 tahun, 60% pada usia 4 tahun, dan 80% pada usia 6 tahun.
Selama eliminasi, anak dapat meminum ASI, susu hidrolisat atau susu kedelai. Bila bayi meminum ASI, ibu juga disarankan untuk mengeliminasi konsumsi susu sapi.
Referensi :
- Munasir, Z, Siregar, SP: Alergi susu sapi.
- Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak. Penyunting: Arwin AP Akib, Zakiudin Munasir, Nia Kurniati. Cetakan Kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2007.