[quote type=”center”]Faktor usia pada saat ini menjadi perhatian karena kecenderungan menunda kehamilan semakin meningkat terutama di kota besar. Terdapat beberapa faktor yang menjadi alasan menunda kehamilan, misalnya: keengganan untuk hamil, mengejar karir, menunggu kondisi ekonomi yang mapan, atau memang menginginkan kehamilan kembali.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]K[/dropcap]ondisi demikian di beberapa negara maju telah menjadi permasalahan tersendiri pada saat ini, karena kecenderungan jumlah ibu yang hamil diatas usia 35 tahun makin meningkat.
Masalah pada Ibu
Semua Ibu hamil secara umum dibagi dalam 3 kategori risiko yaitu: risiko rendah, risiko sedang dan risiko tinggi. Jadi secara umum diartikan bahwa semua kehamilan tidak ada yang tanpa risiko baik pada janin atau pada ibu. Usia diatas 35 tahun termasuk dalam kategori risiko tinggi untuk terjadinya komplikasi karena kehamilan dan persalinan, serta kecacatan pada janin.
Alasan ditetapkan dalam risiko tinggi karena diatas usia 35 tahun telah terjadi perubahan secara signifikan pada tubuh ibu, seperti penyakit degeneratif (proses penuaan) dan penurunan kualitas dari sel telur yang dihasilkan setiap bulannya. Faktor risiko usia berlaku pula untuk pihak pasangan yang juga terjadi penurunan kualitas sperma yang dihasilkan.
Masalah pada janin
Berbeda dengan masalah pada ibu, masalah pada janin tidak bergejala dan diketahui hanya bila melakukan pemeriksaan kehamilan dengan pencitraan (USG) atau bila melakukan pemeriksaan laboratorium. Fokus utama permasalahan pada janin yang berkaitan dengan usia adalah kecacatan.
Tidak jarang ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan ini pada saat kehamilan, mengetahui anaknya dalam kondisi cacat hanya pada saat lahir. Kondisi demikian akan mempengaruhi terhadap tingkat keselamatan bayi baru lahir. Hal ini terjadi terutama bila dokter penolong tidak siap dengan alat bantu untuk menangani kelainan bayi tersebut pada saat segera setelah persalinan. Dan sebaliknya bila terdeteksi sejak dalam kandungan, maka dokter penolong tentunya mempersiapkan terlebih dahulu alat-alat atau obat yang dibutuhkan untuk persalinan janin yang bermasalah tersebut. Bila perlu berkoordinasi dengan dokter spesialis lainnya selain dokter spesialis anak, misalnya dengan dokter bedah anak bila ternyata jenis kelainannya membutuhkan pembedahan segera setelah lahir.
Kecacatan sendiri dapat dibagi 2 bagian besar yaitu :
Cacat Mayor atau kondisi cacat berat dan dapat meningkatkan risiko kematian pada janin selama dalam kandungan atau menimbulkan kendala yang berat setelah lahir. Contoh jenis cacat ini adalah bayi lahir tanpa tulang kepala (anensefal), kelainan jantung yang berat dan kompleks, Hidrosefalus, dsb.
Cacat Minor atau kondisi cacat ringan pada janin dan tidak mengancam kematian atau kendala berat setelah lahir. Contohnya : jumlah jari kaki atau tangan yang berlebih (Polidaktili), bibir sumbing dan sebagainya.
Tetapi pembagian ini tidak mutlak karena seringkali kondisi cacat tertentu sebenarnya kondisi yang berat, akan tetapi si janin dapat lahir dan hidup setelah persalinan walaupun dengan keterbatasan. Keadaan ini misalnya terjadi pada kasus Sindrom Down (Trisomi kromosom 21). Sindrom Down ini merupakan salah satu kelainan yang meningkat risikonya pada kehamilan dengan usia ibu diatas 35 tahun.
Waktu terjadinya cacat pada janin terjadi pada :
- Saat pembuahan. Terdapat kelainan pembawa sifat (kromosom), kelainan ini dipengaruhi salah satunya oleh karena faktor usia.
- Setelah pembuahan. Kondisi cacat dapat pula terbentuk setelah pembuahan terjadi, terutama bila terjadi kondisi tertentu yang mengganggu pertumbuhan janin lebih kurang dalam 13 minggu pertama kehamilan.
Bila seorang ibu mendapatkan kehamilan diatas 35 tahun sebaiknya melakukan pemeriksaan antenatal yang lebih berkualitas. Pemeriksaan tersebut dimaksudkan untuk mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya masalah, baik itu pada ibu maupun pada janin. Pemeriksaan laboratorium untuk chek up secara umum sangat dianjurkan. Disamping itu terdapat beberapa pemeriksaan khusus untuk penapisan kecacatan janin dalam kandungan.
Penapisan ini sangat penting dilakukan dan “hanya” dapat dilakukan pada waktu tertentu selama kehamilan. Waktu yang disarankan adalah pada saat 11-13 minggu kehamilan untuk pemeriksaan penapisan 3 bulan pertama kehamilan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan USG dan dapat pula disertai dengan pengambilan sebagian jaringan plasenta (Chorionic Villous Sampling) atau sebagian cairan ketuban (Amniosentesis). Selanjutnya sebagian plasenta atau cairan ketuban tersebut dianalisis di laboratorium terutama untuk mencari kelainan pembawa sifat (kromosom atau gen). Penapisan kecacatan lanjutan secara USG dilakukan kembali pada usia kehamilan sekitar 5 bulan.
Bila ditemukan suatu kelainan atau kecacatan sebaiknya ibu melibatkan keluarga untuk menentukan tindakan selanjutnya sesuai saran dan pilihan tindakan yang diajukan oleh dokter yang merawat.
Upaya untuk mengurangi risiko kecacatan
Pencegahan primer tentunya adalah tidak hamil diatas usia risiko tinggi, tetapi bila tidak dapat dihindari dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
- Sebelum hamil pastikan ibu dan pasangan dalam kondisi sehat: Konsultasikan kesehatan termasuk general chek up pada dokter sebelum hamil untuk mengetahui potensi penyakit tertentu. Bila ada sebaiknya obati terlebih dahulu sampai sembuh atau kondisi stabil.
- Konsumsi supplemen tertentu seperti asam folat sebelum hamil (lebih kurang 3 bulan sebelumnya) dan selama kehamilan. Asam folat telah terbukti dapat menurunkan risiko kecacatan tabung saraf dan berperan dalam pembentukan sel darah merah.
- Melakukan penapisan kecacatan sesuai jadwal yang ditetapkan oleh dokter.
- Pemeriksaan kehamilan dengan mutu yang baik secara kuantitas dan kualitas.
- Hindari makanan dan cara hidup yang tidak sehat, termasuk konsumsi makanan dengan pengawet, pewarna, merokok, minuman keras, obat-obatan terlarang.
- Waspada terhadap infeksi, paparan limbah dan polusi dari lingkungan termasuk tempat bekerja. Tempat bekerja dengan risiko tinggi misalnya: instalasi kesehatan, sering kontak dengan bahan kimia seperti laboratorium, pabrik atau industri, insektisida.
Konsultasi dengan dokter bila akan mengkonsumsi obat tertentu terutama 3 bulan pertama kehamilan.