Saya biasa minum aspirin ketika sakit kepala, tapi saat ini saya hamil tua, bolehkah saya meminumnya ? Tanya seorang ibu di suatu rubrik konsultasi obat.
Dulu, plasenta dianggap dapat melindungi janin dari efek obat yang diminum ibu. Tapi ini drastis berubah ketika lahir bayi-bayi cacat dari ibu yang minum obat bernama talidomid. Sejak saat itulah muncul keniscayaan bahwa semua obat berpotensi mempengaruhi kesehatan janin.
Tiga puluh lima tahun kemudian, masih sedikit obat yang terbukti membuat cacat janin, dan –untungnya- kebanyakan obat tersebut memang jarang dipakai secara umum.
Belajar dari kehati-hatian
Sebuah kasus yang cukup heboh di era tahun 1970-an adalah penggunaan obat mual dan muntah untuk ibu hamil muda. Obat ini berisi kombinasi antihistamin (doksilamin) dan vitamin B6 (piridoksin). Di pengadilan Amerika, obat ini diputuskan untuk berhenti beredar karena diduga menyebabkan kecacatan janin. Setelahnya, angka kejadian rawat karena mual dan muntah meningkat dua kali lipat. Bertahun-tahun kemudian, ternyata angka cacat janin tak juga menurun meskipun sudah tak ada yang mengonsumsi obat itu. Akhirnya sebuah komite kedokteran di Kanada menyatakan obat tersebut aman.
Kasus lain adalah obat isotretinoin, yang banyak dipakai mengobati jerawat. Pada hewan, obat ini terbukti membuat cacat dan pabrik wajib mencantumkannya agar konsumen berhati-hati. Tapi kebanyakan wanita memakai obat ini tanpa tahu bahwa ia akan hamil atau sedang hamil muda atau bahkan ia tidak membaca label obatnya.
Obat | Efek pada bayi |
ACE inhibitor(Obat tekanan darah tinggi) | Diantaranya sakit ginjal dan tekanan darah rendah pada bayi, kelainan pembentukan tulang |
Carbamazepine(obat epilepsi) | Gangguan saraf tulang belakang |
Kokain | Pertumbuhan janin terhambat, gangguan plasenta |
Alkohol | Sindrom alkohol janin: gangguan pertumbuhan, kelainan saraf, wajah yang khas, cacat organ tubuh |
Isotretinoin(obat jerawat) | Diantaranya kelainan saraf, kelainan tulang wajah, cacat jantung |
Fenitoin(obat epilepsi, obat saraf) | Diantaranya gangguan pertumbuhan, saraf, cacat bentuk, kelainan mata, gangguan intelegensia |
Lithium(obat anti depresi) | Gangguan jantung |
Obat yang mengandung merkuri | Penyakit minamata pada janin |
Talidomid | Cacat anggota tubuh, tuli, lumpuh, kelainan jantung |
Asam valproat(obat anti kejang) | Cacat saraf tulang belakang |
Warfarin(obat pengencer darah) | Sindrom warfarin janin |
Tetrasiklin(antibiotika) | Gigi kuning kecoklatan |
Belajar dari kasus tersebut, tak mudah menyatakan dan menyampaikan pada ibu bahwa obat tertentu berbahaya atau tidak untuk kehamilan. Selain penelitian obat pada ibu hamil harus ekstra hati-hati, kesulitan menghubungkan jenis cacat dengan obat tertentu, kebanyakan kehamilan memang tidaklah direncanakan. Jadi, banyak ibu yang sudah terlanjur minum obat tanpa tahu bahwa ia positif hamil.
Waspadai obat-obatan ini
Obat-obatan yang sering digunakan untuk ibu hamil biasanya obat muntah, obat maag, antihistamin untuk alergi, anti nyeri, antibiotik, obat tekanan darah tinggi, penenang, dan obat bengkak. Kebanyakan obat agaknya tidak berefek pada janin. Namun, ibu yang merencanakan kehamilan atau sedang hamil tetap perlu waspada dan berkonsultasi pada dokternya sebelum mengonsumsi obat. Berikut beberapa obat yang sudah terbukti menyebabkan kecacatan janin.
Beberapa obat lain mempengaruhi janin pada usia kehamilan tertentu saja. Misalnya obat NSAID (obat anti inflamasi non steroid), salah satunya aspirin, bila dikonsumsi ibu hamil tua (trimester ketiga) mungkin menghambat penutupan pembuluh jantung yang biasanya terjadi pada bayi normal. Diazepam bila dikonsumsi saat mendekati persalinan dapat menyebabkan gangguan pada bayi.
Obat kontrasepsi, amankah?
Banyak ibu yang khawatir karena program KB mereka tak berhasil. Sedang minum pil KB atau memakai spermisida (pembunuh sperma), ternyata hamil juga. Dulu, obat ini dilaporkan dapat menyebabkan cacat janin, tapi penelitian terbaru membuat ibu tak perlu khawatir apalagi sampai harus menggugurkan kandungannya.
Teliti sebelum mengonsumsi
Badan Food and Drug Administration (FDA) membuat klasifikasi obat yang aman atau tidak untuk kehamilan. Misalnya, multivitamin cukup aman asalkan tidak dalam bentuk megavitamin atau vitamin yang berdosis amat tinggi. Namun, untuk obat lain, berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsinya adalah pilihan bijaksana karena tiap obat bisa berefek beda sesuai tingkat kehamilan atau kondisi ibu.
Referensi :
- Wood AJJ, editor. Koren G, Pastuszak A, Ito S. Drugs in Pregnancy. The New England Journal of Medicine, 1998. p1128-1148
- Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF, Gilstrap LC, Hankins GDV, Clark SL. Drugs and medication, dalam: Williams Obstetrics, 20th Ed. Appleton & Lange, USA. 1997
- MIMS Indonesia. Vol 29: 2; 2000
No Comments
Mohon jawaban, jika penderita epilepsi dalam masa kehamilannya, bagaimanakah sebaiknya tanpa harus konsumsi carbamazepine? Terimakasih banyak sebelumnya.
Waktu kehamilan saya di usia 3 bulan , saya menderita sesak napas(Bronkitis) dan Dokter kandungan saya memberi obat CETIRIZIN. Dan memang obat itu bisa langsung menyembuhkan sesak napas saya. 3 bulan berikutnya sesak napas saya kembali kumat, suami saya membeli salinan resep yg serupa( Ambroxol, Cefadroxil dan Cetirizin). yang menjadi pertanyaan saya amankah obat tersebut saya konsumsi selama kehamilan ini, mengingat dalam 6 bualn ini saya sudah kumat 2X sesak napasnya….
Terima kasih banyak untuk saran dan masukannya.
Dear Ibu Eni, ambroxol dan cefadroxil aman untuk kehamilan. untuk cetirizin sebaiknya tidak usah dikonsumsi dahulu selama hamil ya.