Anemia defisiensi besi menyisakan serangkaian permasalahan dalam kesehatan anak apabila tidak dilakukan pencegahan.
Awalnya ibu mengira Aldi hanya tak tertarik bergabung dengan teman-temannya yang sedang asyik bermain. Ketika temannya berlari berkejaran dan tertawa lepas, Aldi hanya duduk dengan wajah memucat. Takut terjadi hal yang tak diinginkan sang ibu pun membawa Aldi ke dokter. Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan, dokter mengatakan Aldi mengalami Anemia Defisiansi Besi.
Seperti apa anemia defisiensi besi?
Anemia bukan penyakit baru. Anemia terdiri dari beberapa jenis, tetapi anemia defisiensi besi (ADB) seperti halnya yang dialami Aldi adalah yang paling banyak dialami di dunia. Di Indonesia, survei kesehatan tahun 1995 menunjukkan sekitar 40,5% balita dan 47,2% anak usia sekolah mengalami ADB. Anemia defisiensi besi biasa terjadi akibat kekurangan asupan zat besi dalam tubuh.
Anemia defisiensi besi bisa dialami oleh anak-anak, remaja putri yang telah menstruasi, ibu hamil dan orang lanjut usia. Dalam hal ini anak-anak di bawah usia 2 tahun jauh lebih berisiko karena ADB bisa mengganggu fungsi kognitif, IQ tidak optimal, gangguan tumbuh kembang serta penurunan fungsi otot yang berdampak pada penurunan aktivitas fisik.
Beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab ADB antara lain:
- Masalah asupan gizi yang kurang tertangani dengan baik seperti kurang mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti telur, sayuran hijau,daging merah, hati, sereal dan susu yang telah difortifikasi besi.
- Hilangnya sel darah merah (pendarahan).
- Menurunnya produksi sel darah merah akibat kegagalan sumsum tulang.
- Kurangnya bahan pembentuk sel darah merah/hemolysis.
Ketika telanjur terjadi
Mengingat begitu tinggi risikonya ADB terhadap anak. Maka pencegahan perlu kiranya dilakukan secara primer dengan pemberian zat besi yang adekuat baik dari diet sehari-hari ataupun dalam bentuk suplementasi zat besi.
Tetapi bilamana dokter menemukan beberapa gejala seperti anak pucat, lemah tak bergairah, demam, nyeri tulang tanpa adanya pendarahan. Maka kemungkinan terbesar dokter akan mendiagnosis anak terindikasi ADB. Dari sini dokter akan mulai berusaha menemukan penyebab mendasar munculnya penyakit tersebut sehingga bisa menentukan penanganan optimal pada anak.
Serangkaian pemeriksaan lain yang akan dilalui anak antara lain pemeriksaan hemoglobin (Hb), hematokrit, trombosit dan lain sebagainya untuk melihat beberapa hal terkait defisiensi besi. Pemeriksaan lanjutan adalah saturasi transferin, reseptor serum transferin, erythrocyte protoporphyrin dan lainnya bisa dilakukan apabila rumah sakit benar-benar memadai.