Saya ‘Chen’ ibu dari 3 anak, anak saya yang I – Alex sudah berumur 6,5 tahun sampai sangat mandiri, terkadang masih susah diatur, hmm.. anak-anak..
Anak saya yang ke-2 William kuketahui autis pada saat berumur hampir 2,5 tahun, karena tidak mau melihat mata orang dan suka menyendiri, berbicara masih bahasa bayi, tidak jelas, dan banyak macam bunyi-bunyian. saya dan suami sempat syok karena tidak pernah menyangka anak saya menderita autis.
Tanya sana sini, therapy autis sangat mahal (kondisi ekonomi tidak memungkinkan untuk itu) kahirnya kami paksakan untuk tetap menerapikan, dengan sangat menekan pengeluaran yang lain.
Umur 3 tahun saya paksakan juga untuk bersekolah, salahnya saya, saya masukkan di sekolah umum, maksud saya supaya dia bisa bersosialisasi.
Celakanya, malah teman-teman menjadi sasaran emosi dan makan makanan teman-teman disampingnya, tidak mau duduk.
Hasil positifnya dari sekolah tersebut, dalam 3 minggu pertama, William bisa mengikuti nada-nada doa yang lumayan agak panjang (walau lafalnya tidak jelas, tapi nadanya sudah betul). Sempat saya sangat gembira, mengetahui kemajuan William.
Terapi William sempat saya lakukan dengan cara memanggil guru terapinya dirumah, tidak menggunakan pantauan dari Psikolog-nya karena selain lebih murah, dan tidak menggunakan transportasi lagi, pengiritan saya pikir.
Lumayan William bisa membeo, walau tidak tahu artinya. Sampai hampir menginjak umur 5 tahun ini, masih hanya membeo, tidak mau mengingat, kurang konsentrasi kata therapist-nya.
Sempat therapist-nya menyarankan untuk dibawa ke dokter, untuk dibantu dengan semacam obat, yang bisa membuat si anak menjadi lebih konsen. Tapi pikir saya pasti sifatnya seperti obat penenang, dan juga dirumah tidak ada yang bisa mengajarkan atau memperhatikan, malah mubasir (saya dan suami harus bekerja).
Sedangkan waktu saya terbagi dengan kakaknya yang perlu juga bimbingan belajar, karena sudah menginjak SD kelas 1.
Pertama saya mengetahui saya hamil lagi, saya sempat syok, karena keadaan William yang masih membutuhkan perhatian extra, apa jadinya jika saya mempunyai bayi lagi, pastinya William akan ‘tersingkir’ , itu pemikiran saya waktu itu, sebelum sang jabang bayi lahir. Ahh saya menepis pikiran itu. Dan konsentrasi ke kehamilan saya, tidak mungkin lah, saya pasti bisa mengatasi segala situasi. Sambil memohon ampun pada kehamilanku dan kepada Tuhan, setelah mencoba menolak si jabang bayi, aku berusaha untuk menangani William disela-sela kesibukan harian karena tidak ada PRT dirumah, bekerja dan mengajari William serta alex yang masih bingung dengan masa transisi pelajaran SD yang tidak pernah diterimanya pada saat TK.
Bayi cantikku lahir February 25, 2008, ternyata benar-benar William merasa tersingkir dan iri hati, sering sekali jika Vanessa tidur, William sering kali memukul pipi atau anggota tubuh lainnya, yang sering wajahnya, sampai si bayi merasa trauma jika William mendekat tapi untuk mencium.
Dan sering kali saya mendapati, William memperhatikan dari jauh, saya sedang menyusui si bayi, jika saya melihat matanya, William akan membuang muka. Ohh… sedihnya.
Doa dan pengharapan yang kupanjatkan seakan tidak atau belum mendapatkan jawaban. Tekanan dari mertua (saya tinggal serumah dengan mertua) yang tidak mencintai William dan dianggap sebagai aib keluarganya sering membuat saya marah terpendam dan membencinya. Perkataan kasar dan negative sering sekali dilontarkan. Apalagi anak kecil sangat sensitive akan keadaan dan tahu betul siapa yang mencintainya dan yang tidak, pada saat dipanggil oleh ibu mertua saya, selalu tidak menggubrisnya, beliau marah-marah dengan sumpah serapahnya. Ah….
Disekolahnya apabila William berbuat nakal, atau semaunya sendiri, dan ada kegiatan luar kelas, William sukar diatur, oleh gurunya dia dikunci dikelas sendirian dan hanya diberi mainan, maklumlah sekolah umum, mereka tidak mungkin menjaga 1 anak, sedang yang 15 orang lainnya terlantar. Yah seperti itulah…
Sampai akhirnya saya menemukan sekolah berkebutuhan khusus dipinggiran kota, berbasis lain agama dengan yang kami anut, tapi yah saya percaya Tuhan mempunyai maksud lain dan pasti indah rencanaNya.
Saya bertekad memindahkan William disana, dan saya memohonkan ijin kepada sekolah selama 1 thn pelajaran.
Therapist yang datang dirumah saya hentikan, karena kami tetap harus mengirit biaya, karena ketambahan anggota baru, Vanessa yang juga banyak membutuhkan biaya.
Dan pemikiran saya di sekolah kebutuhan khusus tersebut William diajarkan menulis dan terapi juga.
Kami sibuk bekerja, dirumah tidak ada PRT, mertua saya yang tidak perhatian dan tidak sabar pada anak kecil, William khususnya, saya sepulang kerja langsung disodori Vanessa si bayi, dan ulangan serta PR Alex, William hanya melihat dari ujung meja. Saya benar-benar tidak berdaya, suami saya terkadang bekerja sampai larut, jika tidak si bayi juga tidak mau digendong papanya, alex juga tidak mau belajar dengan papanya, Papanya juga tidak bisa mengajarkan terapi atau bicara dengan William, kurang sabar lah. Terkadang wajah capek juga ada diraut mukanya. Saya pasrah.
Keadaan William betul-betul mundur, yang dulu sering sekali membeo, sekarang lebih banyak diam, dan tutup telinga jika merasa tidak nyaman atau ada suara yang keras (dulu juga seperti itu, tapi frekuensinya lebih sedikit.).
Saya bingung. Saya masih mencoba untuk menerapi William kembali ke therapist nya yang dulu, kami masih mengatur keuangan lebih lanjut.
Bersambung……
No Comments
aduh sedih banget… sabar ya bu… saya turut prihatin…
Anak adalah titipan Yang Maha Kuasa, dengan adanya anak berarti Tuhan telah mempercayai kita untuk merawat, membesarkan serta mendidik saya yakin kalau Chen sabar semua akan ditemukan Jawaban, itu ujian keluarga. cuman saya kurang setuju dengan sikap Suami Chen, seandainya kalau Chen dan suami bekerjasama dan lebih dekat dengan anak akan lebih baik sehingga beban pengasuhan anak bisa share & saling merasakan karena pendidikan dan tanggung jawab anak bukan semata2 tangung jawab Istri tapi tanggung jawab Orang Tua, Chen Sabar ya…..
Dear Chen, salam kenal…
Ak salut dengan segala yg telah chen lakukan buat keluarga – dan tetap selalu semangat yah…
Ak terharu banget baca cerita chen, dan belajar lagi dari chen mengenai hidup, ak jg working momy dan tidak mempunyai prt, jd ak tau persis apa yg chen alami, badan rasanya cape banget tp tetap pengen berikan yg terbaik buat anak…kadang ak suka ngak sabar kl anakku susah makan, kadang ak suka pengen nangis sendiri… tapi kalo udah liat anakku, trus dia tersenyum, panggil ak, nda…nda… tangis ak jadi tangis bahagia, ak bersyukur masih diberikan kepercayaan oleh Allah SWT untuk mendidik dan membesarkan khaleef,.. jadi Chen tetap semangat terus yah.. tetep punya banyak cinta dan energi buat Alex, William dan Vanessa, semua pasti tidak ada yg sia-sia.
Dear Chen,
Udah lama gak nyambung ke forum, begitu masuk baca postingan kamu. Aduh Chen, aku bisa ngrasain susahnya kamu d. Gak bisa kasih masukan panjang lebar sih, pastinya kamu lebih pengalaman dari aku Chen. tapi aku doain kamu slalu tabah ya, salut banget d ke kamu Chen. Oya, ntar sharingnya dilanjut lagi ya Chen, aku juga belajar banyak darimu nih. Thanks ya.
Yolan-Michelle Angelee’s Mom
Salut buat chen…
Terus semangat ya…saya bisa ngerasain bagaimana repot dan capeknya ngurus anak2…
Semua ada masanya chen…dan semoga kamu kuat, tabah dan semangat menjalaninya…
Yuyunt, Aca&Aya
_Love is all around_
=====================