[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]A[/dropcap]sma merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh gejala-gejala akibat gangguan dan penyempitan pada saluran napas. Biasanya disertai riwayat atau bakat alergi baik pada anak atau keluarganya. Saluran napas anak asma bersifat hiperreaktif, yang memiliki reaksi berlebihan jika terpapar dengan faktor pencetus.
Bila seorang anak dengan asma terpapar pencetus seperti debu, bulu binatang, kapuk dll maka saluran napas yang hiperreaktif akan mengalami perubahan, antara lain otot dinding saluran napas akan mengkerut, dinding saluran napas membengkak, dan saluran napas terisi banyak lendir. Hasil akhirnya adalah saluran napas menyempit dan timbullah serangan asma. Gejala asma dapat timbul pada usia berapa pun, namun umumnya muncul pertama kali pada usia sekitar 5 tahun. Gejala asma antara lain:
- Batuk yang sering terutama saat malam hari atau setelah aktivitas
- Napas cepat
- Napas bunyi (mengi)
- Gejala memburuk pada malam/dini hari
- Anak merasa lemas, lelah, kehilangan nafsu makan
- Sesak napas, sakit dada, gelisah
- Kebiruan di mulut dan sekitarnya
Peranan orang tua sangat penting baik dalam mengenali adanya asma maupun dalam mengendalikan serangannya. Orangtua sangat berperan dalam mengenali dan mengendalikan pencetus serangan asma dan hal-hal yang dapat memberatkan asma, mengenali tanda-tanda awal serangan, menyediakan obat-obatan, mengetahui kapan harus membawa anaknya ke dokter, RS atau IGD, serta memantau kemajuan atau kemunduran keadaan asma anak.
- Mengenali Faktor Risiko Asma pada Anak
Berbagai penelitian menunjukkan terdapat lebih dari 35 gen yang berhubungan dengan asma, namun tidak ada satu gen yang dapat dikatakan sebagai “gen penyebab asma” karena terdapat hubungan antara faktor genetik dan faktor lingkungan yang membedakan ada atau tidaknya asma pada seseorang. Anak yang memiliki orangtua dengan asma memiliki kerentanan lebih untuk terkena asma namun belum tentu terkena asma apabila tidak ada faktor lingkungan yang mencetuskannya.
Faktor risiko seorang anak dapat terkena asma antara lain
- Berat lahir rendah
- Riwayat keluarga asma atau alergi
- Riwayat alergi pada anak; merupakan faktor penting karena 75-90% anak asma balita terbukti memiliki alergi.
- Jenis kelamin laki-laki
- Tidak mendapatkan ASI eksklusif
- Sering terkena infeksi saluran napas
- Paparan asap rokok sebelum atau sesudah lahir
- Lingkungan rumah lembab dan kotor
Dengan mengetahui faktor risiko asma, orangtua dapat lebih waspada dan dapat melakukan langkah-langkah pencegahan agar anak tidak terpapar faktor lingkungan yang dapat mencetuskan asma. Langkah dini ini dapat mencegah timbulnya gejala asma untuk pertama kalinya.
2. Mengenali dan Mengendalikan Pencetus Serangan Asma
Faktor pencetus asma merupakan Hal-hal yang dapat merangsang saluran napas pada anak asma dan menyebabkan terjadinya penyempitan saluran napas. Zat-zat yang termasuk faktor pencetus antara lain:
- Golongan hirupan : debu rumah dengan tungaunya, asap (rokok, obat nyamuk, hairspray dll) kapuk, bulu binatang (kucing, anjing, burung), kecoa (kotoran & serpihannya)
- Golongan makanan : coklat, kacang tanah, es, makanan dengan MSG, tomat
- Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA atas, ISPA bawah, sinusitis, penyakit serupa influenza)
- Perubahan cuaca (udara dingin)
- Polusi udara
- Kegiatan jasmani
- Stress psikis
- Naiknya isi lambung ke esofagus / gastroesofageal refluks (GER) yang terjadi bila anak tidur mendatar
- Atau kombinasi diantara berbagai faktor tersebut
Apabila anak mengalami gejala asma, penting untuk mencari tahu faktor pencetus yang menyebabkannya. Setiap anak memiliki kerentanan yang berbeda untuk setiap zat dan setiap anak asma belum tentu memiliki faktor pencetus yang sama. Orangtua dapat mengamati dan mencatat hal-hal yang terjadi pada anak sebelum serangan asma tejadi agar dapat menghindari faktor pencetus tersebut di masa yang akan datang. Selain itu, orangtua juga dapat mengenali lebih dini risiko akan terjadi serangan asma apabila anak sudah terpapar faktor pencetus asma.
3. Kenali tanda-tanda serangan asma
Serangan asma adalah perburukan gejala asma yang progresif (cepat dan semakin berat). Derajat serangan asma terbagi atas ringan, sedang dan berat, dengan tanda masing-masing. Jika timbul serangan asma, anak harus dibawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan segera. Tanda-tanda awal terjadinya serangan asma yang harus diperhatikan orangtua antara lain:
- tidak ada perbaikan dengan obat biasa
- pemakaian obat asma lebih sering
- napas berbunyi / mengi menetap
- terlihat pucat dan agak gelisah
- ingus encer makin banyak
Orangtua sebaiknya berkonsultasi pada dokter saat tanda awal muncul sebelum terjadi serangan asma yang lebih berat lagi. Apabila hal ini berlanjut, maka akan timbul tanda lanjutan serangan asma sebagai berikut:
- mengi menetap dan makin keras
- anak mudah lelah, gelisah
- pemakaian obat makin sering
- perut turun naik saat bernapas
- anak lebih suka dalam posisi duduk
- obat pereda serangan yang biasa digunakan tidak mempan lagi
Semakin lama penanganan serangan, akan semakin berat pula penyempitan saluran napas yang terjadi pada anak dan anak akan semakin sulit bernapas. Apabila timbul tanda-tanda bahaya serangan asma, maka orangtua tidak boleh menunda untuk pergi ke dokter dan anak membutuhkan penanganan lanjut untuk mengatasi kesulitan napasnya. Tanda bahaya serangan asma antara lain:
- mengi melemah, tetapi sesak makin berat
- anak terlihat kelelahan
- kebiruan di mulut dan sekitarnya
- anak sangat gelisah
Dengan mengenali tanda-tanda serangan asma ini, orangtua akan mengetahui kapan harus membawa anak ke dokter, rumah sakit atau IGD sehingga serangan asma dapat tertangani sebelum gejala lanjut atau timbul tanda-tanda bahaya.
Asma merupakan penyakit yang bersifat kronik, sehingga yang terpenting adalah pengendalian secara terus-menerus. Peranan orangtua sangat penting untuk tercapainya pengendalian ini dengan mengenali bagaimana risiko anak terkena asma, mengetahui pencetus, dan mengenali tanda serangan asma. Dengan bekal pengetahuan tersebut orangtua dapat melakukan pencegahan dini mulai dari saat hamil, menyusui hingga anak bertambah besar, menghindari faktor pencetus, mengenali kapan terjadi serangan sehingga dapat menggunakan obat dengan tepat. Dengan mengenali secara dini dan mengendalikan asma, kualitas hidup anak pun akan semakin baik dan bebas dari serangan asma.
Referensi:
- Rahajoe N, Supriyatno B, Setyanto DB. Pedoman Nasional Asma Anak. UKK Respirologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004.
- Asthma in children and adolescent. Diunduh dari: http://adam.about.com/reports/000005_3.htm pada 9 Desember 2010.
- Asthma in children: symptom and risk factor. Diunduh dari: http://www.webmd.com/asthma/children pada 9 Desember 2010.
- Ceramah Asma. Divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM. 2009.