Author: Dewi Anggraeni, Amd.OT

Melalui pendekatan yang intensif, anak ADHD dapat menyalurkan energi mereka pada hal-hal yang positif. Sebagai orangtua kita perlu menemani dan mengarahkan mereka Attention deficit hyperactivity disorders (ADHD) merupakan gangguan perilaku yang ditandai dengan kurangnya perhatian (inatensi), aktivitas berlebihan (overaktif) dan perilaku impulsif yang tidak sesuai dengan anak pada umumnya. Pada anak usia sekolah, ADHD terlihat dalam bentuk gangguan akademik dan interaksi sosial dengan teman. Kurang perhatian adalah gejala khas anak ADHD. Biasanya anak selalu membuat kesalahan karena ceroboh saat mengerjakan pekerjaan sekolah, bekerja atau beraktivitas lain. Anak ADHD juga sulit memusatkan perhatian saat bermain atau bekerja. Seperti tidak mendengarkan bila diajak…

Read More

[pullquote]Buah hati Anda mengamuk di tengah keramaian, saat Anda membawanya ke mal? Sabar sabar… bagaimana ya agar kebiasaan tantrum tak berulang?[/pullquote] Mengamuk umum terjadi saat anak berusia 3 hingga 12 tahun, dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Si kecil bisa menjerit, memukul, menendang, melempar barang, memukul kepala, bahkan menjatuhkan badannya ke lantai. Apa penyebabnya? Meniru orangtua Kepribadian anak yang bossy, aktif, dan energik Ketakutan luar biasa Ketidakcocokan dengan orangtua saat anak sedang berkembang pribadinya Sikap orangtua yang terlalu membebaskan atau over protektif, tidak konsisten, faktor keturunan, kecemburuan pada saudara. Tip buat orangtua Jangan penuhi keinginannya bila si kecil tantrum,…

Read More

[pullquote]Anak-anak butuh persiapan sebelum memasuki dunia sekolah, mereka butuh latihan motorik halus. Melalui bermain, kita bisa melatih motorik halus si kecil. Yuk kita praktekkan.[/pullquote] Permainan sederhana bermanfaat melenturkan otot-otot tangan agar mampu melakukan gerakan yang nantinya akan digunakan di sekolah, seperti aktivitas menulis, menggambar, menggunting dan lain sebagainya. Berikut beberapa contoh aktivitas sederhana yang bisa dilakukan bersama anak : # Meronce. Permainan ini menggunakan sedotan warna-warni yang dipotong menjadi beberapa bagian dengan ukuran yang sudah ditentukan. Untuk bisa meronce sedotan warna warni menjadi seuntai kalung, dibutuhkan kelenturan otot jari tangan. Seperti pada kegiatan menjahit, kegiatan ini mengandalkan kekuatan otot ibu…

Read More

[pullquote]Membenturkan kepala, menggigit tangan, memukul kepala, mencubit, atau menggaruk secara berlebihan seringkali kita temui pada anak berkebutuhan khusus. Mengapa perilaku ini sering muncul?[/pullquote] Beberapa perilaku menyakiti diri seringkali muncul terutama pada anak berkebutuhan khusus (ABK) dan terkadang kita tidak menyadari mengapa mereka berperilaku demikian. Apakah mereka tidak merasa kesakitan? Apakah mereka tengah dalam kondisi tidak nyaman akan sesuatu? Ataukah ada hal lain yang menyebabkan mereka menunjukkan perilaku-perilaku tersebut. Berikut ini beberapa faktor yang bisa menyebabkan perilaku menyakiti diri sendiri: 1. Arousal Level of arousal seseorang sangat berhubungan dengan perilaku menyakiti diri sendiri. Dengan menyakiti dirinya sendiri, anak dengan low level…

Read More

Mengajarkan anak berkebutuhan khusus seperti autistik untuk makan secara mandiri tentu membutuhkan kesabaran tersendiri. Berikut beberapa langkah praktis yang dapat Anda lakukan. 1. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan Memberikan anak kesempatan untuk melakukan eksplorasi terhadap makanan yang akan dimakannya. Biarkan mereka menyentuh, meremas, dan memasukkan makanan yang dipegangnya ke dalam mulut sehingga mereka merasakan tekstur dan sensasi yang masuk ke dalam tubuh. Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan eksplorasi terhadap alat makan yang akan digunakan. Biarkan anak memilih makanan, sendok dan piring yang akan digunakannya. Memberikan pilihan seperti “Mau roti atau kue?” akan lebih bermakna dan fokus daripada memberikan pertanyaan…

Read More