[pullquote]Siapa yang kalau nonton Junior Master Chef Indonesia berharap anaknya kelak menjadi Chef ? Siapa yang kalau nonton CJ7 berharap anaknya kelak menjadi penyanyi ? Dan siapa yang ketika nonton Junior Master Chef atau CJ7 berpikir “Anakku nanti jadi apa ya ? Bakatnya belum terlihat.”[/pullquote]
Minat dan bakat adalah dua hal yang berbeda namun sering muncul disaat yang bersamaan. Minat adalah situasi dimana seseorang terhadap sesuatu dalam jangka waktu tertentu. Disisi lain, bakat adalah ketertarikan dan kemampuan yang cenderung menetap dari waktu ke waktu.
Berdasarkan definisi di atas maka cara untuk mengenali minat dan bakat anak sebenarnya mudah namun membutuhkan ketelitian dan pengamatan yang cukup lama. Contohnya, seorang anak usia dua tahun senang mendengarkan lagu anak-anak dan terkadang bergoyang mengikuti alunan musiknya. Jika nanti diumur belasan tahun, anak tersebut masih menyukai musik dan bahkan bisa menuliskan syair lagunya sendiri maka bisa dibilang bahwa ia berbakat dibidang musik.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam hal mengenali bakat anak.
1.Amati pola bakat yang ada di masing-masing keluarga besar, baik yang berasal dari ibu ataupun ayah. Telusuri apa potensi dan bakat generasi sebelumnya lalu rumuskan menjadi suatu rumpun bakat yang menjadi cikal bakal bakat si buah hati atau anak-anak. Misalnya, ayah dan ibunya memiliki potensi dan bakat di dalam bidang musik. Kecenderungan ini akan diturunkan pada anak, pemilihan aliran atau jenis musik terkait dengan selera anak.
2.Temukan minat atau bakat pada anak melalui les atau pun kursus yang bersifat trial dan error. Hal ini boleh dilakukan dengan catatan tidak ada paksaan pada anak meski ia sudah merasa tidak lagi bisa mengikuti materi les/kursus tersebut. Jika anak minta untuk diikuti les vokal dan ternyata di minggu kedua ia enggan datang karena tidak bisa mengikuti pelajarannya. Ada kemungkinan bahwa ketertarikan anak di awal hanya minat yang sifatnya situasional dan tidak disertai dengan kemampuan vokal yang sifatnya bakat.
3.Pengenalan bakat dapat dilakukan dengan cara memberikan perhatian. Perhatian dalam hal ini bisa berupa penyediaan sarana, prasarana, meluangkan waktu mendampingi anak latihan, mengikutkan anak berbagai lomba, dan sebagainya. Proses yang berlangsung akan menyeleksi mana kegiatan yang berdasarkan pada minat dan mana yang berdasar pada bakat.
Setelah kita bisa mengenali mana minat anak dan mana bakat anak, maka selanjutnya adalah mengenali bagaimana cara mengembangkan keduanya. Bagaimana memberikan ruang untuk keduanya berkembang dengan maksimal.
Beberapa ahli pendidikan tidak lagi mempermasalahkan minat dan bakat. Mereka menekankan pada pendekatan yang dipilih orangtua untuk mengembangkan keduanya. Hal ini berdasarkan pada hasil riset yang mengindikasikan bahwa bakat anak bisa ditemukan dengan memberikan anak kesempatan untuk mengembangkan minat-minatnya.
Minat yang terkesan situasional dan hanya sementara seringkali diabaikan dalam proses perkembangan anak. Anak kecil yang senang menari saat mendengar musik seringkali diabaikan orangtua dan berpendapat bahwa hal yang wajar untuk anak diusianya menari saat mendengarkan musik. Pendapat ini cenderung membuat orangtua tidak memupuk benih-benih awal kecintaan anak terhadap musik dan gerak. Di sisi lain, anak pun merasa bahwa kemampuan yang ia tampilkan tidak menarik bagi orang-orang disekitarnya. Sehingga jika ada bakat musik pada anak kemungkinan bakat tersebut tidak dikenali atau membutuhkan waktu yang lebih lama untuk muncul dan berkembang.
Ketika semua minat dan kegemaran anak sudah diikuti dan ternyata hanya bertahan sebentar-sebentar itu adalah hal yang wajar. Ketika anak merubah minatnya, terima dengan positif dan catat penyebab terjadinya perubahan. Sehingga jika dikemudian hari, minat yang sama muncul lagi, orangtua sudah tau cara mengembangkannya dan cara mengantisipasi kebosanannya. Hal ini perlu dilakukan karena ketika kegemaran muncul berkali-kali direntang waktu yang panjang maka ada kemungkinan minat tersebut didasari oleh bakat anak.
Kedua penjabaran diatas mengisyaratkan pentingnya ruang / kesempatan bagi anak mengembangkan minat dan bakatnya. Komitmen dan konsistensi menelusuri minat dan bakat anak sangat diperlukan karena proses pengenalan bakat dai minat perlu waktu dan kesempatan latihan.
Ruang / Kesempatan yang ideal bagi anak untuk mengembangkan minat dan bakatnya dipengaruhi oleh beberapa hal :
1.Tahapan perkembangan anak
Orangtua diharapkan mengenali tahapan perkembangan anak sehingga bisa membedakan mana perilaku yang wajar muncul di anak usia tertentu dan mana perilaku yang hanya muncul di anak-anak dengan bakat tertentu di usia tertentu. Contohnya: anak usia dua tahun yang berbakat dibidang musik mungkin sudah dapat mengerakkan badannya sesuai dengan irama nada sedangkan anak usia dua tahun yang minat dengan musik baru dapat menggerakkan badannya bebas sesuka hatinya.
2.Pola asuh di rumah
Seperti yang sudah kita ketahui ada beberapa pola asuh dengan kelebihannya masing-masing. Menurut beberapa riset pola asuh yang cocok untuk memberikan ruang minat dan bakat berkembang adalah pola asuh yang memberikan kebebasan anak untuk mencoba berbagai hal dan merasa nyaman dalam proses trial n error tersebut.
Kecenderungan untuk protektif dan menyalahkan harus dihindari dan digantikan dengan kebiasaan memberikan pujian dan support dalam berbagai hal yang menarik bagi anak.
3.Pemilihan kegiatan pengisi waktu luang
Di usia dini, pemanfaatan waktu luang anak diatur sepenuhnya oleh orangtua. Orangtua yang menentukan kapan anak berolahraga, kapan membaca buku, dan kapan mendengarkan lagu anak-anak. Variasi pemanfaat waktu luang memberikan kesempatan anak untuk bisa mengeksplore hal-hal yang ia sukai dan minati.
Beranjak masuk ke usia sekolah proses negosiasi dalam pemanfaatan waktu luang pun muncul. Ini adalah saat krusial dimana orangtua harus menemukan cara mempertahankan waktu olahraga agar tidak digantikan dengan waktu bermain games atau menonton video di youtube.
4.Umpan balik dari orang sekitar
Ketika identifikasi perkembangan sudah tepat, pola asuh yang diterapkan pun sudah sesuai, jadwal kegiatan juga sudah diatur sedemikian rupa, maka hal penting lainnya adalah umpan balik. Umpan balik sederhana seperti “Anak laki-laki kok mainan wajan.” Mungkin menggugurkan minat dan memendam bakat memasak yang ada diseorang anak laki-laki usia 5 tahun. Sebaliknya, umpan balik bersifat mendukung, “Wah senang ya main pura-pura jadi chef junior.”