Artikel ini adalah bagian dari artikel : Bermain Bersama #1
2. Teman bermain
Anak memiliki kemampuan menyerap informasi yang sangat baik. Ia dapat mempelajari atau meniru hal-hal yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu sebaiknya saat bermain ia dikelilingi mereka yang akan memberikan pengaruh positif bagi perkembanganya, seperti:
a. Orangtua
Orangtua merupakan teman bermain seumur hidup bagi anak. Sejak dilahirkan, orangtua sudah menemaninya bermain. Mengelus telapak tangan anak pun merupakan sebuah permainan bagi anak. Keterlibatan orangtua sebagai teman bermain anak harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik bermain anak kita.
b. Keluarga
Setiap anggota keluarga adalah teman bermain, yaitu saudara kandung, om/tante, sepupu atau mungkin nenek/kakek. Yang perlu diperhatikan adalah kesamaan jenis kelamin, usia, dan lokasi tempat bermain. Jenis kelamin dan usia akan mempengaruhi jenis permainan dan alat bermain apa yang akan digunakan anak.
c. Teman sebaya
Teman sebaya merupakan teman bermain favorit. Banyak hal dapat mereka lakukan bersama, namun ingat mereka tetap membutuhkan pengawasan.
d. Pengasuh (bila diperlukan)
Pada proses bermain, pengasuh lebih berperan sebagai pengawas keselamatan dalam bermain atau bila diperlukan berperan sebagai pengganti dari salah satu atau lebih teman bermain yang sebelumnya.
3. Tempat bermain
Bermain bagi anak adalah rekreasi yang fleksibel dalam pemilihan tempat, terutama bila dilakukan bersama orangtua. Anda dapat bermain tebak-tebakan selama perjalanan menuju sekolah/pulang ke rumah, bermain bubble saat mandi, atau bila anak sudah lebih besar dapat pula bermain PSP bersama saat kita sedang terjebak dalam kemacetan. Jadi intinya, tidak ada tempat khusus untuk bermain.
4. Batasan waktu bermain
a. Keseimbangan antara waktu bermain dan belajar
Bermain memang memiliki banyak manfaat dan salah satunya adalah untuk mempelajari konsep, pengetahuan dan ketrampilan yang belum ia kuasai. Namun perlu diingat bahwa ada pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang hanya akan diperoleh melalui kegiatan belajar yang formal.
b. Keseimbangan antara waktu bermain dengan orangtua, teman-teman dan bermain sendiri.
Bermain bersama orangtua selain dapat meningkatkan kedekatan antara anak dan orangtua juga dapat dijadikan sarana bagi kita untuk mengenali karakteristik anak. Bermain bersama teman-teman sebayanya juga bermanfaat terutama untuk pengembangan ketrampilan sosial interaksi, pembentukan konsep diri dan pembelajaran nilai sosial-budaya. Walaupun demikian selain bermain dengan orangtua dan teman, anak juga memerlukan waktu untuk bermain sendirian, hal ini diperlukan sebagai waktu khusus bagi anak untuk mengenali dirinya sendiri.
5. Keselamatan saat bermain
a. Pemilihan alat bermain.
Saat memilih alat bermain perhatikan ukuran dan jenis material permainan anak kita. Untuk anak di bawah 3 tahun berikan mainan yang terbuat dari plastic solid yang tidak mudah pecah atau mudah rusak bila tergigit. Selain itu perhatikan juga ukuran alat bermain yang sesuai dengan keadaan anak kita. Bila anak sedang berada pada tahap eksplorasi oral di mana ia akan sering sekali memasukkan benda ke dalam mulutnya atau bila anak memiliki ganguan penglihatan (mata minus dll) sebaiknya hindari mainan-mainan yang kecil.
b. Ketersediaan pengawas
Tidak bijaksana jika kita membiarkan anak bermain sendirian di luar pengawasan kita. Mengapa? Karena ketika ia mulai terlibat emosi positif (bahagia), biasanya ia lalai dengan keselamatannya. Misalnya ketika anak bermain sepeda, ternyata di jalan ia bertemu dengan teman-temannya dan melanjutkan permainan sampai malam hari.
6. Alat yang digunakan
Apakah kita perlu secara berkala membeli mainan baru untuk memenuhi kebutuhan bermain anak? Tidak. Namun kita perlu selalu menemukan cara baru dalam memainkan permainan yang sudah lama.
Alat bermain yang dapat dijadikan referensi untuk membantu perkembangan anak:
- Alat permainan edukatif
- Lego
- Buku
- Monopoli
- Boneka
- Perlengkapan memasak
- Computer based edu games
- Alat permainan fisik
- Bola
- Sepeda
- Skiping
- Skuter board
Hmm, ternyata bermain itu terlihat mudah namun tetap perlu beberapa pertimbangan, bukan?
Referensi :
- Tedjasaputra, Mayke S. (2001). Bermain, Mainan dan Permainan untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta: P.T. Gramedia
- Naudeau, S., Scarlett, G.W., Salonius-Pasternak, D. & Ponte, I. (2005). Children’s Play. London: Sage Publication.