[pullquote]Bayi yang terlambat lahir atau masa kandungan melebihi kandungan normal hingga mencapai 42 minggu memiliki risiko kesehatan yang tinggi pada kemudian hari. Semakin lama usia kandungan, semakin tinggi pula risiko komplikasi yang mungkin terjadi. Apa saja?[/pullquote]
1. Fungsi plasenta menurun
Dapat menyebabkan bayi kelaparan saat berada dalam rahim karena berkurangnya pasokan nutrisi dan oksigen. Risiko paling buruk jika bayi masih berada dalam kandungan melebihi 42 minggu adalah terhambatnya perkembangan dan pertumbuhan bayi.
2. Menurunnya cairan ketuban
Keadaan ini dapat mengakibatkan gawat janin. Sehingga perlu tindakan mengeluarkan bayi secepatnya.
3. Meningkatnya risiko meninggal dalam perut ibu
Empat hingga tujuh dari 1000 bayi yang terlahir pada saat usia kandungan melebihi 42 minggu menggalami meninggal di dalam perut (still birth). Hal ini disebabkan oleh tidak optimalnya fungsi plasenta dan berkurangnya volume cairan amino.
4. Kemungkinan bayi menghirup dan menelan kotorannya sendiri (mekonium)
Saat melakukan proses kelahiran, bayi lebih berisiko mengirup dan menelan mekonium yang berakibat terjadinya komplikasi terhadap saluran pernapasan juga infeksi pernapasan. Apabila cairan mekonium tertelan maka bayi mengalami gangguan fungsi paru, dan juga kesulitan saat bernapas (asfiksia). Hal ini dapat menghambat pernapasan bayi yang baru lahir.
5. Tingginya kemungkinan trauma persalinan
Mungkin disebabkan kesulitan lahir baik secara normal maupun sesar, karena organ vital dan paru-paru bayi terganggu yang mengakibatkan bayi kesulitan bernapas.
6. Bayi berisiko mengalami kelainan palsi serebral
Kondisi ini dapat mengganggu fungsi motorik, otak besar dan kecil yang berakibat terganggunya fungsi perintah untuk menggerakkan tubuh.
7. Hilangnya lapisan lemak yang melindungi kulit
Kulit bayi mengering, pecah-pecah, mengerut, serta mengelupas sejak mereka berada dalam kandungan ibu. Kuku pada jari tangan dan kakinya panjang yang dapat menyebabkan kulit pada bayi mudah tergores.
Pentingnya pemeriksaan prenatal
Mengingat risiko yang mungkin dapat terjadi, itu sebabnya di trimester akhir biasanya pemeriksaan pada ibu hamil dilakukan lebih sering. Ini bertujuan agar bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat dilakukan tindakan segera.
Konsultan: dr. Boy Abidin, Sp.OG/RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta