[quote type=”center”]Bagaimana ya Cara rasional memutihkan gigi ?[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]K[/dropcap]eluhan yang kerapkali didengar dokter gigi adalah pasien malu tersenyum lebar karena merasa giginya tidak putih dan menginginkan giginya diputihkan. Keluhan ini tidak saja dari orang dewasa, namun juga anak remaja atau orangtua yang mengkhawatirkan gigi anaknya yang kekuningan. Serba-serbi pewarnaan gigi dan pemutihan gigi yang aman perlu diketahui.
Masa gigi susu
Pada masa gigi susu, ada beberapa jenis pewarnaan gigi yang sering terjadi. Pertama adalah pewarnaan gigi menjadi putih keruh, umumnya pada gigi depan atas. Lama-kelamaan warna berubah menjadi kuning-kecoklatan yang disertai struktur gigi yang melunak. Keadaan ini merupakan tanda awal gigi berlubang (karies gigi), yang pada anak pra-sekolah paling sering disebabkan karena kebiasaan minum susu botol pada malam hari.
Bila ditemukan pada tahap awal, maka dapat dicegah untuk berkembang lebih lanjut, yaitu dengan menghentikan kebiasaan minum susu botol, meningkatkan kebersihan mulut, serta menggunakan pasta khusus untuk merangsang mineralisasi kembali gigi. Apabila kebiasaan berlanjut, maka pewarnaan akan berubah menjadi coklat-kehitaman dan gigi semakin keropos. Bila struktur gigi telah berkurang, maka gigi perlu ditambal.
Pewarnaan gigi lain yang dapat ditemukan pada masa gigi susu adalah bintik-bintik hitam pada gigi, atau biasa disebut “stain” pada gigi. Masalah ini tidaklah seserius karies botol dan jangan khawatir karena bakteri penyebab stain pada gigi berbeda dengan bakteri penyebab gigi anak berlubang. Stain disebabkan karena tertinggalnya plak yang kurang bersih pada saat gigi disikat, yang menyerap warna dari makanan/minuman yang dikonsumsi anak.
Yang sering dicurigai sebagai penyebab pewarnaan adalah kandungan zat besi yang tinggi di dalam suplemen atau vitamin yang dikonsumsi anak, atau makanan dan minuman yang diberi zat pewarna. Stain seperti ini memang tidak dapat hilang dengan penyikatan gigi di rumah. Apabila anak sudah cukup kooperatif, maka dokter gigi dapat melakukan pemolesan gigi dengan pasta khusus untuk menghilangkannya. Namun jangan kaget, stain seperti ini dapat kembali lagi sehingga pemolesan umumnya dilakukan setiap 3-6 bulan sekali. Seiring bertambahnya usia dan bergantinya gigi menjadi gigi tetap, stain jenis ini biasanya berkurang.
Masa gigi dewasa
Pada masa gigi dewasa, penyebab pewarnaan gigi lebih bervariasi. Orangtua seringkali cemas karena saat gigi susu berganti menjadi gigi tetap, terlihat bahwa gigi tetap anak berwarna jauh lebih kuning.
Gigi tetap mempunyai ketebalan masing-masing struktur gigi (email dan dentin) yang berbeda dengan gigi susu sehingga warnanya memang secara alami lebih kuning daripada gigi susu anak. Selain itu, gigi taring atas juga secara alami berwarna lebih kuning lagi dari keseluruhan gigi tetap lainnya.
1. Plak, stain dan karang gigi
Plak merupakan lapisan putih yang muncul pada gigi. Apabila penyikatan gigi tidak optimal, maka plak semakin bertumpuk dan mengesankan gigi berwarna kekuningan. Apabila menyerap warna dari penganan yang kita konsumsi, maka dapat timbul stain pada gigi. Selanjutnya bila plak berkumpul dalam jangka waktu lama, maka kalsium dari air ludah dapat mengeraskan plak sehingga menjadi karang gigi, dengan variasi warna kuning sampai coklat-kehitaman terutama pada permukaan gigi yang dekat dengan gusi. Selain masalah estetika, plak dan karang gigi merupakan penyebab utama penyakit gusi.
Plak dapat dihilangkan dengan teknik penyikatan gigi yang baik dan waktu yang teratur, serta penggunaan benang gigi di sela-sela gigi. Sebaliknya stain dan karang gigi hanya bisa dihilangkan dengan alat pembersihan karang gigi oleh dokter gigi. Ingat, saat mulai berganti menjadi gigi tetap maka anakpun dapat mempunyai karang gigi.
Anda dan anak Anda perlu pembersihan gigi secara teratur oleh dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
2. Gigi berlubang
Gigi berlubang pada masa gigi tetap terutama disebabkan kebersihan mulut yang kurang baik serta konsumsi gula yang tinggi. Gigi berlubang mengganggu estetika bila terjadi pada gigi-gigi depan atas. Sebelum terasa ataupun terlihat berlubang, di sela-sela gigi akan berwarna putih keruh dan berkembang menjadi abu-kehitaman. Gigi depan yang berlubang dapat diatasi dengan penambalan gigi dengan bahan sewarna gigi, disertai peningkatan kebersihan mulut dan perbaikan pola makan.
3. Pewarnaan gigi karena obat-obatan
Obat antibiotika di masa lampau yang sering digunakan adalah tetrasiklin yang menyebabkan pewarnaan gigi bila diberikan pada masa kanak-kanak. Sekarang ini, tetrasiklin tidak boleh lagi diberikan untuk ibu hamil dan menyusui, serta anak di bawah usia 12 tahun.
Pewarnaan gigi karena tetrasiklin tampak sebagai warna kuning sampai ungu kecoklatan, yang dapat tampak sebagai garis-garis pada gigi. Tingkat keparahan tetrasiklin tergantung dari seberapa seringnya obat ini dikonsumsi pada saat pembentukan benih gigi.
Sayangnya, pewarnaan akibat tetrasiklin ini termasuk jenis pewarnaan yang sulit untuk hilang dengan bleaching (pemutihan gigi) sekalipun, oleh karena pewarnaan yang terjadi berikatan dengan struktur yang dalam dari gigi. Bila ingin tampak normal kembali, maka dapat dilakukan veneer (pelapisan bagian depan gigi) ataupun crown / jacket (penutupan seluruh permukaan gigi) dengan bahan porselen pada gigi-gigi depan yang terkena.
4. Bleaching yang aman
Pemutihan gigi (bleaching) merupakan salah satu prosedur yang diminati sekarang ini untuk mendapatkan gigi yang putih. Bahan yang digunakan umumnya adalah carbamide peroxide dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Sebaiknya bleaching dilakukan dengan pengawasan dokter gigi, untuk dapat ditentukan konsentrasi dan jangka waktu pemakaian yang tepat. Seiring dengan kemajuan teknologi, bahan bleaching yang tersedia sekarang ini aman untuk digunakan namun tidak disarankan pemakaiannya untuk ibu hamil dan menyusui, serta anak di bawah usia 15 tahun. Efek samping dari bleaching dapat berupa rasa ngilu, yang umumnya dapat diatasi dengan pemakaian bahan yang dapat menetralisirnya. Struktur gigi dapat mengalami sedikit perubahan setelah bleaching, namun umumnya bersifat reversibel sehingga akan kembali normal dalam waktu 2 minggu.
Apakah putihnya gigi setelah bleaching dapat bertahan lama?
Umumnya cukup tahan lama, walaupun dapat menguning kembali namun tidak akan kembali seperti warna asal. Tindakan bleaching dapat diulang kembali untuk memutihkan lagi.
Salah satu jenis bleaching adalah home bleaching, yaitu bleaching dilakukan di rumah. Dokter gigi akan mencetak gigi dan membuatkan tray khusus sesuai ukuran gigi dan rahang, kemudian memberikan bahan bleaching sesuai kebutuhan. Bahan bleaching ditempatkan pada tray dan dipakai setiap malam saat tidur. Hasil dari bleaching dapat mulai terlihat setelah satu minggu.
Jenis bleaching lainnya adalah in-office bleaching, di mana bahan yang dipakai mempunyai konsentrasi lebih tinggi. Dokter gigi akan mengulaskan bahan bleaching pada gigi yang akan diputihkan, dan gigi diberi sinar khusus selama 8-10 menit. Tindakan ini dapat diulang 3 kali sampai didapatkan hasil yang diinginkan. Umumnya dokter gigi akan memberikan bahan bleaching konsentrasi rendah untuk dibawa pulang pasien untuk mempertahankan putihnya gigi.
Ingat, semua tindakan untuk memutihkan gigi sebaiknya dilakukan dengan konsultasi dokter gigi sebelumnya. Tindakan bleaching di rumah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada gigi yang bersifat permanen.
Referensi :
- http://www.adha.org/oralhealth/whitening.htm
- Ziebolz D, Helms K, Hannig C, Attin T. Efficacy and oral side effects of two highly concentrated tray-based bleaching systems. Clin Oran Investig, 11: 267-75, 2007.
- Armenio RV, Fitarelli F, Armenio MF, Demarco FF, Reis A, Loguercio AD. The effect of fluoride gel use on bleaching sensitivity: a double-blind randomized controlled clinical trial. J Am Dent Assoc, 139: 592-7, 2008.