Bila suatu hari kulit si kecil bentol-bentol, jangan abaikan kemungkinan alergi.
Kaligata atau bentol-bentol (urtikaria) merupakan bentuk manifestasi alergi pada kulit yang biasanya disertai warna kemerahan.
Kaligata merupakan penyakit yang sering ditemukan, diperkirakan 3,2-12,8% dari populasi pernah mengalami urtikaria.
Dari penelitian di daerah Utan Kayu, Jakarta Timur, ternyata urtikaria terdapat pada 4,5% dari penderita atopi.
Bentol dan gatal
Bentol (plaques edemateus) multipel yang berbatas tegas, berwarna merah dan gatal. Bentol dapat pula berwarna putih di tengah yang dikelilingi warna merah. Warna merah bila ditekan akan memutih. Ukuran tiap lesi bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter, berbentuk sirkular atau merambat. Tiap lesi akan menghilang 1 – 48 jam, tetapi dapat timbul lesi baru.
Kadang-kadang disertai angioedema yaitu pembengkakan di wajah, daerah sekeliling mata, mulut, kadang-kadang di genital. Kadang pembengkakan dapat juga terjadi di faring atau laring sehingga dapat mengancam jiwa.
Pencetusnya ada 2 macam; makanan dan alergen di udara. Uniknya, penyebab urtikaria antara anak-anak dan dewasa tidak sama. Jika pada orang dewasa, biasanya berhubungan dengan faktor emosi (misalnya stres).
Kaligata bisa muncul beberapa menit pascakontak dengan alergen (penyebab alergi). Sifatnya bisa amat ringan hingga berat. Jika bersifat ringan rasa gatal dan bentol biasanya hanya berlangsung beberapa jam, namun jika berat maka seseorang akan mengalami gatal yang sangat hebat, bahkan pembengkakan pada pita suara dan saluran napas. Penderita biasanya akan mengalami kesulitan bernapas.
Berat ringannya kaligata dipengaruhi oleh faktor;
- daya tahan tubuh
- pencetus alergi (alergen)
- sensitisasi (kekerapan kontak) dengan alergen
- sensitivitas
Apa penyebabnya?
Diagnosis urtikaria tidaklah sulit. Penderita atau orangtua penderita sendiri pada umumnya sudah dapat menegakkan diagnosisnya, karena adanya tanda-tanda di atas.
Yang sulit adalah mencari menyebabnya. Biasanya dokter akan melakukan tanya jawab serta pemeriksaan fisik. Kaligata umumnya terkait dengan faktor lingkungan seperti debu, tungau debu rumah, binatang peliharaan, tumbuh-tumbuhan, karpet, sengatan binatang, serta faktor makanan termasuk zat warna, zat pengawet, obat-obatan. Faktor fisik seperti dingin, panas, cahaya dan sebagainya juga perlu ditelusuri.
Bila dengan pemeriksaan di atas belum juga dapat ditemukan penyebabnya, maka diperlukan pemeriksaan penunjang, misalnya pemeriksaan darah, urin, feses, uji kulit terhadap alergen, uji provokasi, pemeriksaan IgE spesifik.
Pada kaligata yang berulang (kronik) dapat dilakukan pemeriksaan kadar komplemen, laju endap darah, antibodi antinuklir, dan krioglobulin untuk melihat kelainan sistemik. Bila perlu juga dilakukan pemeriksaan foto sinar X dada, gigi, sinus, dan pielografi intravena untuk mencari adanya infeksi.
Apa obatnya?
Kaligata akut pada umumnya lebih mudah diatasi, bahkan kadang sembuh sendiri. Pengobatan dapat ditujukan pada penghindaran faktor penyebab dan pengobatan gejala yang menyertai.
Pada urtikaria akut generalisata, mula-mula diberi larutan adrenalin 1% dengan dosis 0,01 ml/kgBB subkutan (maksimum 0,3 ml), dilanjutkan dengan pemberian antihistamin penghambat H1. Bila belum memadai dapat ditambahkan kortikosteroid. Pada kaligata akut yang tidak meluas cukup dengan antihistamin penghambat H1.
Urtikaria kronik biasanya lebih sukar diatasi. Untuk ini selain antihistamin penghambat H1 dapat dicoba menambahkan antihistamin penghambat H2.
Kaligata dapat sembuh dengan sendirinya atau dengan obat, namun waspadai adanya kemungkinan obstruksi jalan napas karena adanya edema laring atau jaringan sekitarnya.
Referensi :
- Buku Ajar Alergi Imunologi. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Tahun 2006.
- Siregar SP, Suyoko EMD, Akib A, Munasir Z, Matondang CS. Prevalensi penyakit atopi pada anak di Kelurahan Utan Kayu. Disampaikan pada Simposium kualitas hidup di perkotaan, Aspek penyakit alergi. Pokja Imunologi FKUI, Jakarta, 8 Maret 1990.
- Terr AI. Anaphylaxis & urticaria. Dalam: Stites DP, Terr AI. Basic and clinical immunology; edisi ke- 7. Norwalk: Appleton & Lange. 1991; 400-9.