[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]P[/dropcap]raktek memberikan pisang pada bayi-bayi muda (dianggap bayi tidak puas dengan pemberian ASI) seringkali kita jumpai di Indonesia. Banyak pula yang berakhir tragis karena pisang tersebut menyumbat saluran cernanya, yang istilah kedokterannya disebut phytobezoar sehingga harus diatasi dengan tindakan bedah.
Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini menyimpulkan, sebaiknya Makanan Pendamping (MP) ASI diberikan paling cepat pada usia 4-6 bulan. Hal ini sesuai dengan anjuran WHO untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
Alasan pemberian MP ASI mulai 4-6 bulan, adalah :
- Kematangan saluran cerna bayi umumnya terjadi pada usia 4-6 bulan.
- Hilangnya refleks menjulurkan lidah pada usia 4-6 bulan.
- Kematangan mekanisme menelan.
- Kemampuan bayi untuk duduk.
- Pertumbuhan gigi geligi.
- Kemampuan bayi untuk meniru pengasuhnya.
Mengenalkan Jenis Makanan Pendamping ASI
Mulailah dengan 1 jenis rasa setiap mengenalkan jenis makanan baru. Jangan mencampurkan beberapa jenis makanan sebelum diketahui pasti bahwa bayi dapat mentoleransi masing-masing jenis makanan tersebut.
Umumnya bayi cenderung menyukai rasa manis, sebab itu jika ingin memberikan sayuran, mulailah dengan rasa yang manis misalnya wortel atau ubi manis. Jika bayi tidak menyukai sayuran, sebaiknya tetap konsisten diberikan karena dalam beberapa kali pemberian, bayi akan mulai menyukainya.
Mulailah dengan tekstur yang halus kemudian lebih kasar. Perpindahan refleks tergantung pada ketrampilan bayi. Refleks muntah (gag reflex) terjadi jika bagian pertengahan lidah dirangsang mundur ke bagian belakang lidah setelah usia 6 bulan, sehingga memungkinkan bayi mengkonsumsi tekstur makanan yang lebih kasar.
Bagaimana Cara Memulainya ?
Makanan diberikan pertama kali dengan menggunakan ibu jari sebagai sendoknya. Perhatikan reaksi bayi, ada yang langsung membuka mulut, dan ada pula yang mengeluarkan makanan yang diberikan. Hal ini berarti refleks menjulurkan lidahnya belum hilang atau bayi belum beradaptasi dengan rasa baru. Cobalah berulang kali sampai bayi terampil mengkonsumsi tekstur makanan baru tersebut.
Ketrampilan bayi untuk menelan makanan, sangat ditunjang dengan memberikan rangsangan yang tepat untuk saraf pengecapan.
Jika mengenalkan makanan yang manis, sebaiknya diletakkan di ujung lidah, sedangkan untuk sayur mayur di bagian tengah lidah.
Berapa Banyak Makanan Pendamping ASI Harus Diberikan ?
Coba terlebih dulu sesendok teh MP ASI, untuk mengetahui reaksi bayi. Jika tampaknya menyukai makanan tersebut, boleh ditambahkan lagi bertahap sampai jumlah yang dianjurkan untuk usianya (± 2-3 sendok makan).
Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru.
Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia menyukai pisang tetapi esok hari lebih menyukai apel.
Jangan memaksa bayi untuk makan, karena menyebabkan waktu makan akan menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan untuknya.
Tanda-tanda bayi tidak ingin makan lagi, bayi menutup mulutnya dan menghindari sendok yang diberikan.
Jadwal Pemberian Makanan Pendamping ASI
Jadwal makan bayi sebaiknya disesuaikan dengan jadwal makan keluarga yaitu, 3x makanan pokok (sarapan pagi, makan siang, makan malam), 2x makanan selingan (jam 10.00 dan 16.00), serta 3x ASI (saat bagun pagi, sebelum tidur siang dan malam).
Pengenalan MP ASItentu saja ada resikonya, antara lain intoleransi atau alergi terhadap jenis makanan baru.
Gejalanya dapat berupa, rasa tidak nyaman di perut yang membuat bayi rewel. Untuk mengantisipasi hal tersebut, sebaiknya mencoba jenis makanan baru dilakukan pada pagi hari.
Kiat Pemberian Makan
Makanan bayi dan anak haruslah memenuhi syarat sebagai berikut
Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai umur.
Kebutuhan energi bayi dan anak relatif lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa, karena pertumbuhannya yang pesat. Kebutuhan energi sehari anak pada tahun pertama ± 80-120 kkal/kg berat badan.
Setiap 3 tahun, pertambahan umur kebutuhan energi turun ± 10 kkal/kg berat badan (Barnes & Curran, 1996). Selain air, zat gizi yang diperlukan oleh tubuh kita dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) dan mikronutrien (vitamin dan mineral).
Penyajian disesuaikan dengan pola menu seimbang
Pola makanan orang Indonesia umumnya memasok 60-70% energi total dari karbohidrat, 15-20% dari lemak, selebihnya 10-25% dari protein.
Secara umum makanan dikelompokkan menjadi :
- Kelompok susu yang mengandung protein dengan nilai biologis tinggi, kalsium, fosfor, riboflavin, vitamin A dan D (jika difortifikasi).
- Kelompok daging dan telur yang mengandung protein bernilai biologis tinggi, zat besi, vitamin B dan A (dari hati dan telur).
- Kelompok sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin C, provitamin A dari sayur dan buah yang berwarna hijau dan kuning, trace element, serat.
- Kelompok serealia (sumber karbohidrat) mengandung protein nabati, mineral, serat dan vitamin B.
Menu seimbang harus mencakup keempat kelompok makanan tersebut, tentu saja disesuaikan dengan bahan makanan, kebiasaan makan, dan selera makan.
Bentuk & porsi makan disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan kemampuan makan bayi/anak
Biasanya anak sudah dapat mengkonsumsi makanan padat, jika refleks menjulurkan lidahnya sudah hilang, sudah dapat menegakkan kepalanya, dan enzim pencernaannyapun sudah cukup matang untuk dapat mengkonsumsi makanan padat.
Anak sudah dapat mengkonsumsi makanan berserat, jika ketrampilan mengunyah dan menelannya sudah berkembang. Demikian pula jumlah makanan harus ditingkatkan porsinya secara bertahap sesuai dengan isi lambung bayi atau anak.
Memperhatikan kebersihan individu dan lingkungan
Kebiasaan memberi makan anak sambil berjalan di luar rumah dan kebiasaan mengudap tentu saja tidak dianjurkan karena alasan kebersihan.
Referensi :
- Barness LA. Introduction of supplemental foods to infants. Dalam: Lebenthal Ed. Textbook of Gastroenterology and Nutrition. 2ed. New York; Raven, 1989: 339-43.
- Barness LA, Curran JS. Nutrition. Dalam: Behrman, Vaughn, Eds. Nelson’s Textbook of Pediatrics. Philadelphia; Saunders, 1996: 164-5.
- Eastham EJ, Lichanco T, Grady I, Walker WA. Antigenicity of infant formulas. J Pediatr 1978:93:561-4
- Illingwoth RS, Lister J. The critical or sensitive period, with special reference to certain feeding problems in infant and children. J Pediatr 1964: 65:839.