[pullquote]Kini, makin banyak anak usia awal sekolah, bahkan prasekolah, sudah mengenakan kacamata. Yuk, kita simak apa sebab di balik kejadian tersebut.[/pullquote]
[dropcap style=”color: #83d358;”]S[/dropcap]ecara garis besar, kelainan bola mata dapat dibedakan menjadi kelainan refraksi dan non refraksi. Kelainan refraksi terjadi ketika bayangan yang dihasilkan tidak jatuh pada retina melainkan di depan atau di belakangnya. Kelainan refraksi dapat berupa rabun dekat (miopi), rabun jauh (hipermetropi), serta astigmatis. Kelainan non refraksi dapat berupa katarak, glaucoma, dan lainnya.
Pada kedua golongan, baik faktor genetik maupun lingkungan memegang peranan yang penting. Namun, pada kelainan refraksi, faktor lingkungan mempunyai peranan yang lebih penting sedangkan pada kelainan non refraksi, faktor genetikah yang lebih berperan. Kacamata lebih berperan dalam mengoreksi kelalinan refraksi.
Refraksi pada anak
Anak-anak dapat mengalami baik kelainan refraksi maupun non-refraksi dapat dijumpai tetapi kelainan refraksi lebih umum dijumpai. Menurut data WHO tahun 2004, prevalensi kelainan refraksi pada anak usia 5-15 tahun ialah 12,8 juta orang (0,97%). Kelainan refraksi yang kerap dijumpai pada anak-anak ialah miopi.
Faktor genetik memegang peranan tetapi besar pengaruhnya gaya hidup yang menuntut bola mata untuk berakomodasi maksimal dalam waktu yang lama tanpa istirahat. Telah terbukti secara medis bahwa lebih banyak anak berkacamata di perkotaan dibandingkan di pedesaan. Hal tersebut disebabkan anak-anak di perkotaan lebih sering melakukan aktivitas di tempat yang menuntut mata fokus secara berkepanjangan, seperti menonton televisi, membaca buku berkepanjangan, main video game, berada di depan komputer/laptop/tablet.
Penanganan
Seiring tumbuh dan bertambah usianya seorang anak, maka secara progresif ukuran kacamata akan berubah pula. Hal tersebut terjadi akibat bertambah besar ukuran bola mata seseorang. Oleh sebab itu, dianjurkan untuk rutin memeriksakan mata dokter agar dapat segera teridentifikasi bila terjadi perubahan ukuran.
Secara umum, mengonsumsi makanan yang sehat dan kaya akan antioksidan layaknya buah dan sayur sangat baik bagi kesehatan guna mengurangi radikal-radikal bebas dalam tubuh. Namun, hal tersebut tidak mempunyai efek langsung untuk kesehatan mata.
Banyak mengkonsumsi wortel ataupun sayur dan buah lainnya tidak terbukti dapat mengurangi ukuran kacamata seseorang ataupun menjadikannya bebas kacamata. Antioksidan seperti beta-karoten, likopen lebih berperan untuk pertumbuhan macula, sebuah area di bola mata yang kaya akan fotoreseptor yang berfungsi untuk menangkap cahaya yang diterima mata. Konsumsi sayur dan buah secara kontinyu cenderung untuk menjaga kesehatan mata di kemudian hari.
Tip memilih kacamata untuk si kecil
- Yang hendak memakai kacamata adalah anak, maka kacamatanya harus disenangi oleh anak. Untuk itu, pilih terlebih dahulu beberapa model, lalu minta anak memilih diantara model yang telah dipilih oleh orangtuanya.
- Pilihlah bingkai serta lensa kacamata yang ringan dan mantap berada di wajah si anak. Bingkai dari plastik dianjurkan untuk anak usia kurang dari 2 tahun.
- Jangan ragu bila dibutuhkan tali yang melingkar di leher ataupun yang di kepala agar kacamata tidak jatuh. Sangat dianjurkan untuk anak yang aktif.
- Anak dengan kelainan penglihatan yang berat membutuhkan lensa khusus yang disebut lensa dengan indeks tinggi yang lebih ringan dari pada lensa plastik.
Bila memungkinkan, anak mempunyai 2 kacamata dengan ukuran yang sama yang dapat berfungsi sebagai kacamata pengganti.