Secara umum tidaklah perlu seorang wanita hamil membatasi olah raga, selama ia tidak terlalu lelah atau berisiko cedera, bahkan olah raga akan memperbaiki metabolisme tubuh.
Penelitian terhadap 46 wanita yang tidak terbiasa olah raga kemudian hamil dan diminta berolah raga dengan cara berlari treadmill, aerobik, atau stair stepper secara rutin selama 20 menit 3-5 kali seminggu, ternyata memiliki berat badan bayi dan ukuran plasenta yang lebih besar. Tetapi penelitian lain menyimpulkan olah raga pada 750 ibu pekerja berhubungan dengan bayi yang lebih kecil dan kesulitan persalinan. Bagaimana faktanya?
- Selama hamil, hindari olahraga yang berhubungan dengan otot-otot perut
Mitos.
Justru ibu hamil perlu melatih otot-otot perut dan pelvis yang akan membantu ibu selama kehamilan dan juga persalinan. Yang terpenting adalah, melakukan latihan dengan gerakan yang tepat sasaran. Jadi, tetaplah berkonsultasi dengan instruktur olah raga Anda.
1). Jika sebelumnya ibu hobi jogging, tak apa melanjutkannya saat hamil
Fakta.
Menurut para ahli, olah raga jogging bukanlah olah raga yang dilarang selama kehamilan, bahkan hingga waktu menjelang persalinan. Selama tidak kelelahan dan tubuh baik-baik saja, ibu boleh melanjutkan hobi sehat tersebut, tentu dengan target yang kurang dibanding sebelum hamil. Jangan lupa konsultasikan dulu ke dokter bagaimana kondisi kehamilan Anda.
2). Kehamilan membuat ibu hamil lebih berisiko terkena cedera
Fakta.
Selama kehamilan, tubuh memproduksi hormon relaksin yang membuat jaringan ikat sendi menjadi lebih lentur demi mengakomodasi bayi dan memudahkan persalinan. Jadi, ketimbang memaksakan suatu gerakan, hindari semua aktivitas yang berhubungan dengan gerakan sendi berlebihan. Juga, karena keseimbangan ibu terganggu, hindari olahraga yang berkaitan dengan ketinggian dan risiko jatuh. Misalnya, bermain sepeda atau ski. Juga, olah raga kontak seperti basket atau sepakbola. Masalah keseimbangan ini terutama muncul pada usia kehamilan empat bulan ke atas. Olah raga scuba diving juga sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan risiko janin terkena penyakit dekompresi.
3.) Semua wanita hamil memiliki kemampuan olah raga yang sama
Mitos.
Meskipun semua wanita hamil dianjurkan untuk beraktivitas fisik dengan intensitas sedang dan teratur sekitar 30 menit sehari, tetapi setiap aktivitas tersebut memiliki risiko berbeda-beda. Juga, setiap ibu punya kondisi berbeda. Bahkan beberapa ibu hamil mendapat keuntungan dengan tidak berolah raga. Misalnya ibu hamil dengan hipertensi, gangguan jantung, punya penyakit jantung, atau dengan kehamilan kembar.
4). Jika Anda mengalami keluhan, artinya Anda memang tak boleh berolah raga
Mitos.
Beberapa keluhan memang mengharuskan ibu untuk berhenti berolahraga, tetapi bukan berarti ibu tak boleh melakukannya di lain waktu. Karena berbagai perubahan dalam tubuh, ibu hamil memang bisa mengeluhkan nyeri, kepala terasa berputar, ingin muntah atau bahkan ingin pingsan yang semuanya memang mewajibkan ibu berhenti olah raga segera. Konsultasikan pada dokter apakah hal tersebut normal dan bagaimana ibu dapat menanggulanginya dan tanyakan olah raga apa yang sebaiknya dilakukan. ACOG sendiri memberi tanda-tanda waspada pada ibu hamil yang berolah raga yaitu: perdarahan vagina, keluar air-air dari kemaluan, berkurangnya gerakan janin, kontraksi rahim, lemahnya otot, nyeri atau bengkak kaki, nyeri dada, napas terasa pendek, sensasi kepala berputar, dan ingin pingsan.
Referensi :
- Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. Williams obstetrics. 22ed. Mc.Graw hill 2005, USA.
- Exercise During Pregnancy: Myth vs. Fact. Available at www.webmd.com