[quote type=”center”]Pernah mendengar istilah ini sebelumnya? Sekarang saatnya Anda mengakrabkan diri dengan “si mata malas” ini.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]D[/dropcap]isebut mata malas karena memang mata penderita seperti malas melakukan “pekerjaannya”. Amblyopia merujuk pada keadaan di mana salah satu atau kedua mata tidak mampu berakomodasi secara maksimal. Dengan kata lain kekuatan mata anak menjadi lebih rendah dibandingkan dengan mata normal.
Hal yang menarik adalah kelainan ini bukan disebabkan karena faktor organik dari mata (penyakit yang memang berasal dari organ mata) namun karena otak tidak mampu menerjemahkan apa yang diperintahkan oleh saraf mata dan kelainan ini tidak dapat dikoreksi menggunakan kaca mata.
Fakta tentang amblyopia :
- Amblyopia biasa terjadi di usia anak-anak dan dapat disembuhkan jika terdeteksi pada umur kurang dari delapan tahun.
- Jika sampai umur delapan tahun belum terdeteksi, amblyopia bisa berakibat fatal bahkan dapat menjadi kelainan seumur hidup.
- Pada penderita yang masih berada dalam tahap ringan sampai sedang, mungkin mereka tidak merasakan gejala yang berarti disebabkan salah satu mata masih bekerja dengan normal.
- Pada mereka yang sudah sampai tahap yang lebih berat dapat mengalami pengurangan kekuatan dalam kontras dan melihat benda-benda yang bergerak, serta kesulitan melihat benda-benda tiga dimensi.
Bagaimana terapinya?
Terapi amblyopia dilakukan sesegera mungkin setelah pasien didiagnosis dokter. Terapi paling baik adalah ketika si anak berumur kurang dari 6 tahun dan harus dimulai sebelum visual anak berhenti berkembang yaitu sekitar umur 9 -10 tahun. Semakin awal terapi dimulai, semakin besar pula kemungkinan untuk sembuh.
Prinsip terapinya yaitu dengan melatih otak untuk menggunakan sinyal visual dari mata yang lemah terlebih dahulu untuk selanjutnya membangun hubungan kuat antara otak dan mata yang kemudian memungkinkan mata untuk bisa bekerja dengan normal kembali. Ada beberapa cara untuk memaksa mata yang lemah menjadi lebih kuat, dua di antaranya yaitu metode oklusi dan penalisasi.
1. Metode oklusi
Metode oklusi dilakukan dengan menutup salah satu mata yang bekerja lebih kuat menggunakan plester mata. Dengan demikian, otak dipaksa untuk “mempekerjakan” mata yang lebih lemah. Metode ini merupakan metode yang paling umum. Lama penggunaan plester mata ini bervariasi tergantung dari keparahan, bisa digunakan secara terus menerus maupun hanya pada saat-saat tertentu selama beberapa minggu atau bulan.
2. Metode penalisasi atau menggunakan tetes mata
Cara ini membuat mata yang lebih dominan bekerja menjadi blur, dengan demikian otak akan mengandalkan mata dengan visual yang lebih lemah untuk bekerja. Penalisasi jarang digunakan karena hanya mampu memperbaiki kelainan dengan tingkat keparahan ringan sampai sedang.
Dalam prosesnya, dokter akan memberikan jeda pengobatan yang dimaksudkan agar memberi kesempatan salah satu mata yang kuat untuk bekerja secara normal serta mencegah agar mata tidak semakin rusak atau melemah.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa amblyopia dapat mengalami kekambuhan jika pengobatan tidak dijalankan secara benar. Oleh karena itu, tindak lanjut pengobatan perlu diilakukan sampai anak bermur 9 – 10 tahun. Sayangi mata anak Anda, sayangi buah hati Anda!