[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]S[/dropcap]elaput ketuban adalah selaput yang melindungi janin Anda selama dalam kandungan. Selaput ini ada yang berasal dari bagian ibu ataupun janin. Gangguan pada selaput ketuban bisa menyebabkan keadaan yang berbahaya buat ibu dan janin, yang tersering adalah infeksi ketuban (korioamnionitis).
Ketuban bukanlah sekadar selaput tanpa fungsi. Selaput ini memproduksi cairan ketuban dan berbagai zat yang penting untuk janin. Tak hanya sebagai pengatur suhu, selaput ini membuat bayi dapat bergerak bebas karena bantalan air yang mengelilinginya. Bantalan air itu tak mungkin ada tanpa selaput ketuban yang berfungsi baik.
Gangguan cairan ketuban
Meskipun selaput ketuban ikut mengatur jumlah cairan ketuban tetapi bayi dalam kandungan juga ikut berperan. Bayi-bayi yang memiliki gangguan fungsi ginjal bawaan dapat menyebabkan cairan ketuban berkurang, karena ginjal bayi sudah mulai memproduksi air seni sejak dalam kandungan yang menyumbang jumlah cairan ketuban. Sebaliknya, pada bayi yang punya sumbatan di saluran cerna biasanya akan membuat cairan ketuban menjadi berlebihan.
Semakin tua usia ketuban (misalnya pada kelahiran lewat waktu), jumlah cairan ketuban yang diproduksi juga ikut menurun. Begitu juga, bila terjadi kebocoran selaput ketuban yang sering disebabkan infeksi ketuban yang tersembunyi. Cairan ketuban yang sedikit dapat membuat persalinan lebih sulit. Ibu juga mengeluh kesakitan karena gerakan bayi menjadi sangat terasa. Bila berlangsung lama dan berat, kekurangan cairan ketuban bisa menyebabkan tekanan pada bayi sehingga sering terjadi kelainan pada kaki bayi. Bila dirasakan perlu, dokter dapat menginfuskan cairan untuk menambah jumlah cairan ketuban lewat prosedur khusus.
Sedangkan cairan ketuban yang terlalu banyak, selain bisa menjadi petunjuk adanya kelainan pada janin (atau bisa juga terjadi pada bayi kembar), juga menimbulkan keluhan karena perut yang sangat membuncit. Ibu menjadi begah dan mengalami sesak.
Warna cairan ketuban juga sering dijadikan petunjuk bagi dokter tentang kondisi janin dalam kandungan. Bila cairan ketuban sudah berubah menjadi hijau, yang artinya bayi sudah buang air besar dalam kandungan, dokter akan lebih hati-hati pada saat melahirkan bayi karena cairan tersebut dapat terhirup dan menyebabkan radang paru-paru. Kondisi ini juga bisa menjadi salah satu penanda terjadi “stres” pada bayi misalnya bayi kekurangan oksigen. Cairan ketuban yang keruh juga bisa menjadi petunjuk bahwa jumlah cairannya telah berkurang. Bila timbul bau, perlu pula dicurigai adanya infeksi yang sudah menyebar ke cairan ketuban.
Waspadai infeksi
Infeksi selaput ketuban ditengarai merupakan penyebab utama persalinan prematur yang dapat dicegah. Seringkali infeksi ini tidak disadari ibu. Biasanya ibu mengeluh ketubannya telah pecah padahal persalinan masih jauh dari perkiraan. Keluhan keputihan merupakan salah satu tanda infeksi yang harus dicurigai ibu karena infeksi selaput ketuban paling sering berasal dari kuman-kuman di saluran vagina. Meski begitu, tidak semua ibu mengeluh atau merasa terganggu dengan keputihan. Apalagi keputihan juga merupakan keluhan yang bisa jadi normal-normal saja pada kehamilan.
Salah satu penyebab infeksi tersering adalah vaginosis bakterialis, yang terjadi akibat ketidakseimbangan flora normal di saluran vagina. Tanda yang patut dicurigai terjadinya infeksi ini adalah kadar keasaman vagina yang berkurang. Keputihan bisa terjadi dengan cairan yang berbau amis dan keluhan panas di area kemaluan. Bila dibiarkan kuman ini dapat “naik” ke mulut rahim dan kemudian menginfeksi selaput ketuban. Adanya perlindungan berlapis dari mulai mulut rahim, lendir pelindung di pintu rahim, selaput ketuban, hingga cairan ketuban membuat bayi sebenarnya cukup terlindungi dari efek infeksi ini.
Referensi:
Cuningham P, Leveno K, dkk. William Obstetrics. 22th ed. 2006