Mungkin Anda salah satu orang tua yang memberikan suplemen multivitamin untuk anak. Salah satu zat yang kerap diberikan adalah kurkuma. Apa sebenarnya zat ini dan benarkah ada manfaatnya?
Kurkuma atau kurkumin adalah zat aktif yang terdapat dalam tumbuhan “temu-temuan” di antaranya temu lawak dan kunyit. Temu lawak (Curcuma xantorrhiza Roxb) merupakan sumber kurkuma yang berasal dari pulau Jawa dan paling banyak dipakai sebagai bahan baku obat tradisional, mudah tumbuh di hutan-hutan hingga halaman rumah yang kaya sinar matahari.
Penelitian tentang kegunaan temu lawak sudah banyak dilakukan terutama untuk penyakit pencernaan dan liver. Dulu, temu lawak dijadikan salah satu sumber karbohidrat dan patinya bisa dipakai untuk bubur makanan bayi dan penderita gangguan pencernaan. Penelitian menunjukkantemu lawak memiliki efek melawan racun lewat peran zat kurkuminoid yaitu kurkumin dan desmetoksikurkumin.
Karena banyaknya peran temu lawak dalam dunia kesehatan, ia digolongkan fitofarmaka. Pada gangguan liver, temulawak bekerja meningkatkan produksi dan sekresi empedu, menurunkan kolesterol dan mengaktifkan enzim pemecah lemak. Tahun 1967, Luckner pernah meneliti temulawak dan menemukan efeknya untuk penyakit empedu dan kerusakan hati.
Efek kurkuma temu lawak yang saat ini sudah banyak dipakai di dunia kedokteran adalah untuk hepatitis kronis karena dapat memperbaiki fungsi hati yang ditunjukkan oleh menurunnya nilai SGOT dan SGPT. Menambah nafsu makan merupakan manfaat yang lain karena pada dosis rendah kurkuminoid dan minyak atsiri pada temulawak dapat mempercepat kerja usus halus hingga lambung cepat kosong dan menimbulkan rasa lapar. Penelitian oleh Setianingrum dan kawan-kawan menemukan temulawak meningkatkan nafsu makan pada orang yang sulit makan tanpa penyebab yang jelas.
Kunyit, alternatif kurkuma multimanfaat
Sumber kurkuma lain yaitu kunyit (Curcuma longa L, Curcuma domestica Val) mungkin lebih familiar lagi karena setiap hari kita bisa menjumpainya dalam bumbu masakan. Sebagai keluarga kurkuma, kunyit lebih terkenal sebagai antiradang dan antioksidan. Dalam penelitian laboratorium, zat kurkumin pada kunyit memiliki kekuatan antioksidan lebih tinggi dari vitamin E dan memiliki potensi untuk mencegah kanker. Penelitian pada hewan menunjukan kunyit menurunkan risiko kanker usus besar dan kanker mulut serta kulit.
Melalui kerja antioksidan dan antiradangnya, kunyit dapat mencegah penyakit jantung dengan cara menghentikan penggumpalan trombosit dan menghambat pengerasan pembuluh darah. Ditambah lagi kemampuannya menurunkan trigliserida yang bersumber dari lemak.
Kerja antiradang kunyit tersebut disebabkan zat aktif kunyit mengikat radikal bebas yang menyebabkan proses peradangan. Di Thailand, penggunaan kunyit dengan dosis 250 mg dalam kapsul juga dapat mengobati penyakit dispepsia yang ditandai oleh kembung ataupun sakit lambung.Sebagaimana obat, kunyit pun memiliki kontraindikasi yaitu tak dianjurkan pada orang dengan batu di saluran empedu dan belum pernah diteliti pada ibu hamil dan menyusui hingga pada keadaan ini, penggunaannya perlu ditanyakan pada yang ahli.
Referensi:
- Sidik dkk. Temulawak (Curcuma zantorrhiza Roxb): Botani, etnobotani, kimia farmakologi, dan pemanfaatannya dalam kesehatan.
- Sastrapraja, dkk. Tanaman pekarangan. Lembaga Biologi Masional LIPI. Balai Pustaka, Jakarta 1980
- Departemen Kesehatan RI, Jakarta, Memanfaatkan tanaman obat. Edisi III. 1983
- Dept. of medical scinces, Ministry of Public Health. Thailand, 1990. Manual of Medicinal plant for primary health care. Division of medical plant research and development.
- Beckham N. The Australian family guide to natural therapies. Penguin Book Australia, 1999. Hal 276-277