[quote type=”center”]Duh, leher si kecil kok bengkak ya. Mungkin ia terkena gondongan. Untuk tahu lebih banyak tentang penyakit ini, ayo ketahui lebih lanjut.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]C[/dropcap]uaca yang tengah tak bersahabat, panas terik dengan kelembaban tinggi merupakan sarana yang cocok bagi virus untuk berkembang biak. Salah satu virus yang mesti diwaspadai adalah virus gondongan.
Di Indonesia, risiko anak terkena gondongan mungkin masih tinggi, mungkin karena vaksin MMR belum masuk ke dalam program imunisasi pokok. Vaksin MMR yang salah satunya biasa digunakan untuk mencegah gondongan hanya dilakukan di 57% dari negara yang menjadi anggota Organisasi Kesehatan Dunia, terutama di negara-negara maju.
Gondongan atau dalam dunia kedokteran dikenal sebagai parotitis atau mumps adalah suatu penyakit menular yang disebabkan Paramyxovirus. Virus jenis ini menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.
Waspada anak usia sekolah
Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-14 tahun, dan orang dewasa. Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun, karena umumnya mereka masih memiliki anti bodi yang baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan seumur hidupnya.
Penyebaran virus dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar.
Anak dengan gondongan berpotensi menjadi sumber penularan selama 9 hari sejak keluhan bengkak ditemukan. Sebaiknya pada periode tersebut anak dianjurkan tidak masuk sekolah atau melakukan aktivitas di keramaian.
Tanda dan gejala
Sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun biasanya pada awal 1-2 hari penderita gondongan mengalami gejala demam (suhu badan 38.5 – 40oC), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut). Kadang disertai nyeri telinga yang hebat pada 24 jam pertama.
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan. Sekitar 70-80% terjadi pembengkakan kelanjar pada dua sisi. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3-5 hari kemudian berangsur mengempis dan disertai dengan demam yang membaik.
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindrom Reye (bisa karena pengaruh aspirin pada anak-anak). Pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai penderita kembali baik dengan sendirinya.
Jika pada zaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (warna biru untuk mencuci pakaian), sebenarnya hal itu tidak ada hubunganya secara klinis Kemungkinan besar hanya agar anak yang terkena penyakit gondongan ini malu jika main keluar dengan wajah belepotan blau. Sehingga diharapkan anak banyak istirahat di rumah untuk membantu proses kesembuhan.
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease” (penyakit yang sembuh sendiri tanpa diobati). Sebaiknya, Ibu menjaga anak dari asupan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan makanan cair dan lunak.
Pemberian vaksinasi MMR (mumps, morbili, rubela) untuk mencegah penyakit gondong merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak, diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan. Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum pernah menderita gondongan.