[pullquote]Tiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada yang suka sambil mendengarkan, membaca, dan bergerak kesana kemari. Bagaimana mengenali gaya belajar anak ?[/pullquote]
[dropcap style=”color: #83d358;”]B[/dropcap]elajar adalah proses memaknai pengalaman. Sumber pengalaman tersebut bisa bermacam-macam, baik lewat membaca, mendapat penjelasan dari orangtua, guru dan orang lain, ataupun lewat pengalaman. Saat mendapat pengalaman baru, anak berusaha memaknai informasi yang baru didapat.
Ketika ada informasi baru yang dipahami dan disimpan anak dalam memorinya, terjadi perubahan struktur kecil dalam otak, terbentuk jaringan baru diantara neuron-neuron yang terlibat dalam prosesnya. Cara pembentukan jaringan baru inilah yang berbeda-beda karena neuron yang terlibat juga bisa jadi berbeda. Semakin banyak pengalaman yang bermakna bagi anak maka semakin banyak informasi yang diserap dan terjalinlah aneka jaringan baru di antara neuron yang akan menjadi modal anak untuk menghadapi aneka tantangan dalam hidupnya dan mencari solusi bagi tantangan tersebut.
Ada banyak faktor yang mendukung pembentukan jaringan neuron baru sebagai hasil belajar ini. Atensi menjadi salah satu faktor utama. Semakin besar fokus seorang anak terhadap pengalaman, semakin mudah ia menyerap informasi baru. Atensi sendiri juga dipengaruhi oleh banyak hal seperti kondisi tubuh (inilah mengapa anak disarankan cukup gizi, cukup istirahat, dan cukup olahraga). Jenis pengalaman atau stimulus juga turut berperan.
Anak-anak merespons aneka stimulus dengan cara berbeda. Ada anak dengan jaringan neuron yang lebih cepat merespon ketika materi diberikan dalam bentuk gambar, ada yang cepat mengingat materi yang didengar, dan ada juga yang perlu melakukan praktek.
Atensi juga turut mempengaruhi bagaimana informasi disimpan. Ada informasi yang hanya disimpan sementara (short term memory) dan ada yang dianggap penting untuk diingat kembali di masa mendatang (long term memory). Di sisi lain, atensi atas suatu pengalaman dan pola reaksi otak terhadap jenis pengalaman atau stimulus baru sebenarnya juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman sebelumnya termasuk pola asuh orangtua. Cara merespons stimulus yang kemudian mempengaruhi atensi inilah yang kemudian diteliti oleh para ahli lebih lanjut hingga kemudian ditemukan aneka gaya belajar. Secara umum ada 3 gaya belajar besar yaitu auditori, visual, kinestetik.
Si Kuping Tajam
Anak-anak yang memiliki gaya belajar Auditori bisa lebih fokus memperhatikan informasi yang didengarnya. Cirinya, ia suka membaca keras (agar bisa didengarnya), suka menceritakan pengalamannya, memperhatikan suara tertentu misalnya efek suara di film, menikmati musik, cepat memahami instruksi verbal, mudah mengingat nama, serta senang belajar berkelompok.
Anak-anak ini bisa mendapat manfaat bila orangtua memberi informasi secara verbal. Musik dan video juga bisa menjadi alat bantu yang baik. Cobalah berkomunikasi dengan anak menggunakan musik, misalnya ajak anak menyanyi bergantian seperti dalam film-film musikal. Bila anak sudah sekolah, ajak anak untuk mendengarkan ucapan guru dan diskusikan materi yang ia sudah dapat.
Selain itu rekaman suara guru menjelaskan materi atau suara membaca catatan juga bisa menjadi alat bantu belajar di rumah. Ia juga bisa belajar melalui diskusi kelompok dengan teman lain. Mengingat sensitivitas anak terhadap apa yang ia dengar, terkadang ia juga mudah terganggu oleh suara lain saat ia berusaha menyerap informasi. Maka, ada baiknya situasi tempat belajar anak diatur sedemikian rupa sehingga anak tidak terganggu oleh suara lain.
Si Mata Elang
Anak-anak dengan gaya belajar visual bisa menyerap banyak informasi dari apa yang ia lihat. Mereka biasanya cepat mengeja dan membaca, namun tidak terlalu mudah mengingat nama. Ciri-ciri lain ia biasanya suka melihat beragam warna dan memperhatikan materi visual seperti gaya baju, lukisan. Ia juga cepat memahami peta dan tabel serta mengingat bahasa isyaratdengan baik. Bahkan, terkadang anak-anak ini bisa menceritakan warna-warna dalam mimpinya.
Orangtua dan guru dapat memanfaatkan gaya belajar ini dengan memberi informasi melalui beragam materi visual seperti diagram, peta, tabel. Mengajak anak membuat flashcard dan mind map dengan aneka warna dan gambar juga bisa membantu. Ada baiknya bila ia sudah sekolah duduk dekat papan tulis atau layar presentasi agar dapat melihat lebih jelas.
Si Petualang
Anak-anak dengan gaya belajar kinestetik belajar melalui kegiatan yang memungkinkan dirinya untuk menyentuh materi dan bergerak. Kebutuhannya akan bergerak membuat mereka lebih menyukai materi praktek seperti olahraga ataupun melakukan percobaan di laboratorium dan membuat sebuah karya. Mereka menyukai bacaan petualangan, juga film-film aksi. Karena kurangnya pemahaman akan gaya belajar ini, anak dengan gaya belajar kinestetik sering disalahpahami dan dianggap badung karena sulit duduk tenang dalam waktu lama.
Orangtua dapat memilih kegiatan yang membantu anak banyak bergerak seperti bela diri dan tari, kegiatan seni tiga dimensi seperti membuat patung, atau karya wisata ke museum untuk belajar sejarah. Terkadang anak mengembangkan kebiasaan tersendiri yang memungkinkan bagian tubuhnya untuk bergerak dalam situasi yang mengharuskannya untuk duduk tenang.
Misalnya menggoyangkan pensil, memainkan rambut, atau ada anak tertentu yang lebih fokus bila belajar sambil mengunyah permen. Orangtua sebaiknya membantu mengkomunikasikan kebutuhan ini pada guru di sekolah. Agar optimal, anak dengan gaya belajar kinestetik juga butuh waktu-waktu istirahat dalam belajar yang memungkinkan dirinya bergerak lebih leluasa.
Gaya kombinasi
Banyak anak yang memiliki gaya belajar lebih dari satu, bisa jadi gaya belajarnya merupakan kombinasi visual dan kinestetik sehingga ia belajar banyak dengan membaca dan menulis rangkuman. Bisa juga anak belajar optimal dengan menonton dan mendengarkan video (visual-auditori).
Orangtua bisa mencoba mengenali ciri anak berdasar karakter yang sudah disebutkan di atas. Kuis sederhana untuk melihat ciri anak juga dapat dengan mudah diakses di internet. Ada baiknya bila orangtua tidak langsung melabel anaknya sebagai gaya belajar tertentu, coba gunakan beraneka materi, baik visual, auditori, maupun kinestetik agar anak juga bisa melatih atensinya untuk menerima berbagai jenis pengalaman.