[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]O[/dropcap]rang tua kerap khawatir bila anaknya tidak buang air besar (BAB) secara teratur. Apalagi bila disertai keluhan anak menangis saat BAB karena nyeri, tinjanya yang terlalu besar, terlalu keras, atau BAB terlalu jarang.
Pada awalnya, penyebab sulit BAB atau konstipasi pada anak mungkin sederhana saja, misalnya kekurangan serat. Tetapi, karena tidak diatasi dengan baik, konstipasi menjadi kronik dan membuat frustasi anak, orangtua, juga dokter yang merawat.
Bilamana disebut konstipasi
Anak dikatakan konstipasi bila mengalami ketidakmampuan untuk mengeluarkan tinja secara sempurna yang ditandai dengan:
- berkurangnya frekuensi berhajat daripada biasanya,
- tinja lebih keras dari sebelumnya, teraba massa tinja bila dilakukan pemeriksaan perut, dengan atau tanpa disertai enkopresis (cepirit).
Apa penyebabkonstipasi ?
Kekurangan asupan serat, kurang minum, dan kehilangan cairan adalah faktor penyebab konstipasi. Serat menentukan berat tinja dan tinja yang berat akan lebih cepat dan sering dikeluarkan.
Berkurangnya aktivitas, misalnya pada orang yang sebelumnya aktif lalu sakit, sehabis operasi, kecelakaan, atau sedentary lifestyle, stres. Perubahan aktivitas rutin seperti liburan, berkemah, masuk sekolah kembali setelah libur, ketersediaan toilet, dan masalah psikososial juga dapat mengubah frekuensi BAB hingga menyebabkan konstipasi.
Khusus pada anak, penyebab tersering konstipasi adalah menahan BAB karena pengalaman nyeri pada BAB sebelumnya, biasanya disertai lecet pada anus (fisura ani). Akibat menahan BAB,massa tinja akan tertahan di usus dan terjadi penyerapan air dan garam berlebihan hingga tinja menjadi besar dan keras.
Akibatnya, tinja makin sulit dikeluarkan menimbulkan keluhan nyeri saat BAB. Rasa nyeri ini membuat anak kembali menahan BAB, berakibat massa tinja makin keras dan besar, nyeri saat BAB, dan seterusnya. Demikian berlangsung seperti lingkaran setan menimbulkan apa yang disebut konstipasi kronik.
Gejala dan tanda konstipasi kronik
- Awalnya, sering didapatkan riwayat berkurangnya frekuensi BAB pada anak. Pola BAB yang jarang ini bisa terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum anak dibawa ke dokter. Bila sudah kronik, frekuensi BAB sudah tak bisa dipakai lagi untuk mendiagnosis konstipasi.
- Sakit perut dan kembung yang hilang bila anak BAB, dan riwayat tinja keras dan besar.
- Kecepirit (BAB cair, sedikit-sedikit) di antara BAB yang bertinja keras.
- Tidak mau makan, berat badan kurang dari normal. Keluhan ini akan membaik bila konstipasi diobati.
- Anak kerap menahan tinja dengan berbagai posisi tubuh seperti menyilangkan kedua kaki, menarik kaki kanan dan kiri bergantian ke depan dan belakang seperti berdansa.
- Bisa disertai gejala tak bisa menahan pipis (inkontinensia urin), infeksi saluran kemih, dan ngompol.
- Bila diperiksa perutnya, bisa terdapat pembesaran perut, bisa teraba benjolan pada perut bagian kiri dan kanan bawah atau di atas tulang kemaluan.
- Bila diperiksa anusnya, dapat terlihat lecet berupa garis, kemerahan di sekitar anus. Bila anak cepirit, bisa terlihat tinja di celananya.
Sering terjadi orangtua kerap terlalu khawatir dan menyangka anaknya konstipasi padahal tidak, ini disebut pseudokonstipasi. Keluhan kalau anaknya sering tampak mengejan kesakitan saat berhajat atau frekuensi BAB jarang bukanlah pertanda konstipasi asal tinja anak lunak dan tidak ditemukan kelainan saat pemeriksaan oleh dokter.
Keadaan lain adalah adanya kelainan organ yang mendasari penyakit konstipasi anak, misalnya penyakit Hirschsprung, yaitu gangguan saraf usus yang menyebabkan anak jarang BAB. Umumnya, gejala muncul sejak lahir. Gejala sulit Bab yang muncul saat usia toilet training (lebih dari 2 tahun), bisanya disebabkan kelainan fungsional dan bukan kelainan organ.
Dokter dapat meminta beberapa pemeriksaan pada konstipasi yang diduga disebabkan kelainan organ, misalnya pemeriksaan sinar (rontgent) perut dengan atau tanpa zat kontras enema barium, biopsi, manometri, ataupun pemeriksaan kelainan hormon tiroid, USG perut, MRI (magnetic Resonance Imaging), dan lain-lain.
Bagaimana mengatasi konstipasi
Harus dibedakan apakah konstipasi berlangsung akut atau kronik. Dikatakan akut bila keluhan berlangsung kurang dari 1-4 minggu, dan dikatakan kronik bila berlangsung lebih dari satu bulan.
Mengeluarkan tinja (disimpaction)
Bila tinja sudah sangat besar hingga teraba seperti benjolan di perut atau tampak di anus namun tak bisa keluar, tinja tersebut harus dikeluarkan baik dengan obat yang diminum atau yang dimasukkan ke anus. Biasanya dilakukan selama 2-5 hari hingga tinja berhasil keluar secara sempurna.
Obat yang diminum bisa berupa minyak mineral (parafin liquid) 15-30 ml/tahun (maksimal 240 ml sehari) untuk anak-anak namun tidak boleh diberikan untuk bayi, atau polietilen glikol (PEG) diberikan menggunakan selang.
Obat yang dimasukkan ke anus misalnya enema fosfat hipertonik, enema garam fisiologis, atau minyak mineral. Untuk bayi, diberikan berupa supositoria atau enema gliserin 2-5 ml.
Terapi rumatan
Setelah tinja berhasil dikeluarkan, selanjutnya terapi untuk mencegah kekambuhan. Perbanyak minum, makan karbohidrat dan serat. Pilih buah yang mengandung serat dan air seperti pepaya, semangka, bengkuang, dan melon. Buah prune, pir, dan apel yang mengandung serat dan sorbitol juga dapat dikonsumsi dalam bentuk jus untuk melancarkan BAB.
Anak juga dilatih untuk BAB teratur setelah makan pagi dan malam. Jangan terburu-buru karena anak akan stres dan malah lebih sulit mengeluarkan tinja. Berilah waktu sekitar 10-15 menit dan lakukan secara teratur agar reflek gastrokolik (reflek kontraksi usus besar/kolon) berkembang. Jika perlu, anak diberi hadiah saat berhasil BAB.
Pada terapi rumatan ini, obat bisa juga diberikan berupa laktulosa 70 persen, sorbitol, atau minyak mineral untuk anak di atas satu tahun. Larutan magnesium hidroksida boleh diberikan tetapi tidak untuk anak dan bayi yang punya penyakit ginjal. Bila anak masih konstipasi, dokter bisa memberikan obat tambahan cisapride. Terapi ini bisa berlangsung beberapa bulan sampai BAB normal kembali. Setelah itu secara bertahap terapi obat dihentikan. Anak yang pernah konstipasi kronik masih diamati pola BAB-nya karena sering kambuh.
Penyebab Konstipasi Akut Tersering pada Anak |
|
Obat yang bisa menyebabkan konstipasi |
|
Referensi :
- DiPalma JA. Current treatment opsions for chronic constipation. Rev. Gastroenterol Dis 2004;4:34-42
- Abel E. Managing constipation in a pediatric patient: it is more than a simple problem. Clin Excell Nurs Pract 2001;5:211-7
- Baker SS, Liptak GS, Colletti RB. Constipation in infants and children: evaluation and treatment. A medical position statement of the North American Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition. IPGN 1999;29:615-26