Gingivitas merupakan suatu proses peradangan yang dimulai sejak masa anak-anak awal. Pada umumnya bersifat reversible, namun bila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan penyakit periodontal.
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]S[/dropcap]ecara klinis gingivitis ditandai dengan adanya kemerahan, pembengkakan, bertambah dalamnya gingival dan perdarahan gusi spontan. Saat ini gingivitis pada anak masih menunjukan prevalensi yang tinggi. Kejadiannya meningkat pada usia 6-7 tahun saat gigi-gigi tetap mulai tumbuh. Karang gigi atau plak merupakan penyebab utama gingivitis di samping terdapat faktor pencetusnya, seperti tipe makanan, sisa makanan yang terselip di antara gigi, trauma pada jaringan lunak, posisi gigi geligi yang tidak beraturan, bernafas melalui mulut, perubahan hormonal, status gizi buruk, serta obat-obatan tertentu.
Tipe penyakit gingival pada anak
1. Chronic marginal gingivitis
merupakan kelainan gingival yang sering terjadi pada anak-anak. Gingival mengalami perubahan warna, ukuran konsistensi, dan tekstur permukaan yang menunjukan suatu peradangan. Perubahan warna dan pembengkakan merupakan tanda yang paling sering muncul. Penyebabnya adalah plak, kalkulus, erupsi gigi, gigi belum tumbuh sempurna.
2. Localized Gingival Recession
disebabkan oleh berbagai faktor, pada anak-anak posisi gigi pada lengkung rahang merupakan penyebab terpenting terjadinya kelainan ini. Resesi dapat terjadi sebagai suatu fase transisi pada masa erupsi gigi dan dapat terkoreksi setelah gigi berada pada posisi yang baik
3. Acute Gingival Infection
sering terjadi pada anak-anak dan merupakan penyakit akibat infeksi saluran pernafasan atas, Candidiasis akibat infeksi jamur candida albicans. Insidensi rendah pada anak-anak, tetapi mengalami peningkatan pada anak yang kurang gizi dan penyandang syndrome down.
Kondisi gingivitis seseorang tidak dapat dipisahkan dari status kebersihan mulutnya. Pada beberapa penelitian dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara insedensi gingivitis yang tinggi dengan kebersihan rongga mulut. Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan pembersihan secara mekanik hingga saat ini merupakan tehnik pembersihan yang paling efektif di samping untuk pencegahan gingivitis.
Manfaat obat kumur
Dewasa ini pemakaian obat kumur oleh masyarakat untuk pemeliharaan kebersihan rongga mulut mengalami peningkatan, seiring dengan tersedianya berbagai merek dagang yang pada umumnya mengandung zat aktif yang bersifat sebagai anti microbial. Beberapa penelitian menunjukan bahwa obat kumur mampu menghambat terbentuknya plak dan terbukti dapat mengurangi keparahan gingivitis pada pasien-pasien yang melakukan kumur-kumur dengan obat kumur sebelum menggosok gigi.
Pada masa lalu penggunaan bahan-bahan kimia untuk terapi gingivitis pada pasien yang tidak memiliki riwayat periodontitis pernah dipertentangkan dan hanya dipakai pada pasien-pasien yang tidak mampu memelihara kebersihan mulutnya. Saat ini produk antimikroba terbaru dengan efek samping minimal dan tidak menimbulkan resistensi bakteri banyak diperdagangkan. Suatu produk dengan zat aktif berupa hydrogen peroksida dan povidone iodine yang dicampurkan dalam air untuk kumur-kumur menunjukan penurunan keparahan gingivitis setelah pemakaian selama 2-3 minggu.
Mekanisme kerja obat kumur secara umum memiliki cara kerja yang sama yaitu merusak sel bakteri, menguraikan enzim pada matriks plak, menghambat agregasi bakteri atau menghambat perlekatan bakteri pada permukaan gigi. Sampai saat ini zat yang paling efektif dan banyak digunakan dalam produk-produk obat kumur adalah chlorhexidine, triclosan, dan baking soda.
Apa yang terkandung dalam obat kumur?
- Chlorhexidine yang dipakai dalam obat kumur adalah chlorhexidine digluconate. Chlorhexidine dalam obat kumur menyebabkan perubahan komposisi bakteri mulut yang cukup berarti tetapi bersifat sementara karena bila pemakaiannya di hentikan maka komposisi tersebut akan kembali seperti semula. Pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan pewarnaan pada gigi, lidah, dan tambalan gigi. Juga meningkatkan kalkulus (karang gigi), iritasi mukosa, dan perubahan dalam sensasi rasa sehingga pemakaiannya perlu dibatasi.
- Triclosan merupakan antimikroba spectrum luas yang memiliki efektifitas dan efek samping lebih rendah dari chlorhexidine dan dapat digabungkan dalam pasta gigi tanpa mengurangi efektifitasnya. Kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan plak supragingival dan mengurangi keparahan gingivitis telah dibuktikan melalui beberapa penelitian. Triclosan tidak menganggu komposisi normal mikroflora, tidak memacu pertumbuhan bakteri serta tidak menimbulkan resistensi bakteri, sehingga dianggap aman untuk penggunaan jangka panjang.
- Baking soda biasa dipakai bersama dengan hydrogen peroksida. Semua bahan-bahan ini menurunkan peradangan gingival, tetapi penelitian jangka pendek dan jangka panjang dalam pemakaiannya sebagai obat kumur tidak menunjukan kemampuan yang baik sebagai antimikroba.
Obat kumur dengan kandungan alkohol paling tinggi yaitu 25% pemakaiannya harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya alcohol intoxication terutama pada anak-anak, selain itu obat kumur dengan kandungan alkohol ini di curigai menimbulkan karsinoma rongga mulut.
Zat aktif dalam obat kumur memiliki beberapa efek samping dan pemakaian secara terus menerus dalam jangka waktu lama perlu dipertimbangkan. Pada saat merekomendasikan suatu produk obat kumur untuk anak harus lebih hati-hati terhadap efek negatif, hendaknya aroma dan rasa obat kumur dipilih yang dapat diterima oleh anak-anak.
Menjaga kesehatan gingival harus berlandaskan pada prinsip pencegahan sehingga Dental Health Education harus tetap diberikan kepada pasien untuk meningkatkan motivasi dan kemampuannya dalam menjaga kebersihan mulut.