[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]M[/dropcap]eski belum lepas rasa gembira karena lahirnya si kecil, Santi kini tetap bingung akan suatu hal. Bagaimana tidak, Santi termasuk wanita karir, ia baru saja mengambil masa cuti melahirkan, dan kini ia harus kembali masuk bekerja. Namun pikirannya tertumbuk pada si kecil, bagaimana caranya ia memberikan ASI untuk si kecil? Akankah usainya masa cuti ini menjadi kendala pemberian ASI eksklusif?
Air susu ibu (ASI) mengandung berbagai komponen yang menguntungkan. Bayi yang tidak mendapatkan ASI memiliki risiko 6 kali lipat meninggal pada tahun pertama.
Pada pemberian ASI eksklusif, bayi hanya diberi ASI tanpa makanan atau minuman lain termasuk air putih,
kecuali obat, vitamin, mineral, dan ASI yang diperah. Menurut WHO, ASI eksklusif harus diberikan selama 6 bulan, tanpa makanan tambahan lainnya.
Sebuah pe-er bagi ibu bekerja, karena biasanya masa cuti hanya berlangsung selama 3 bulan—sementara keinginan
untuk memberikan ASI eksklusif begitu besar. Tak perlu khawatir, pasti ada jalan keluarnya.
Tips menyusui bagi ibu bekerja :
- Susui bayi Anda seperti biasa, tinggalkan ASI yang sudah
- Anda peras untuk persediaan di rumah.
- Perah ASI di tempat kerja setiap 3-4 jam sekali secara teratur agar produksi ASI tetap terjaga.
- Pilih tempat yang tenang dan nyaman untuk memerah ASI.
- Upayakan agar ibudalam kondisi rileks saat memerah ASI.
- Menggunakan peralatan yang bersih dan steril. Peralatan sebaiknya dibersihkan segera setelah digunakan.
- ASI dapat disimpan di lemari pendingin atau lemari pembeku/ freezer.
- Pada saat ibu bekerja, ASI perah dapat diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
- Pada saat ibu di rumah, sesering mungkin menyusui bayi, dan ganti jadwal menyusuinya sehingga banyak menyusui di malam hari.
- Sebaiknya ibu telah mulai mempraktekkan keterampilan memerah ASI dan merubah jadwal menyusui sejak satu bulan sebelum bekerja.
- Selalu minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama masa menyusui bayi.
Bagaimana cara memerah ASI ?
Memerah ASI selain berguna bagi ibu bekerja dalam memperoleh ASI untuk ditinggalkan di rumah, juga berguna
untuk mengurangi payudara bengkak, tersumbat atau ASI stasis, puting terbenam, bayi berat lahir rendah (BBLR), mempertahankan produksi ASI dengan pengosongan payudara, membantu mengurangi kepenuhan agar bayi dapat melekat dengan baik, dan mencegah puting dan areola menjadi terlalu kering atau lecet.
Cara memerah ASI menggunakan tangan :
- Ibu harus mencuci tangan dengan bersih sebelum memerah ASI.
- Duduk atau berdiri dengan rileks dan nyaman.
- Pegang cangkir atau wadah bersih (yang telah dcuci dengan air mendidih) dekat ke payudara.
- Letakkan ibu jari di atas puting dan areola dan jari telunjuk pada bagian bawah puting dan areola bersamaan dengan ibu jari dan jari lain menopang payudara.
- Tekan ibu jari dan jari telunjuk sedikit ke arah dada, tetapi jangan terlalu kuat agar tidak menyumbat aliran susu.
- Tekan sampai teraba pada sinus laktiferus yaitu tempat tampungan ASI di bawah areola.
- Tekan dan lepas, tekan dan lepas. Kalau terasa sakit, berarti tekniknya salah. ASI akan mengalir terutama bila refleks oksitosinnya aktif. Apabila pada mulanya ASI tidak keluar, jangan berhenti, setelah beberapa kali maka ASI akan keluar.
- Tekan dengan cara sama di sisi sampingnya untuk memastikan memerahnya dari semua segmen payudara.
- Hindari mengelus jari pada kulit payudara tetapi sebaiknya seperti menggelinding.
- Hindari memencet puting karena hal ini sama dengan jika bayi mengisap pada puting.
- Perah ASI selama 3-5 menit sampai ASI berkurang pada satu payudara, lalu pindah ke payudara satu lagi, demikian terus bergantian.
- Memerah ASI dapat memakan waktu 20-30 menit, dan usahakan tidak terlalu cepat dari waktu tersebut.
ASI yang diperah harus dikeluarkan sebanyak mungkin. Ada ibu yang dapat mengeluarkan sampai 2 cangkir (400-500 ml) atau lebih walaupun setelah bayi selesai menyusu. Tetapi meskipun hanya 1 cangkir (200 ml) sudah bisa untuk pemberian 2 kali @ 100 ml.
ASI juga dapat diperah menggunakan pompa payudara yang manual, menggunakan baterai, atau pompa
listrik. Peralatan yang digunakan harus bersih. Pompa baik digunakan bila ASI benar-benar penuh, tetapi pada payudara yang lunak akan lebih sukar.
Memerah dengan pompa manual dengan cara membuat tekanan negatif tidak dianjurkan lagi karena dapat merusak saluran ASI. Pompa manual juga dapat meningkatkan kontaminasi kuman dan menyebabkan mastitis (radang payudara). Pompa listrik lebih efektif dalam meningkatkan hormon prolaktin ibu dan volume ASI bila dibandingkan dengan pompa manual atau pompa baterai.
Cara Penyimpanan ASI dan Media yang Digunakan
ASI perah disimpan dalam wadah atau botol steril. Sebaiknya botol tersebut terbuat dari kaca dan harus tertutup
rapat. Jangan mencampur ASI yang diperah sekarang dengan ASI yang diperah sebelumnya. Wadah atau botoldiberi label saat kapan ASI diperah (tanggal dan jam). ASI yang diperah lebih dahulu harus diberikan lebih dahulu juga.
ASI perah dapat dibiarkan dalam suhu kamar (kurang lebih 19-25o C) selama kurang lebih 6 – 8 jam,
bila masih kolostrum (susu awal atau susu yang pertama kali keluar pada 1-7 hari setelah kelahiran) bisa sampai 12 jam. Di dalam lemari pendingin (suhu 4o C) selama 24-48 jam dan di dalam lemari pembeku (suhu -4o C) dapat
bertahan 2 minggu – 4 bulan. ASI yang disimpan dalam lemari pendingin atau pembeku tidak boleh ditaruh di dekat pintu. Apabila disimpan di dalam deep freezer (-18o C), ASI dapat tahan sampai 6 bulan. Perlu diperhatikan bahwa suhu tempat penyimpanan harus stabil.
Penyimpanan ASI selama 24 jam tidak mempengaruhi kadar vitamin A, zinc, zat besi, tembaga, natrium, atau
protein nitrogen pada suhu 37o C. Kadar asam askorbat menurun pada suhu 37o C selama 24 jam dan 4o C selama 48 jam (stabil selama 4 jam). Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu penyimpanan, maka semakin tinggi akumulasi asam lemak bebas. Penyimpanan dalam lemari pembeku tidak mempengaruhi kadar biotin, niacin, asam folat, vitamin E, dan vitamin larut lemak dalam ASI. Untuk mempertahankan aktivitas antioksidan ASI, waktu
penyimpanan harus dibatasi sampai 48 jam. ASI yang ditaruh di dalam lemari pendingin lebih baik daripada disimpan di dalam lemari pembeku.
Cara pemberian ASI perah
ASI beku yang akan dipergunakan, harus dipindahkan ke lemari pendingin agar mencair. Kemudian diambil seperlunya (sesuai dengan jumlah kebutuhan bayi sekali minum) untuk dihangatkan kalau mau diberi kepada bayi. ASI tidak boleh dimasak atau dipanaskan, hanya dihangatkan dengan merendam cangkir dalam air hangat. Apabila ASI yang telah dihangatkan tidak habis diminum oleh bayi, maka ASI tersebut harus dibuang.
Pemberian ASI perah tidak boleh menggunakan botol atau dot, karena hal ini akan menyebabkan bayi “bingung
puting”. Gunakan cangkir atau sendok, sehingga bila saatnya ibu menyusui langsung, bayi tidak menolak menyusu. Pemberian dengan cangkir lebih cepat daripada dengan sendok. Namun, apabila bayi sakit, sulit bernapas, sering
tersedak atau muntah, pemberian dengan sendok dapat dilakukan dengan perlahan dan sabar supaya bayi mendapat ASI dalam jumlah yang mencukupi.
Cara pemberian ASI perah dengan menggunakan cangkir :
- Orang yang memberi minum bayi duduk dengan memangku bayi.
- Memegang punggung bayi dengan lengan.
- Meletakkan cangkir pada bbir bawah bayi.
- Lidah bayi berada di atas pinggir cangkir dan biarkan bayi mengisap ASI dari dalam cangkir (saat cangkir dimiringkan).
- Berikan sedikit waktu istirahat setiap kali bayi menelan.
- Memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan bayi (on demand), tidak dijadwalkan.
ASI yang telah disimpan sesuai dengan cara penyimpanan yang baik tidak berbahaya. Bayi-bayi tidak akan menolak
minum ASI tersebut, walaupun rasa dan warna ASI tersebut berubah.
Referensi :
- Lawrence RA, Lawrence RM. The collection and storage of human milk banking. In: Breastfeeding: A Guide for Medical Profession. Sixth edition. Philadelphia: Elsevier Morby; 2005: p 761-94.
- Sidi IP, Suradi R, Masoara S, Boedihardjo SD, Marnoto W. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Edisi 2. Jakarta: Perinasia, 2004.
- Hanna N, Ahmed K, Anwar M, Petrova A, Hiatt M, Hegyi T. Effect of storage on breastmilk antioxidant activity. In: Archieves of Diseases in Childhood and Neonatal Edition. 2004;89:518-20. New Brunswick.