[quote type=”center”]Jika pendidikan anak merupakan sebuah rumah, maka orangtua merupakan salah satu pilarnya yang membuat tujuan pendidikan tercapai.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]P[/dropcap]eran orangtua terhadap pendidikan anak sangat besar, bahkan lebih besar dari peran sekolah itu sendiri. Karena pada dasarnya, sekolah hanyalah salah satu fasilitas pendidikan, pendidikan yang utama dan pertama adalah yang diterima anak dari orangtuanya di rumah.
Namun sayangnya, di tengah kerancuan pola pendidikan formal di negeri ini, masih ada orangtua yang juga tak terlalu peduli akan pendidikan anaknya. Pendidikan dianggap sebagai tugas sekolah dan guru belaka. Apalagi jika orangtua merasa sudah memasukkan anak ke ‘sekolah mahal’, sehingga merasa tak perlu memerhatikannya lagi. Padahal, sebaik apapun guru di sekolah, jika orangtua tidak ikut mendukung dan turun tangan dalam hal pendidikan, maka hasilnya pun tidak akan optimal.
Namun memang, dengan adanya informasi yang kian gencar mengenai pentingnya dukungan orangtua, kini sudah semakin banyak yang tergerak untuk lebih membuka mata. Sehingga hal ini menggerakan orangtua untuk bekerja sama dengan sekolah atau institusi pendidikan di mana anaknya mengenyam pendidikan.
Ciptakan waktu
Hal yang perlu ditanamkan adalah jika tiap orangtua merasa pendidikan adalah hal yang penting, maka buatlah waktu yang memang dicurahkan untuk pendidikan anak. Bukan sisa waktu atau waktu luang ketika sempat saja. Atau ketika sedang bermain atau berinteraksi dengan anak, selalu selipkan hal yang bisa mendidik.
You can have a million reasons to excuses didn’t do something, you just need one reason to do something. Pepatah itu memang ada benarnya. Sebelum menjadi orangtua, setiap orang pasti ingin menikmati waktu sesuai dengan keinginannya. Namun, ketika berubah status menjadi orangtua, pendidikan anak juga seharusnya menjadi salah satu fokus kehidupannya. Hal yang melandasi keberhasilan anak dalam pendidikan adalah kepedulian dari orangtuanya.
Komite orangtua
Ini merupakan ide yang bagus dalam pendidikan. Tentu saja kita tidak bisa memaksa semua orangtua untuk selalu bisa hadir dalam proses pendidikan anak. Namun demikian, mengapa tidak memberdayakan para orangtua yang lebih dulu memiliki concern tentang pendidikan. Dengan adanya perwakilan ini, maka mereka akan menjembatani orangtua lainnya dengan pihak pendidik, salah satunya sekolah.
Komite ini menjadi efektif jika menjadi melting pot, atau titik lebur antara pihak orangtua dan sekolah. Kualitas sekolah pada akhirnya memang menjadi tanggung jawab tiap pilar kekuatan sekolah, yaitu guru, sekolah itu sendiri, dan orangtua.
Hal yang sering kali masih terjadi dalam pertemuan orangtua-guru (PMOG) adalah orangtua masih berfokus pada kenyamanan anak akan fasilitas yang disediakan sekolah. Mindset-nya masih sebatas apa yang sekolah bisa berikan. Padahal, sejatinya pertemuan ini diadakan untuk membahas apa yang bisa sama-sama diusahakan oleh orangtua dan guru dalam hal pembelajaran. Inilah yang kerap dilupakan.
Ayo, temani anak
Dalam pengasuhan, hal yang terpenting adalah menikmati momen bersama anak. Dengan ini, orangtua bisa memilih pola pengasuhan dan pola belajar yang cocok dijalankan oleh anak. Mengapa? Hal ini disebabkan akar dari pengasuhan adalah bonding atau kelekatan dan memahami satu sama lain.
Selain itu, hal yang sama pentingnya dilakukan oleh orangtua adalah jangan bunuh rasa ingin tahu (curiousity) anak. Oleh sebab itu, berikan jawaban yang terbaik akan setiap hal yang ingin ia ketahui, atau jika memang tidak tahu, cari bersama jawabannya. Jika orangtua bersabar dalam menjawab rasa penasaran anak, maka hal itu menjadi dasar perkembangan anak terlebih dalam bidang pendidikan.
Jika orangtua tidak memfasilitasi untuk memenuhi rasa ingin tahu anak, maka apapun yang anak perlu pelajari di sekolah akan susah diserap. Pendidikan akan berhasil jika anak merasa mendapatkan jawaban dari hal yang ingin ia ketahui. Ini merupakan dasar, karena dari rasa penasaran saja anak dapat melatih kemampuan bertanya, kemampuan menyimak, dan kemampuan bernegosiasi, berargumentasi, serta memproses pengetahuannya.
Akibat jika tak ada dukungan
Bila orangtua kerap abai atau bahkan terlampau menyerahkan pendidikan anak pada pihak lain, maka akibatnya akan terasa ketika anak sudah besar. Jika tujuan pendidikan adalah untuk menyiapkan anak agar mampu berkontribusi positif di masyarakat, maka ketika orangtua lepas tangan yang terjadi adalah anak lulus sekolah tapi tidak mampu berkontribusi karena kurang bermutu.
Hal yang sangat mencolok adalah tidak adanya titik temu antara pencari pekerjaan (anak) dan yang mencari pekerjaan (perusahaan). Atau jika ternyata anak berkualitas pun, biasanya ia tidak siap ketika ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi. Hal ini tentu saja membuat ia tak bisa mendapatkan posisi yang baik dalam masyarakat jika sudah dewasa.
Nah, sebelum terlambat mari kita beri dukungan penuh untuk pendidikan anak mulai dari sekarang.