Banyak alat konstrasepsi yang digunakan untuk mengendalikan
kehamilan. Mulai dari cara alami tanpa menggunakan alat, seperti dengan sistem
kalender atau pantang berkala, hingga menggunakan kondom, spiral, suntik atau
pil. Masing-masing ada saja keluhan efek sampingnya.
Bila kita membicarakan masalah hormon yang terlintas di
dalam pikiran kita adalah sesuatu yang
berhubungan dengan seks. Beberapa kalangan merasa tabu untuk membicarakannya.
Padahal zat satu ini sangat dibutuhkan oleh setiap manusia, lelaki maupun
perempuan. Dan pada perempuan, hormon ternyata sangat membantu mereka dalam
meningkatkan kualitas hidup.
Hormon bukan hanya menjadi penanda kematangan usia
seseorang, namun juga telah direkayasa menjadi obat-obat tertentu. Obat
kontrasepsi bagi perempuan misalnya, merupakan hormon sintetis yang dibuat
sedemikian rupa sehingga mampu mengendalikan masa ovulasi.
Kontrasepsi mana yang efektif dan lebih aman digunakan? Pil kontrasepsi membuat kesuburan akan
kembali dengan cepat dan memiliki manfaat tambahan (nonkonsentraseptif). Supaya
lebih maksimal penggunaannya harus dilakukan secara konsisten dan diminum
setiap hari.
Untuk mengendalikan kehamilan di Indonesia pil KB bukan pilihan utama bagi wanita.
Persentasinya lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan alat kontrasepsi
suntik. Berdasar data yang ada, pada th 2003 ada 35,2 persen pengguna
kontrasepsi suntikan di Indonesia sedang pil KB hanya 34,57 persen . Selebihnya, IUD 15,8 persen, implant
10,2 persen, sterilisasi 5,5 persen, dan kontrasepsi lain 1,0 persen.
WHO memiliki data yang
menunjukkan, sembilan dari 10 wanita yang menggunakan kontrasepsi
memilih metode modern berupa sterilisasi wanita (24 persen), spiral (14
persen), dan pil (7 persen). Pil merupakan metode jangka pendek, cenderung
lebih populer di negara maju. Sterilisasi dan spiral merupakan metode jangka
panjang, banyak dipilih wanita di negara berkembang dengan persentase 23 persen
dan 15 persen.
Beberapa Mitos
Mitos yang berkembang dengan menggunakan alat kontrasepsi
oral bukan menjadi pilihan utama banyak wanita. Ada yang menyatakan, pil KB
dapat menyebabkan kegemukan, ada juga mengatakan timbulnya jerawat, dapat membuat kandungan kering, atau menjadi
penyebab kanker.
Mungkin ini hanya mitos yang berkembang. Kegemukan pada
pengguna pil KB naik akibat pola makan yang berubah. Hal ini dikarenakan ibu merasa tenang dan tidak takut hamil lagi
setelah menggunakan kontrasepsi. Pil KB yang modern lebih menghaluskan kulit
karena mengurangi infeksi sehingga akan mengurangi timbulnya jerawat. Anggapan
yang menyebut pil KB mempersulit wanita untuk hamil dan melahirkan lagi karena
rahimnya kering. Kontrasepsi oral justru
bersifat reversible. Artinya, paling cepat mengembalikan kesuburan. Hal yang
sama terhadap anggapan penyebab kanker. ‘Pil KB justru menurunkan risiko kanker
ovarium maupun endometrium.
Tak hanya itu. Kontrasepsi oral juga dapat mengurangi
penyakit radang pinggul, risiko kehamilan di luar kandungan, dan infeksi
kandung kemih. Pil KB mengandung hormon estrogen yang bisa menyebabkan kepadatan
tulang meningkat. Ini akan mengurangi risiko terkena penyakit keropos tulang
(osteoporosis) pascamenopause.
Selain dapat meringankan gejala menjelang dan saat haid, pil
KB juga membuat siklus haid menjadi teratur, dan dapat menurunkan risiko terkena
kanker. Risiko kanker endometrium dapat dikurangi sebanyak 50 persen, kanker
ovarium 40 persen, dan kanker payudara 30 persen. National Cancer Institute
menunjukkan tidak ada peningkatan signifikan risiko terkena kanker payudara
pada perempuan 35-64 tahun yang tengah ataupun pernah menggunakan pil KB. Malah
institut itu membuktikan kontrasepsi oral dapat mengurangi risiko kanker
ovarium.
Kegagalan rendah
Pil merupakan alat KB yang paling populer. Apa saja
kontrasepsi oral itu? Terdiri atas pil kombinasi, minipil, dan pil
pascasanggama. Pil kombinasi mengandung estrogen dan progesteron. Kandungan
estrogen biasanya untuk menghambat ovulasi, menekan perkembangan telur yang
dibuahi dan kemungkinan menghambat implantasi.
Pil KB bekerja dengan cara mencegah pematangan dan pelepasan
sel telur, mengentalkan lendir leher rahim hal Ini akan menghalangi penetrasi
sperma serta membuat dinding rahim tidak siap menerima dan menghidupi hasil
pembuahan. Kandungan progesteron akan mengentalkan lendir serviks untuk mencegah
masuk dan menghambat ovulasi.
Menurut data PKBI, pil KB menduduki peringkat pertama dengan
nilai rata-rata 38,74 persen. Sedang data nasional di Indonesia hingga Februari
2003, pil KB menduduki tempat kedua sebanyak 34,57 persen dari 652.562 peserta KB.
Dari dulu orang menyukai penggunaan pil KB. Hanya satu yang
kita tidak suka kalau lupa. Oleh karenanya bagaimana cara mengajar ibu-ibu agar
tidak lupa. Angka kegagalannya sangat kecil dengan mengkonsumsi pil ini, kalau
diminum teratur, angka kegaalannya 0,1 persen. Penggunaan kontrasepsi oral bagi
wanita yang menderita stroke dan penyakit jantung bisa memperparah penyakitnya,
sedangkan wanita yang menyusui dapat mengurangi produksi ASI-nya.