[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]T[/dropcap]ak bisa disangkal, antibiotik merupakan obat yang sangat berharga. Tetapi efek negatif antibiotik pun tak bisa terhindarkan. Terlalu sering mengonsumsi antibiotik dapat menyebabkan kerusakan pada tatanan mikroflora usus.
Apabila probiotik yang hidup di usus “diusik” oleh antibiotik, kuman lain yang berpotensi menjadi jahat akan tumbuh subur seperti Candida albicans (jamur), Stafilokokus, Clostridium difficile dan banyak kuman oportunis lain. Keadaan ini tidak baik bagi kesehatan si kecil.
Diare akibat antibiotik
Antibiotik dapat menyebabkan diare yang disebut antibiotic-asssociated diarrhea. Penggunaan berbagai jenis antibiotik dalam jangka waktu lama terutama antibiotik berspektrum luas dengan penyerapan di usus yang tak begitu baik dan pengeluaran lewat cairan empedu yang tinggi dapat mengubah komposisi dan fungsi flora usus dan malah menyebabkan diare.
Gejala paling sering adalah diare yang muncul selama penggunaan antibiotik hingga 8 minggu setelah penghentian antibiotik. Untungnya kebanyakan kasus, gejalanya tidak terlalu berat dan dapat sembuh sendiri.
Tetapi pada kasus diare akibat antibiotik yang disebabkan Clostridium difficile, gejala bisa lebih berat dengan diare yang banyak, berlendir, bau tidak enak, dan sakit perut yang mengganggu. Disertai gejala mual, muntah, kekurangan cairan, dan demam.
Terapi probiotik
