[quote type=”center”]Bingung mau minum obat bila ibu sakit tetapi harus menyusui? Inilah rambu-rambunya.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]S[/dropcap]eringkali ibu menghentikan ASI dengan alasan sedang minum obat dan takut bayinya terkena efek samping. Tak semua obat berefek buruk pada bayi. Beberapa obat malah menguntungkan karena dapat menambah ASI, misalnya cimetidin dan primperan yang dapat membantu merangsang ASI hingga kerap digunakan untuk relaktasi (menyusui kembali) pada ibu yang sedang sakit.
Klasifikasi WHO |
|
Klasifikasi obat untuk ibu menyusui | ||
Tidak boleh menyusui | Obat anti kanker, zat radioaktif (hentikan menyusui untuk sementara) | |
Lanjutkan menyusui | ||
Efek samping mungkin terjadi, awasi risiko bayi menjadi mengantuk | Obat psikiatrik atau anti kejang tertentu | |
Gunakan obat lain jika mungkin (perlu diawasi) | Antibiotika seperti klorampfenikol, tetrasiklin, metronidazole, dan kuinolon | |
Awasi risiko bayi menjadi kuning | Antibiotika sulfonamida, dapsone, kotrimoksazol, fansidar | |
Gunakan obat lain jika mungkin karena dapat menghambat laktasi | Estrogen (termasuk kontrasepsi berisi estrogen), obat pelancar buang air kecil (diuretik), ergometrin | |
Aman digunakan | Kebanyakan obat seperti anti nyeri atau anti demam (parasetamol, asam asetilsalisilat, ibuprofen), antibiotik (ampisilin, amoksilin, kloksasilin, eritromisin), obat anti tuberkulosis dan obat kusta, obat anti malaria (kecuali fansidar), obat asma (salbutamol), kortikosteroid, antihistamin, obat maag, obat diabetes, sebagian besar obat hipertensi, obat jantung, dan suplemen vitamin dan mineral. |
Diadaptasi dari “Breastfeeding counselling: A training course”, WHO/CDR/93.3-6
Referensi :
- Lawrence RA, Lawrence RM. Breastfeeding, a guide for the medical profession. 6th ed. Elsevier Mosby. USA. 2005
- World Health Organization. Recommendations for drugs in Eleventh WHO Model List of Essential Drugs. 2003