[pullquote]Bayi yang lahir dengan berat badan 4 kilogram memang lucu dan menggemaskan. Namun ternyata ada risiko di balik itu.[/pullquote]
[dropcap]B[/dropcap]erat badan bayi dalam kandungan akan meningkat seiring bertambahnya umur kandungan. Ini menandakan terjadinya pertumbuhan janin. Beberapa peneliti telah berusaha untuk membuat suatu kurva yang menggambarkan rerata berat janin sesuai dengan usia kehamilannya, antara lain Fenton dan Lubchenko. Berdasarkan kurva tersebut, secara kasar, berat badan bayi cukup bulan saat lahir diharapkan tidak kurang dari 2500 gram (berat badan bayi rendah) tetapi tidak melebihi 4000g (makrosomia).
Bayi dengan berat badan di atas 4000g menimbulkan masalah baik saat kelahiran maupun sesudah kelahiran dan kemungkinan membutuhkan perawatan yang lebih tinggi serta kemungkinan mengalami gangguan metabolik di masa yang akan datang. Saat ini di negara maju angka kejadian bayi makrosomia semakin meningkat dan menjadi tantangan bagi dokter kandungan.
Makrosomia terjadi akibat faktor bawaan (keturunan, etnik), faktor lingkungan (ibu dengan diabetes, diabetes saat kehamilan, dan obesitas), atau faktor genetik. Faktor lingkungan merupakan penyebab paling sering yang dapat diperbaiki. Pemantauan berat badan bayi selama kehamilan dapat membantu mendeteksi kemungkinan makrosomia sehingga antisipasi dapat dilakukan.
Suatu penelitian di Amerika Serikat pada tahun 1995-1997 menunjukkan bayi dengan makrosemia memiliki kemungkinan mengalami trauma saat lahir 2-4 kali lebih sering, membutuhkan alat bantu nafas hingga 1,2-4 kali lebih sering, lahir tidak menangis hingga 1,3-5,2 kali lebih sering dibandingkan dengan bayi dengan berat < 4000 gram. Bahkan bayi dengan berat > 5000 gram memiliki risiko mengalami kematian hingga 3 kali lebih besar. Hal ini meningkatkan risiko bayi membutuhkan perawatan di ruang rawat intensif neonatus (NICU) baik karena masalah gangguan pernafasan hingga gangguan metabolisme seperti kurangnya kadar gula dalam darah (hipoglikemi).
Hipoglikemi terjadi akibat terhentinya asupan gula melalui tali pusat saat lahir secara mendadak. Tubuh bayi yang sudah terbiasa dengan kadar gula darah ibu mendadak kekurangan asupan gula, yang bila berat dapat menimbulkan kejang. Oleh sebab itu pemantauan kadar gula darah pada bayi perlu dilakukan pada bayi makrosomia.
Selain membahayakan bayi, bayi makrosomia juga meningkatkan risiko persalinan pada ibu. Hal ini terlihat dari meningkatnya kebutuhan operasi sesar, perdarahan pasca bersalin yang berat, robekan di jalan lahir, hingga rapuh rahim.
Bayi makrosomia pada dasarnya dapat tumbuh dan berkembang seperti bayi dengan berat badan normal. Walaupun demikian terdapat efek jangka panjang yang perlu dikhawatirkan terjadi pada bayi makrosomia yaitu gangguan metabolik berupa obesitas, resistensi insulin hingga diabetes.
Sayangnya, makrosomia belum menjadi perhatian. Berbeda dengan berat badan lahir rendah yang telah menjadi perhatian. Seorang ibu cenderung merasa bangga bila anak yang dikandungnya mengalami pertumbuhan berat badan yang cepat. Oleh karenanya, pemantauan yang baik menjadi tantangan bagi dokter kandungan dalam membantu membentuk generasi penerus yang berkualitas.