[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]P[/dropcap]enelitian tentang kesehatan kulit bayi menunjukkan bahwa 1 dari 3 bayi dan balita pernah mengalami ruam popok. Menurut catatan Dr. Tina Wardhani Wisesa, SpKK(K) ruam popok juga menduduki posisi teratas dari jumlah penyakit kulit pada bayi yang banyak ditangani RSCM sejak tahun 2005-2009. Fakta tersebut membuka mata kita bahwa kulit bayi memerlukan perhatian ekstra karena fungsi kulit yang belum sempurna.
Ruam popok (dermatitis popok/eksim popok) merupakan kelainan kulit pada daerah popok yang disebabkan suasana lembab (ditambah adanya feses dan urin), sehingga memicu adanya infeksi jamur/bakteri, gesekan popok dengan kulit, hidrasi kulit, suhu, iritan kimiawi. Terjadinya ruam popok disebabkan karena tidak segera mengganti popok setelah bayi/balita buang air besar. Kejadian ruam popok juga meningkat akibat udara yang kian panas. Enzim pencernaan pada feses juga mudah mengiritasi kulit.
Gejala ruam popok antara lain bercak merah,kulit berkilat, seperti luka baker pada daerah cembung bokong, paha bagian dalam, sekitar alat kelamin, dan anus.
Bagaimana solusinya?
Bila masih bersifat ringan, segera ganti popok bila bayi/balita buang air kecil/besar, olesi krim/salap khusus pelindung kulit, dan bila kulit membasah akibat ruam, kompres denganair garam dua kali sehari.
Bila kelainan kulit meluas sampai ke daerah perut, paha dan sekitarnya, kulit berwarna merah cerah, beruntusan, lecet disertai nanah dan bintik merah, jangan tunda lagi segera konsultasikan dengan dokter.
Lebih baik mencegah
Faktor kebersihan diri dan lingkungan merupakan kata kunci dalam mencegah ruam popok. Segera ganti popok, terutama setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan sebelum menggunakan popok baru, gunakan sabun untuk membersihkan sisa feses, biarkan bayi/balita bebas popok selama 3 jam sehari. Dan yang tak kalah penting gunakan popok sesuai ukuran dan daya tampung.
Referensi :
Akin F, Spraker M, Aly R, Leyden , Raynor W, Landin W. Effect of Breathable Disposable Diapers: Reduced Prevalence of Candida anda Common Diaper Dermatitis. Pediatric Dermatology 2001. Vol 18. No. 4, 282-90.
Materi Media Briefing “Perlindungan bagi Kulit Sensitif Bayi,” Jakarta, 20 April 2010..