[quote type=”center”]Ada banyak yang berubah dan perlu disiasati ketika Ibu yang biasa bekerja di kantor menjadi berjibaku di rumah.[/quote]
[dropcap style=”color: #83d358;”]I[/dropcap]bu yang berhenti bekerja menghadapi beragam perubahan. Pemandangan berubah dari lingkungan kantor menjadi rumah dengan segala isinya; kegiatan pekerjaan berganti mengurusi rumah dan keluarga; ataupun kebiasaan makan siang bersama teman sekantor turut berganti menjadi bersama anak-anak.
Selain itu, salah satu perubahan besar yang terjadi adalah dari terbiasa memiliki uang sendiri berganti menjadi bergantung pada pendapatan pasangan. Berbagai perubahan ini terkadang turut memengaruhi kondisi psikologis Ibu. Di satu sisi, Ibu mungkin merasa lebih tenang karena punya waktu lebih banyak untuk keluarga, di sisi lain bisa jadi ada perasaan tertekan atau dalam beberapa kasus merasa ada hal yang hilang dalam hidupnya.
Sebelum memutuskan berhenti bekerja
Ada baiknya Ibu menyimak apa kata sebuah situs tentang Ibu bekerja mengenai 7 pertanyaan yang sebaiknya dipertimbangkan sebelum berhenti bekerja.
- Adakah perubahan tertentu yang membuat saya ingin berhenti bekerja ?
- Bagaimana kondisi ekonomi keluarga bila saya berhenti bekerja ?
- Apakah pendapatan saya menunjang bila saya tidak berhenti bekerja ?
- Seberapa mudah saya kembali bekerja ?
- Apakah berhenti bekerja mempengaruhi keamanan keluarga saya ?
- Bisakah saya mengurangi beban kerja (misalnya dengan menjadi pekerja paruh waktu atau menjalani bisnis online) dibanding berhenti total ?
- Nyamankah saya menjadi Ibu rumah tangga penuh waktu ?
Akan lebih bijak jika keputusan berhenti bekerja tidak dilakukan karena alasan emosional semata. Ibu perlu berpikir matang-matang sebelum mengajukan surat pengunduran diri. Diskusikan dengan pasangan tentang dampak positif dan negatif berhenti bekerja. Pertimbangkan motivasi awal bekerja dan apa yang bisa dilakukan untuk memenuhi motivasi awal, juga situasi pekerjaan saat ini serta kemungkinan keuntungan maupun dampak mempertahankan pekerjaan. Rencana pengaturan keuangan pasca Ibu berhenti bekerja serta kegiatan yang dapat membantu Ibu tetap merasa menyalurkan hasratnya perlu dipikirkan sejak awal.
Bila keputusan berhenti bekerja disepakati bersama, hal ini akan mencegah situasi saling menyalahkan. Diskusi ini juga dapat menjadi dasar untuk saling mengingatkan di kemudian hari tentang alasan berhenti bekerja. Selain dengan pasangan, Ibu juga bisa berdiskusi dengan orang lain yang dipercaya, atau dengan Ibu lain yang sudah terlebih dahulu berhenti bekerja.
Masa transisi
Masa-masa awal berhenti bekerja mungkin terasa seperti liburan. Namun ketika waktu terus berjalan dan rutinitas baru terus berlangsung, terkadang Ibu baru mengevaluasi ulang keputusannya berhenti bekerja. Di sinilah peran saling mendukung dalam keluarga dibutuhkan.
Terkadang Ibu yang berhenti bekerja lupa mempertimbangkan bahwa perubahan tidak hanya dirasakan oleh dirinya sendiri. Suami dan anak-anak juga perlu persiapan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Terlebih bila keluarga telah terbiasa cukup lama tanpa kehadiran fisik Ibu di waktu kerja sehingga rutinitas tertentu sudah berjalan dan kehadiran Ibu dirasa mengubah rutinitas dan aturan yang biasa berjalan.
Me time
Terkadang berhenti bekerja turut memengaruhi emosi. Ada baiknya Ibu yang berhenti bekerja berlatih mengenali emosi. Coba rasakan apakah Ibu merasa tenang dan nyaman setelah menjadi Ibu rumah tangga, atau justru lebih mudah marah dan terganggu oleh hal-hal kecil ?
Ambil sedikit waktu setiap hari untuk menjaga kondisi emosi tetap tenang dengan melakukan kegiatan yang disenangi. Me time ini bukan sekedar hobi ataupun istirahat, namun juga kegiatan yang dapat membuat Ibu lebih tenang dan mengembalikan energi, misalnya menjahit, membaca buku kesenangan, pergi ke salon atau pijat, olahraga, berkebun, dan lain-lain. Upayakan dalam me time ini Ibu benar-benar meluangkan seluruh waktu dan energi untuk memikirkan diri sendiri agar siap dan segar ketika kembali berinteraksi bersama keluarga.
Alasan ibu berhenti bekerja
- Merasa bersalah pada keluarga. Ibu melihat perkembangan anak dan merasa tidak banyak berperan dalam perkembangan ini.
- Perubahan dalam keluarga. Hamil lagi, karier suami yang sudah lebih mapan sehingga ekonomi keluarga bisa tertangani tanpa Ibu bekerja.
- Khawatir anak lebih dekat dengan orang lain dibanding dengan Ibu. Ketika anak tampak lebih dekat dengan pengasuh sehari-hari, baik baby sitter ataupun kakek-nenek dan tempat penitipan anak, Ibu menjadi was-was.
- Pendapatan tidak sepadan. Ibu mengalami kelelahan setiap hari dalam menempuh kemacetan sementara pendapatan tidak terlalu berpengaruh banyak terhadap keluarga karena biaya yang dikeluarkan sehari-hari baik untuk transport dan lain-lain juga besar.
Anak membutuhkan perhatian lebih. Ada perubahan dalam perkembangan ataupun prestasi akademik anak.