Sebagai ibu, pasti menginginkan yang terbaik bagi bayi, tidak ada yang lebih alami daripada ASI. Oleh karena itu, ASI sangat direkomendasikan di 6 bulan pertama, dan dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun.
Selain baik untuk bayi, menyusui memberikan manfaat bagi ibu :
1. Menyusui mencegah dan meringankan postpartum hemorrhage (pendarahan setelah melahirkan) karena ketika bayi menyusu, tubuh ibu terangsang untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini membuat rahim berkontraksi (mengerut) sehingga pembuluh darah yang luka karena melahirkan menjadi terjepit dan jumlah darah yang keluar menjadi berkurang. Keuntungan lain yang didapatkan oleh ibu dengan mengerutnya rahim adalah rahim akan kembali hingga hampir seukuran semula. Setiap kali menyusui, ibu akan merasakan kontraksi pada rahim, ini tanda-tanda hormon oksitosin sedang bekerja.
2. Menyusui merupakan salah satu metode kontrasepsi, dengan menunda ovulasi sehingga ibu menyusui tidak subur untuk sementara waktu. Berapa lama seorang wanita kembali subur tergantung pada pola menyusui bayinya dan kecenderungan tubuhnya sendiri. Kefektifan sebagai kontrasepsi menurun seiring dengan lamanya menyusui. Selama 6 bulan setelah melahirkan, jika seorang ibu sudah mendapat menstruasi pertama, menyusui eksklusif hanya dapat mencegah kehamilan sebanyak 38%. Berhentinya menstruasi sementara juga akan mengurangi resiko anemia pada ibu.
3. Melindungi ibu dari osteoporosis. Wanita tidak menyusui memiliki risiko empat kali lebih besar menderita osteoporosis dan lebih sering mengalami patah tulang pinggul di tahun-tahun setelah menopause daripada wanita yang menyusui. Setelah menyusui, kepadatan tulang ibu akan kembali seperti sebelum hamil, bahkan lebih baik.
4. Memberi perlindungan dan mengurangi risiko terhadap kanker rahim, serviks, ovarium dan terutama kanker payudara. Penelitian ASI dalam mencegah kanker payudara masih terdapat kontroversi. Namun menurut studi meta-analisis jurnal-jurnal yang telah dipublikasi, disamping faktor risiko kanker lainnya, pemberian ASI merupakan faktor protektif terhadap kanker payudara.1 Sebuah studi oleh Departemen Kesehatan USA menunjukkan bahwa wanita yang menyusui selama dua tahun atau lebih mengurangi risiko kanker payudara sebesar 67 persen. Pengurangan risiko kanker terjadi sebanding dengan total lamanya menyusui selama kita hidup. Artinya, semakin lama ibu menyusui, semakin kecil risiko seorang ibu terkena kanker payudara.
Tingkat estrogen yang lebih rendah selama menyusui diduga menyebabkan risiko kanker-kanker tersebut menurun. Diduga penurunan estrogen menyebabkan berkurangnya rangsangan terhadap dinding rahim dan juga jaringan payudara, sehingga memperkecil risiko jaringan tersebut menjadi kanker :
- Menurunkan berat badan seperti sebelum melahirkan. Menyusui membantu meningkatkan penurunan berat badan. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali. Ibu menyusui menunjukkan lebih banyak penurunan lingkar pinggang dan massa lemak dalam satu bulan setelah melahirkan dibandingkan ibu yang memberikan susu formula. Ibu menyusui cenderung lebih cepat kembali ke berat badan sebelum kehamilan.
- Menyusui membutuhkan energi/kalori untuk pembentukan ASI. Seorang ibu yang menyusui tidak perlu diet untuk mengembalikan postur tubuh sebelum kehamilan, karena memproduksi ASI membutuhkan 600-800 kalori sehari. Hal ini sebanding dengan bersepeda pada ta njakan selama 1 jam atau berenang 30 kali putaran.
- Menghemat pengeluaran. Para ibu tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk memberikan nutrisi terbaik buat bayinya. Pemberian susu formula bagi bayi dapat memerlukan biaya lebih dari Rp 5 juta setahun. Ibu yang melahirkan di rumah sakit ternyata menjadi pasar utama para produsen susu formula untuk bayi yang baru lahir (0 – 6 bulan). Menyusui juga dapat menghemat waktu untuk menyiapkan botol, menuangkan air, mencampur susu dan mensterilkan botol yang sudah dipakai.
- Dengan menyusui, kesehatan emosional seorang ibu juga ditingkatkan. Menyusui tidak hanya baik untuk tubuh, tetapi juga untuk pikiran. Studi menunjukkan bahwa ibu menyusui kurang menunjukkan kecemasan dan depresi postpartum daripada ibu yang memberikan susu formula. Prolaktin, adalah salah satu hormon yang di produksi ketika menyusui, kegunaan hormon ini adalah mengurangi stres (adrenalin).9 Prolaktin dijuluki hormon keibuan “mothering hormone” dan membantu ikatan ibu dan anaknya. Hormon prolaktin memiliki efek yang sangat kuat. Pada penelitian, hormon ini diberikan pada ayam-ayam jago petarung dan ketika di suntikkan ayam-ayam ini menjadi enggan untuk bertarung.
Penyusuan dengan payudara, membuat ibu yang sibuk menjadi lebih relaks setelah bekerja dan membantu ibu-ibu yang mempunyai kesulitan tidur. Selama menyusui seorang ibu dapat berlatih mengenal karakter bayi anda secara dini. Orang tua yang mengetahui karakter/ sifat anak, akan lebih mudah untuk mendidiknya. Sejalan proses menyusui, ikatan batin antara anak dengan ibunya juga semakin bertambah.
Referensi
- Chelmow D. Postpartum haemorrhage: prevention. BMJ. 2008;337:1410.
- Kennedy KL, Trussel J. Postpartum contraception and lactation. Dalam:Hatcher RA, Trussel J, Nelson AL, Cates WJ, Stewart FH, Kowl D, editor. Contraeptive technology. Edisi ke-19. USA:Ardent Media;2009. Hal. 403-32.
- Sowers, M., Randolph, J., Shapiro, S. Jannausch, M. A prospective study of bone density and pregnancy after an extended period of lactation with bone loss. Ostet Gynecol. 1995; 85:285.
- Sinigaglia, L., Varenna, M., Binelli, L., Gallazzi, M., Calori, G., Ranza, R. Effect of lactation on postmenopausal bone mineral density of the lumbar spine. J Reprod Med 1996;41:439.Bernier MO, Bureau GP, Bossard N, Ayzac L, Thalabard BC. Breastfeeding and risk of breast cancer: a meta-analysis of published studies. Hum. Reprod. Update. 2000;6:374-86.