Bila sudah tiga minggu batuk tidak kunjung sembuh, kita sebut sebagai batuk kronik. Nah, yang ini agak serius.
Penyebab batuk kronik yang sering adalah tuberkulosis, refluks gastroesofagus, batuk rejan atau pertusis. Batuk kronik dapat berulang dan berlangsung lebih dari 14 hari dan/atau setiap bulan mengalami batuk selama 3 bulan berturut-turut. Sebagian besar disebabkan asma.
Macam-macam penyebab batuk yang kronis
Tuberkulosis
Penyakit tuberkulosis (TB) banyak ditemukan, Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak di dunia setelah Cina dan India. Gejala utama TB anak bukanlah batuk, melainkan:
- Nafsu makan hilang, pertumbuhan terganggu dan berat badan tidak naik walaupun diberi makan sebanyak-banyaknya.
- Demam berulang tanpa sebab yang jelas dan malam hari anak tetap berkeringat.
- Pembesaran kelenjar getah bening terutama di bagian samping leher, yang lebih dari satu dan tidak sakit.
- Pada anak yang lebih besar gejala TB dapat seperti orang dewasa yaitu batuk berdahak dan bisa juga batuk darah.
- Kadang terdapat gejala saluran pencernaan yang aneh: diare terus-menerus yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan di perut, atau perut membesar terisi cairan.
- Jika diteliti, sering ada kontak erat atau serumah dengan penderita TB yang pemeriksaan dahaknya positif.
Pertusis (batuk rejan)
Sering disebut batuk 100 hari karena batuk baru hilang setelah 10-12 minggu. Semua anak batuk hebat, tetapi tidak semua anak mengeluarkan bunyi “nguuuk” yang khas.
Pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis yang ditularkan melalui udara. Gejala awalnya mirip dengan infeksi saluran napas atas lainnya yaitu pilek dengan lendir cair dan jernih, mata merah dan berair, batuk ringan, demam ringan. Pada stadium ini, kuman paling mudah menular. Setelah 1-2 minggu, timbul stadium kedua dimana frekuensi dan derajat batuk bertambah, disertai suara khas “nguuuk”. Stadium penyembuhan terjadi 2-4 minggu kemudian, “nguuuk” hilang, muntah hilang, namun batuk bisa menetap hingga lebih dari 1 bulan.
Aliran balik lambung (refluks gastroesofagus)
Aliran balik isi lambung bisa naik kembali ke atas dan masuk ke saluran napas sehingga menimbulkan merangsang saluran cerna bagian atas yang bernama esofagus. Refluks sering sekali lolos dari diagnosis. Obatnya ya bukan obat batuk tetapi anti asam lambung atau untuk mengurangi asam lambung.
Batuk karena post nasal drip
Bila anak mengalami sinusitis, ingus sering menetes dari hidung ke belakang, ke tenggorok. Keadaan ini disebut sebagai post nasal drip. Karena itu anak menjadi batuk. Penyebabnya antara lain pilek karena alergi atau rinitis alergi dan radang rongga sinus atau sinusitis. Rinitis alergi sering dijumpai pada anak asma. Sinusitis perlu diobati hingga tuntas karena infeksi yang berlangsung lama dapat merusak permukaan sinus serta sering membutuhkan terapi bedah.
Benda asing kecil
Masuknya benda asing ke saluran napas dapat mengakibatkan penyumbatan dan berakhir fatal, khususnya bila benda tersebut berukuran besar. Namun benda asing yang kecil (misalnya kacang dan permen) bisa masuk lebih dalam ke paru-paru dan menyebabkan batuk selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Benda asing juga sering menyebabkan infeksi berulang. Karenanya, kita perlu hati-hati karena anak kecil suka sekali memasukkan segala macam benda di mulutnya. Jangan biarkan ia bermain tanpa pengawasan. Sebagai pencegahan, pilih mainan yang aman dan jangan berikan makanan berukuran kecil yang bisa membuatnya tersedak.
Kapan ke dokter?
- Batuk disertai dahak berwarna hijau, kecoklatan, kuning, bercampur darah, atau berbau tidak sedap.
- Nyeri dada, sesak napas, atau napas lebih cepat dari biasanya.
- Bibir, wajah dan lidah terlihat membiru.
- Demam tinggi (khususnya pada bayi atau tanpa disertai pilek).
- Bayi < 3 bulan yang batuk-batuk lebih dari beberapa jam.
- Batuk pada malam hari, dan terdengar suara khas (whoop) saat anak berusaha menarik napas setelah batuk hebat.
- Terjadi penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Referensi:
- UKK Pulmonologi PP IDAI. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. Jakarta: 2005.
- Boat TF. Chronic or recurrent respiratory symptoms. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ketujuh belas. Philadelphia: Saunders; 2004. h. 1401-4.