[quote type=”center”]Memiliki anak kedua setelah anak pertama lahir bagi beberapa pasangan ternyata tak mudah. Apa ya penyebabnya ?[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]I[/dropcap]nfertilitas sekunder adalah istilah untuk menggambarkan kesulitan untuk hamil kembali setelah memiliki anak pertama, tanpa kontrasepsi dengan hubungan intim teratur selama satu tahun. Dengan catatan, anak pertama merupakan kehamilan alami tanpa bantuan (bayi tabung ataupun obat-obatan penyubur).
Dari ayah atau ibu
Sama halnya infertilitas primer, infertilitas sekunder disumbang oleh pihak ayah atau pihak ibu atau bahkan keduanya. Sayangnya infertilitas sekunder kurang mendapat perhatian (tidak seperti infertilitas primer) karena dianggap sudah ada anak yang pertama. Kekhawatiran disebabkan oleh ketidakmampuan menghadirkan adik bagi kakak yang sudah lahir. Penyebabnya pun bisa jadi berbeda dengan infertilitas primer. Simak penjelasan berikut:
a. Faktor ibu
Salah satu penyebab tersering adalah faktor usia ibu. Kebanyakan pasangan awalnya menganggap tak serius perihal memberikan adik untuk anak pertamanya hingga cenderung lambat mencari pengobatan. Tentunya, seiring itu, fungsi reproduksi wanita makin menurun baik kualitas ataupun kuantitas menyebabkan angka keguguran atau kegagalan meningkat. Faktor penyakit juga bisa menyebabkan kesuburan berkurang, biasanya berhubungan dengan malnutrisi atau infeksi kronis.
b. Faktor kelainan jalan lahir
Kelainan jalan lahir maksudnya adalah gangguan organ reproduksi yang sebelumnya saat anak pertama belum terjadi misalnya infeksi organ reproduksi, endometriosis, atau akibat komplikasi persalinan pertama seperti riwayat kuret, operasi jalan lahir, dan sebagainya. Hal ini merupakan faktor mekanis yang menyebabkan sel telur sulit bertemu dengan sperma.
c. Faktor ayah
Sama halnya seperti wanita, laki-laki pun dapat mengalami perubahan kualitas dan kuantitas sperma. Salah satunya disebabkan obat-obatan suplementasi hormon misalnya testosteron atau kemoterapi untuk pengobatan kanker. Beberapa bersifat sementara, misalnya penyetopan suplementasi hormon akan mengembalikan kesuburan. Penyakit bisa juga memengaruhi kehidupan seksual seperti hipertensi lama atau diabetes melitus yang bisa menyebabkan gangguan vaskular alat reproduksi menyebabkan disfungsi ereksi.
d. Faktor gaya hidup
Tubuh ibu mungkin saja tak lagi selangsing saat sebelum hamil anak pertama. Dan ternyata, kegemukan menyumbang terjadinya infertilitas juga. Kelebihan berat badan menyebabkan peningkatan produksi hormon testosteron pada wanita yang akhirnya menekan pengeluaran sel telur. Sindrom metabolik (gangguan kolesterol, hipertensi, kegemukan, gula darah yang tinggi) juga berhubungan dengan sindrom polikistik ovarium yang salah satu gejalanya adalah infertilitas. Lagi-lagi perubahan gaya hidup yang lebih santai (sedentary lifestyle), pola makan berlebih, kebiasaan merokok bisa berhubungan dengan gangguan kesuburan.
Terapi obat hingga inseminasi buatan
Dalam hal ini, tak ada bedanya dengan infertilitas primer, terapi dimulai dengan mengetahui masing-masing faktor risiko dari pihak ayah dan ibu dan mengobati penyebabnya satu-persatu. Obat-obatan penyubur dapat digunakan untuk meningkatkan telur yang dapat dibuahi, sampai upaya inseminasi intrauterin (dalam rahim) atau fertilisasi in vitro (pembuahan di luar rahim).