Dr. Damar Yth,
Saya tengah hamil enam minggu, ingin melakukan tes amniosentesis. Yang ingin saya tanyakan di usia kehamilan berapa saya bisa melakukan tes ini? Apakah tes ini membahayakan janin, Dok?
(Sintya Maramis, Jakarta Barat)
=================================================================================
Ibu Sintya,
Pemeriksaan amniosentesis bertujuan mendeteksi adanya abnormalitas kromosom, defek tuba neuralis, dan kelainan genetik lainnya. Selain itu berguna untuk memeriksa kematangan paru bayi pada kehamilan yang lanjut atau dapat pula untuk kepentingan hukum, untuk menentukan siapa ayah dari bayi yang dikandung seorang ibu. Amniosentesis dilakukan dengan mengambil air ketuban menggunakan jarum melalui perut ibu. Umumnya amniosentesis ini dipandu dengan USG.
Amniosentesis diindikasikan pada kasus dugaan bayi yang dikandung berisiko tinggi, seperti; ibu pernah melahirkan bayi dengan kelainan bawaan, ada riwayat kelainan bawaan di keluarga, umur ibu lebih dari 35 tahun, atau pada pemeriksaan skrining pranatal diduga mempunyai kelainan pada bayinya.
Amniosentesis untuk mendeteksi kelainan bawaan dilakukan pada usia kehamilan 15-20 minggu. Pada keadaan tertentu bisa di usia yang lebih muda. Risiko tindakan ini antara lain keguguran, ketuban pecah, dan kelainan pada alat gerak. Sebelum melakukan tindakan ini sebaiknya diperoleh konseling genetik untuk mendapatkan gambaran kemungkinan apa saja yang dihadapi.
Cerebral palsy berhubungan dengan kelompok kondisi yang mempengaruhi gerakan, keseimbangan, dan postur tubuh. Anak-anak yang menderita kelainan ini tidak mampu mengontrol gerakan ototnya. Dapat juga anak tersebut mempunyai intelektual yang rendah, gangguan belajar, kejang, atau masalah pada penglihatan, pendengaran dan bicara.
Cerebral palsy disebabkan gangguan pada perkembangan otak normal sebelum lahir. Dapat disebabkan oleh kelainan genetik, kerusakan perkembangan otak, atau pada sebagian kecil otak bayi kekurangan oksigen karena trauma persalinan. Risiko cerebral palsy antara lain pada bayi prematur, terjadi infeksi selama kehamilan, insufisiensi plasenta, asfiksia selama persalinan, atau bayi kuning yang berat.
Pada kasus ibu, apakah ibu perlu melakukan pemeriksaan amniosentesis, sebaiknya didiskusikan secara mendalam terlebih dahulu dengan dokter ibu. Beberapa pemeriksaan pendahuluan mungkin perlu dilakukan sebelum memutuskan melakukan amniosentesis. Kemudian perlu juga diketahui apa yang harus dilakukan bila diagnosis kelainan penyakit tertentu diperoleh.
Demikian jawaban singkat saya mudah-mudahan bermanfaat.