[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]M[/dropcap]enyusui mungkin salah satu aspek paling alamiah di muka bumi, tetapi untuk hasil maksimal, semua ini perlu dipersiapkan dan dipelajari bahkan dimulai sejak bayi masih dalam kandungan.
The let-down reflex
Mengapa stres, kesibukan, atau berjauhan dengan bayi membuat ASI berkurang dan sebaliknya mengingat dan melihat si kecil serta menyusuinya makin membuat ASI bertambah banyak. Inilah salah satu keajaiban ASI. Ketika Anda berdekatan, mencium bau bayi, membelainya, apalagi ketika bayi menyusu, pesan itu diterima oleh tubuh dan disampaikan ke suatu organ kecil yang disebut hipotalamus, yang terletak di otak. Dari hipotamalus, pesan diubah menjadi rangsangan terhadap kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon prolaktin yang bertanggung jawab memperbanyak susu, dan oksitosin yang membantu untuk mengeluarkannya. Sebaliknya jika payudara tak disusui maka pesan itu tidak akan sampai ke hipotalamus dan otomatis tak ada rangsangan untuk memproduksi kedua hormon penting ini. Begitu juga, stres dapat menekan pesan tersebut hingga tak sampai dan tak direspon oleh otak. Itulah mengapa stres membuat ASI berkurang.
Agar ASI melimpah
Berdasarkan prinsip let-down reflex, cara terpenting meningkatkan ASI adalah dengan menyusui. Persiapan menyusui ini sebaiknya dilakukan sejak kehamilan karena lancarnya awal menyusui akan membuat ibu percaya diri dan membuat proses memberi ASI makin mudah. Masa paling kritis untuk mengetauhi cukup tidaknya ASI bagi bayi biasanya dua minggu setelah persalinan. Pada masa ini sebaiknya Ibu benar-benar memfokuskan diri untuk menyusui bayinya.
Seharusnya semua klinik atau rumah sakit telah menerapkan inisiasi dini untuk ibu yang baru melahirkan. Pastikan rumah sakit tempat Anda melahirkan melakukannya. Mintalah dari awal bahwa Anda akan menyusui bayi Anda secara eksklusif dan tidak memperkenankan pemberian susu formula untuk bayi.
Percaya diri bahwa Anda bisa memberikan ASI. Hal ini penting agar Anda tidak stres sendiri ketika ASI pertama Anda tak cukup banyak. Mintalah rawat gabung agar Anda bisa melihat, membelai, dan menyusui bayi Anda sesering mungkin. Jika perlu, tidurlah bersama bayi. Pelajari cara menyusui bayi dengan benar lewat kelas-kelas ASI yang biasanya sudah disediakan rumah sakit atau lewat buku-buku yang Anda baca.
Perbanyak istirahat dan delegasikan tugas-tugas sesuai prioritas agar tubuh tidak letih dan Anda tidak stres karena memikirkan pekerjaan lain. Fokuskan hanya pada mengurus si kecil.
Banyaklah minum untuk menjaga agar “stok” cairan tubuh cukup dalam membuat ASI. Begitu juga dengan makanan yang bergizi tinggi untuk menciptakan ASI yang berkualitas. Tapi ingatlah bahwa makanan bergizi atau minum cukup tanpa dibarengi dengan memberikan ASI tak akan berdampak banyak dengan melimpahnya ASI.
Berikan ASI “on demand” sesuai permintaan bayi. Susui satu payudara dulu hingga benar-benar kosong baru berpindah ke payudara lain. Pengosongan merupakan rangsangan terbaik untuk melimpahnya ASI.
Bila ibu bekerja dan akan memompa ASI, foto bayi atau pakaiannya mungkin akan membantu proses memompa. Memompa ASI sebaiknya di tempat yang tenang dan tidak terburu-buru mungkin sambil memandangi foto bayi dan mengingat wajahnya. Lakukan dengan jadwal yang hampir menyerupai jadwal menyusui anak di rumah, jika memungkinkan.
Pemberian ASI menggunakan dot pada awal-awal proses menyusui memang dapat membuat bayi bingung puting, tetapi ini lebih baik dibandingkan tidak ASI sama sekali. Selama ibu masih stres atau tidak percaya diri memberi ASI secara langsung, cara memompa lalu memberikan pada bayi lewat botol dapat diterapkan. Kemudian, secara perlahan, misalnya satu atau dua kali sehari, mulai dicoba memberi ASI langsung hingga terbentuk bonding antara ibu dengan bayi. Lebih baik lagi, bila Anda dapat mengganti dot dengan sendok, meski pada beberapa orang hal ini lebih sulit.Atasi semua hambatan menyusui seperti lecet puting, posisi salah, atau payudara bengkak agar proses menyusui lancar.
Referensi :
Behrman RE, Kliegman RM, Jenson, HB. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed. WB Saunders Company. 2004
Sstoppard, M. Complete baby&childcare. Dorling Kindersley, 1995