[quote type=”center”]Multivitamin seringkali dipilih sebagai ‘menu’ tambahan agar kecukupan vitamin dan mineral penting tercukupi.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]B[/dropcap]ulan puasa merupakan sarana terbaik bagi Bunda mengajak anak belajar berpuasa. Pekerjaan rumah terbesar bagi Bunda adalah menyediakan makanan sahur dan berbuka puasa. Banyak faktor yang menyebabkan anak ‘malas’ menyantap makanannya dengan benar. Mereka cenderung pilah pilih jenis makanan. Akibatnya, Bunda pun khawatir dengan kecukupan gizi anak.
Perubahan jadwal makan
Salah satu perubahan yang terjadi saat kita berpuasa adalah jadwal asupan makanan yang biasanya tiga kali sehari menjadi dua kali yaitu saat sahur dan buka puasa. Selain itu juga terjadi perubahan jadwal makan. Di mana di tengah istirahat, Bunda membangunkan anak-anak untuk makan sahur. Ini akan menyebabkan perubahan drastis bagi tubuh.
Bagi beberapa orang, puasa dapat memberikan dampak penurunan berat badan. Hal ini cenderung lebih banyak dialami ibu rumah tangga, apalagi menjelang akhir Ramadhan di mana persiapan lebaran sudah semakin dekat. Namun, tak jarang pula dengan puasa justru berat badan naik setelahnya. Tentu bukan salah “puasa,” bisa jadi masalahnya ada pada pilihan menu dan pola makan yang keliru.
Vitamin bukan segalanya
Bagi para ibu, kesibukan sehari-hari ditambah dengan aktifitas mengasuh si kecil yang semakin aktif, mungkin terkadang membuat tubuh lemas saat puasa. Asupan gizi yang berkurang karena kecenderungan turunnya nafsu makan, terutama saat sahur, menjadi salah satu penyebabnya. Tak heran, multivitamin dipilih untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Padahal cara ini tidak selalu benar, karena vitamin bukanlah makanan pengganti.
Jika ditelaah pola makan dan apa yang kita makan di bulan Ramadhan sejatinya sama dengan hari biasa. Ditinjau dari segi nutrisi kebutuhan kalori pada tiap orang memang berbeda-beda. Pada umumnya, kebutuhan kalori untuk pria 2100 kalori, lebih besar dari kebutuhan kalori wanita yang hanya 1900 kalori.
Kebutuhan kalori tersebut bisa diperoleh dari menu makanan yang bervariasi dengan komposisi:
- 50% karbohidrat,
- 25% lemak,
- 10-15% protein,
- vitamin dan mineral yang sesuai.
Kapan tubuh perlu multivitamin?
Dengan asupan makanan alami bermenu gizi seimbang, sebenarnya tubuh tidak perlu makanan tambahan atau suplemen karena makanan sudah mengandung vitamin yang merupakan mikronutrisi penunjang makronutrisi (karbohidrat, protein, lemak). Namun sayangnya, pola makan saat puasa terkadang tidak dapat memenuhi kebutuhan yang bergizi seimbang, terutama pada anak-anak. Seringkali anak-anak ‘malas’ makan, dan hanya suka makanan yang itu-itu saja. Nah, saat inilah dibutuhkan multivitamin, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi penting, seperti vitamin dan mineral.
Namun jangan jadikan multivitamin sebagai andalan agar tubuh tetap sehat dan tidak lemas saat puasa. Tubuh tetap membutuhkan makanan dengan gizi seimbang serta ditunjang aktivitas fisik yang cukup.
Memilih multivitamin
Sebaiknya pilih produk dengan kandungan ingredien tidak melebihi angka AKG (angka kecukupan gizi). Rekomendasi The University of California Berkeley Wellness Letter (2004) adalah sebagai berikut :
- 100% daily value untuk vitamihn D, B1, B2, B3, B6, B12, asam folat, Cu, Zn, I, Se, Cr (tidak melebihi 200mcg untuk Se, Cr)
- 20mg vitamin K
- <5000 IU vitamin A dengan paling sedikit 40% betakaroten
- suplementasi Ca terpisah