Orang dewasa depresi sudah biasa, tetapi benarkah anak pun bisa
mengalaminya?
Gangguan depresi pada anak sebelumnya tidak terlalu dikenali, dan biasanya
dianggap sebagai gangguan mood yang normal pada fase perkembangan. Keraguan ini
disebabkan karena anak dan remaja dianggap belum matang secara psikologis dan
kognitif.
Sebagai gambaran, di Amerika angka kejadian depresi menunjukkan 1% pada
anak prasekolah, 2% pada anak usia sekolah dan sekitar 5-8% pada remaja.
Sementara survei di Australia memperlihatkan; 3,7% anak laki-laki dan 2,1% anak
perempuan dalam rentang usia 6-12 tahun mengalami episode depresi.
Uniknya, terdapat perbedaan antara ratio anak laki-laki dan perempuan. 2:1
antara perempuan dan laki-laki.
Tanda-tanda depresi
- Keluhan fisik
seperti sakit kepala, sakit sendi dan otot, sakit perut, dan rasa lelah. - Sering bolos
sekolah atau sikapnya di sekolah tidak baik. - Adanya maksud dan
usaha untuk lari dari rumah - Berteriak tanpa
kejelasan, sering menangis atau mengeluh terhadap segala sesuatu. - Merasa cepat bosan.
- Tidak ada minat
untuk bermain dengan teman-temannya. - Penggunaan zat atau
alkohol. - Tidak mau
berkomunikasi dan berteman lagi. - Takut akan
kematian. - Sangat sensitif
terhadap penolakan dan kegagalan. - Sering menunjukkan
rasa marah, bermusuhan, dan sikap yang mudah tersinggung. - Perilaku yang
membahayakan dan ceroboh. - Kesulitan dalam
menjalin hubungan dengan teman atau orang lain. - Konsentrasi yang
buruk yang dapat berhubungan dengan nilai sekolahnya.
Diduga ada kaitan antara depresi dengan adanya gangguan kesehatan lain:
- infeksi virus
- anemia
- hipotiroid atau
hipertiroid - epilepsi
Namun penyebab yang pasti dari depresi itu masih belum dapat dipastikan.
Diduga kombinasi dari kerentanan genetik (biologi), pengalaman perkembangan
yang kurang optimal secara psikologi dan terpapar pada stresor sosial. Sebilan
puluh persen gejala depresi pada anak dan remaja didahului oleh adanya pemicu.
Faktior risiko yang dapat memicu munculnya depresi:
- adanya riwayat depresi pada keluarga
- episode depresi sebelumnya
- konflik keluarga
- kelemahan dalam bidang akademik
- gangguan cemas atau penyalahgunaan zat
Kapan perlu terapi?
Jika terdapat distress dan disfungsi pada fungsi pribadi dan sosialnya atau
kehidupan akademis.
Jenis terapi
- psikoterapi
- psikofarmakoterapi
- kombinasi keduanya
Psikoterapi
Terapi bagi depresi disebut dengan cognitive behavioral therapy (CBT), yang
berpedoman bahwa antara pikiran, perasaan, dan perilaku saling berhubungan satu
sama lain. Mengajak anak untuk berpikiran positif, mengurangi kehidupan
sosialnya, edukasi kepada anak dan keluarganya.
Referensi:
- Kaplan & Saddock’s. Comprehensive Textbook of Psychiatry 8th ed 2005
- American Family Physician. November 2000
- Factsheet National Institute of Mental Health, September 2000
- N. Enggl J. Med., Vol 347 no. 9 August 2002