[quote type=”center”]Paling sedih melihat si kecil sulit buang air besar. Perutnya keras, dan ia kelihatan tidak nyaman saat berusaha mengejan, namun tak juga berhasil.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]S[/dropcap]embelit atau konstipasi adalah masalah yang sangat umum dialami anak. Seorang anak dianggap mengalami konstipasi jika frekuensi buang air besar (BAB) kurang dari tiga kali tiap minggu serta ketika tinja yang keluar keras, kering, dan besar.
Apa penyebabnya ?
Sebagian besar sembelit disebabkan oleh pola makan yang kurang air dan serat, keduanya berfungsi untuk membantu pergerakan usus. Anak-anak yang sering mengonsumsi makanan cepat saji seperti burger, kentang goreng, milkshake, permen, kue, minuman ringan manis biasanya lebih sering mengalami sembelit. Sedangkan pada bayi, sembelit dapat terjadi akibat transisi dari ASI ke susu formula, atau dari makanan bayi ke makanan padat.
Beberapa anak menahan pergi ke kamar mandi karena tidak ingin meninggalkan keasyikan mereka bermain. Alasan letak toilet jauh dari rumah pun kadang menjadi penyebabnya. Bila hal ini berlanjut maka tinja akan makin mengeras dan menyebabkan sembelit. Terkadang stres juga dapat menyebabkan sembelit. Anak-anak bisa sembelit ketika mereka sedang cemas tentang sesuatu, seperti sekolah baru, rasa tidak nyaman di lingkungan baru, atau adanya masalah di rumah. Penelitian telah menunjukkan bahwa gangguan emosional dapat mempengaruhi fungsi usus sehingga menyebabkan sembelit atau diare.
Beberapa anak bisa sembelit karena kondisi yang disebut Irritable Bowel Syndrome (IBS) yang dapat terjadi ketika mereka sedang stres atau makan makanan pemicu IBS, misalnya makanan yang berlemak atau pedas. Seorang anak dengan IBS bisa sembelit atau diare dan disertai sakit perut atau banyak gas. Hati-hati, dalam kasus yang jarang terjadi, sembelit merupakan tanda penyakit medis lainnya. Hal tersebut ditandai dengan sembelit yang terjadi terus menerus atau berlangsung selama 2 – 3 minggu.
Gejala khas
Anak-anak memiliki kebiasaan mandi yang berbeda. Demikian juga dengan kebiasaan BAB mereka. Satu anak mungkin BAB tiga kali sehari, sementara yang lain mungkin setiap 3 hari. Biasanya seorang anak mengalami konstipasi ketika BAB lebih sedikit dari biasanya. Anak dapat mengeluhkan perasaan penuh atau kembung pada perut, atau rasa sakit saat BAB dan bahkan diserati darah.
Langkah-langkah pencegahan dan pengobatan
- Berikan anak lebih banyak cairan. Minum cukup air dan cairan lainnya membantu tinja bergerak lebih mudah melewati usus. Jumlah cairan yang dibutuhkan anak-anak bervariasi menurut berat dan usia. Tetapi kebanyakan anak memerlukan 3 – 4 gelas air setiap pagi. Jika bayi sembelit selama transisi dari ASI atau susu ke makanan padat, coba berikan buah pepaya setiap hari. Sertakan sayur dalam menu makan mereka. Jika sembelit terus berlanjut segera konsultasikan ke dokter.
- Konsumsi makanan yang tinggi serat, seperti buah-buahan, sayuran, dan roti gandum dapat membantu mencegah sembelit. Serat tidak dapat dicerna sehingga membantu membersihkan usus dengan menggerakkan usus keluar. Diet makanan berlemak, manis, atau tepung dapat memperlambat perut bawah. Sumber serat yng disarankan untuk anak-anak seperti apel, oatmeal, jeruk, pisang, kentang panggang, dan popcorn.
- Pastikan anak-anak cukup olahraga. Aktivitas fisik dapat membantu peristaltik usus untuk bergerak, dorong anak untuk melakukan aktivitas sederhana seperti berlarian, mengendarai sepeda, atau halang rintang.
- Menata jadwal makan secara teratur. Karena makan teratur dapat membantu anak-anak mengembangkan kebiasaan buang air besar secara rutin. Jika perlu buat jadwal sarapan sedikit lebih awal untuk memberikan anak kesempatan untuk BAB dikamar mandi sebelum berangkat sekolah.
Ajari anak untuk rutin ke toilet. Sarankan anak ke toilet setidaknya selama 10 menit pada waktu yang sama setiap hari, terutama setelah makan.