[quote type=”center”]Setelah melahirkan, umumnya para ayah sudah siap untuk melakukan hubungan intim kembali. Bagaimana dengan para ibu? Wah… sepertinya hal tersebut berada di urutan terakhir dalam skala prioritas kita.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]J[/dropcap]angakan memikirkan untuk bersayang-sayangan, setelah melahirkan, ibu umumnya merasakan rasa sakit yang membuat tidak nyaman di bagian kewanitaannya. Belum lagi kelelahan yang luar biasa karena mengurus bayi baru lahir, terutama karena ia masih sangat tergantung pada ASI dan memiliki jam tidur yang belum teratur. Lalu, apakah ini berarti hilangnya seks dalam kehidupan Anda? Tentu saja tidak! Tapi, sebaiknya perhatikan rambu-rambunya agar Anda dan pasangan tercinta bisa kembali ‘beraksi’ tanpa rasa takut atau enggan.
Biarkan semua luka sembuh dahulu
Setelah mengalami proses melahirkan bayi, seorang wanita mengalami luka atau memar di bagian rahim maupun otot-otot sekitar kewanitaannya. Baik wanita yang melahirkan secara vaginal (normal) atau C-section, akan mengalami pendarahan sekitar 40 hari yang disebut lokia. Pada saat ini, tubuh wanita sedang dalam masa penyembuhan.
Rahim atau uterus sedang kembali ke ukuran semula setelah melebar 30-40 kali lipat dari ukuran sebelum hamil. Proses yang dibantu dengan cara menyusui bayi ini terasa sakit dan tidak nyaman. Ibu yang melahirkan secara Caesar tentunya memiliki luka di bawah perut yang cukup menganggu. Sedangkan ibu yang melahirkan secara vaginal pun biasanya memiliki sayatan episiotomi yang sebaiknya dibiarkan sembuh terlebih dahulu.
Kelelahan dengan bayi baru
Jika ada istilah ‘bulan madu’ untuk pasangan yang baru menikah, ada juga istilah ‘bulan madu’ untuk ibu yang baru melahirkan. Namun bulan madu yang dimaksud ini lebih pada adaptasi dengan bayi baru. Mulai dari membiasakan diri pada rutinitas keseharian seperti memandikan, menyusui, dan mengganti popok si kecil, hingga kebiasaan bangun malam beberapa kali untuk menyusui karena circadian system-nya belum sesuai.
Bulan madu ini pun dialami tidak hanya oleh sang ibu, tapi ayah pun mengalami hal yang sama. Karena pada saat bulan madu bersama bayi baru ini pun, ibu sedang dalam masa penyembuhan dari berbagai luka atau memar yang dialaminya saat melahirkan. Oleh karena itu, kelelahan yang dialami oleh ibu biasanya juga ‘menular’ pada para ayah.
Ketakutan memulai kembali
Dalam sebuah tulisan yang diterbitkan oleh sebuah Jurnal Obstetrik dan Ginekologi Internasional (BJOG), 41% wanita yang baru melahirkan akan kembali melakukan hubungan intim dengan pasangannya dalam waktu 6 minggu. Jumlahnya meningkat sebanyak 78% untuk yang telah melakukan hubungan intim dalam waktu 12 minggu.
Rasa enggan yang dialami oleh pasangan untuk kembali melakukan hubungan intim setelah ibu melahirkan biasanya dengan alasan berikut:
- Takut luka saat melahirkan belum kembali pulih
- Rasa tidak nyaman (discomfort) akibat sakit di daerah perut atau kewanitaan
- Trauma melahirkan (ini juga dialami oleh para ayah, terutama yang menemani ibu masuk ke dalam ruang bersalin)
- Tidak ingin hamil di waktu dekat
- Sangat kelelahan karena mengurus bayi baru
Kapan saat yang tepat ?
Dari sisi medis, sebaiknya pasangan melakukan hubungan intim kembali setelah ibu menjalani pemeriksaan (kontrol) ke dokter kandungan yang biasanya dilakukan pada minggu ke-6 setelah melahirkan. Dokter akan menyatakan apakah kondisi fisik ibu telah siap atau belum. Pada masa ini biasanya lokia telah selesai dan luka-luka telah sembuh dengan baik.
Namun sesungguhnya, kesiapan pasangan melakukan hubungan intim kembali lebih didasarkan pada pertimbangan personal dibandingkan medis. Contohnya, jika ayah atau ibu mengalami trauma pasca persalinan, sebaiknya dilakukan terapi psikologis terlebih dahulu. Tidak ada gunanya memaksakan jika masing-masing belum siap melakukannya kembali.
Seperti pasangan baru
Layaknya pasangan baru, melakukan hubungan intim setelah ibu melahirkan perlu penanganan yang lebih gentle. Baik wanita maupun pria sama-sama perlu memperhatikan kenyamanan satu sama lain. Ada posisi-posisi yang biasanya disukai seperti woman on top atau posisi tidur bersisian saling berhadapan. Dengan demikian, wanita dapat mengatur dalamnya penetrasi serta gerakan-gerakan yang membuatnya nyaman.
Berbeda dengan para pasangan baru yang biasanya tak memiliki gangguan berarti setelah momen malam pertama terlewati, para pasangan yang memiliki bayi baru justru perlu mengantisipasi hal-hal ini:
- Rangsangan seksual dapat menyebabkan payudara meneteskan air susu, seringkali hal ini dapat mengganggu mood para pria. Susuilah bayi Anda dengan baik sebelum melakukan hubungan intim untuk menghindari hal ini.
- Payudara masih terasa tak nyaman jika disentuh, katakan pada suami bahwa untuk sementara, payudara ‘off-limit’ dari sentuhannya, atau jika ingin menyentuh pun harus lebih berhati-hati.
- Bekas luka C-section masih terasa sakit saat tertekan atau tergesek. Letakkan bantal tipis di antara Anda dan suami untuk menguranginya.
- Vagina yang kering akibat hormon yang masih berubah, bisa dibantu dengan pemberian lubricant yang dapat dibeli di apotek. Gunakan yang mengandung spermacide dan water-based agar tidak merusak kondom dan dapat membantu mencegah kehamilan.
- Tidak ingin segera hamil. Walaupun sedang menyusui dan orang kerap menganggap menyusui akan mencegah kehamilan, namun untuk berjaga-jaga, tetaplah gunakan kondom atau kontrasepsi lain untuk menghindari terjadinya pembuahan.
- Bayi menangis saat Anda dan suami sedang ‘seru-serunya’. Tak perlu merisaukan hal ini, tertawa sajalah karena momen-momen seperti ini pun tak lama akan terlewati setelah bayi terbiasa tidur panjang di malam hari. Atau, Anda bisa melakukan hubungan di pagi hari saat bayi justru sedang tertidur pulas.
Tidak fokus karena memikirkan pekerjaan yang belum selesai seperti baju bayi kotor yang menumpuk belum dicuci, mengingat jadwal imunisasi, mencari babysitter dan lain sebagainya. Saat melakukan hubungan intim, usahakan agar momen itu hanya dimiliki oleh Anda berdua pasangan.