[quote type=”center”]Siapa pun pasti suka liburan. Tidak cuma anak-anak, tapi juga orang tuanya, benar, kan ? Karena itu, momen liburan selalu menjadi saat yang paling ditunggu-tunggu.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]C[/dropcap]ukup banyak ahli yang menganggap liburan sebagai momen yang perlu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi mereka yang sangat aktif di hari-hari kerja. Bahkan, terapi rekreasi pun mulai banyak disarankan, terutama bagi mereka yang banyak bekerja di bidang yang penuh dengan tekanan. Namun, liburan yang tidak terencana dengan baik dapat menjadi bencana.
Diskusikan rencana liburan
Salah satu hal yang sering terlewatkan dari sebuah liburan adalah perencanaan liburan itu sendiri. Banyak orang tua yang langsung membuat rencana liburannya, tanpa melibatkan diskusi dengan seluruh anggota keluarga. Tidak jarang, pilihan orang tua bukan menjadi pilihan terbaik bagi anak. Atau sebaliknya, orang tua hanya mengikuti pilihan anak, padahal tidak bisa menikmati liburan tersebut.
Yang terbaik adalah kita mendiskusikannya dengan seluruh anggota keluarga, bahkan termasuk juga dengan si kecil yang mungkin (kita anggap) belum tahu apa-apa. Mulailah diskusi dengan menanyakan kegiatan apa yang mau dilakukan saat liburan. Jangan heran bila ternyata kegiatan yang mereka inginkan tidak bombastis dan hanya puas dengan sebatas “bisa main game seharian penuh”. Begitulah anak-anak!
Di lain pihak, jika anak justru ingin berlibur secara berlebihan, Anda pun tak perlu khawatir. Kristi Pikiewicz, Ph.D., seorang psikoterapis, mengatakan bahwa yang terpenting adalah orang tua membuat batasan agar harapan anak terhadap liburan dapat dikontrol. Salah satunya dengan mengajarkan anak untuk berempati terhadap orang-orang yang tidak seberuntung mereka.
Ritual liburan
Hal lain yang juga penting adalah dengan menyiptakan ritual liburan. Tradisi sederhana yang menjadi ciri khas dari liburan keluarga kita, misalnya ibu memasak makaroni panggang yang lezat di pagi pertama liburan, kegiatan tukar kado dengan anggota keluarga dimana kado harus dibuat sendiri, atau ayah turun ke dapur untuk membuat nasi goreng andalannya.
Tradisi seperti ini, menurut Pikiewics, merupakan langkah penting dalam rencana liburan, sehingga liburan dapat dikatakan ‘sah’ bila kegiatan tersebut telah dilakukan dan anak terhindar dari sikap hedonisme yang selalu melekat dalam setiap momen liburan.
Bersikap kreatif
Salah satu kunci dalam menciptakan liburan adalah dengan membuat rencana yang baru dan menarik. Tidak itu-itu saja! Karena itu, berikan perhatian terhadap perubahan-perubahan. Rutinitas yang menarik bagi anak-anak kita sekarang belum tentu masih menarik ketika mereka remaja nanti.
Liburan paling umum dilakukan memang berlibur ke sebuah tempat, terutama di luar kota atau luar negeri. Namun, kita membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk memboyong seluruh keluarga. Karena itu, kita pun harus mengubah dulu sudut pandang kita. Liburan mahal tidak selalu yang paling baik. Asalkan sederhana, tapi menyenangkan dan bermakna, pasti akan selalu menjadi kenangan indah.
Alternatif liburan yang unik
# Berlibur sambil belajar
Liburan yang baik sesungguhnya adalah liburan yang dapat membuat anak mendapat pelajaran berharga. Karena itu, beberapa liburan edukatif dapat menjadi pilihan orang tua. Kunjungan ke museum selalu menjadi pilihan tepat. Beberapa museum di Jakarta yang biasanya dianggap menarik oleh anak, antara lain Museum Layang-layang, Museum Gajah, Museum Tekstil, Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri, Museum POLRI, atau Museum Bahari.
Anda juga dapat mempertimbangkan kegiatan memancing atau jalan-jalan ke Taman Wisata Lebah Madu Pramuka di Cibubur, dimana anak-anak dapat belajar mengenai pengembangbiakan lebah madu. Kunjungan ke Polisi Satwa di daerah Kelapa Dua, Depok, juga banyak menarik minat anak, karena mereka dapat menyaksikan pelatihan yang diberikan kepada anjing-anjing pilihan yang membantu polisi dalam memecahkan kasus kriminal.
Tip: Anak belajar pengetahuan baru lewat apa yang mereka lihat secara langsung. Kegiatan ini sangat bermanfaat, terutama bila orang tua mendampingi secara aktif saat anak melakukan kegiatan. Bila perlu, buatlah sebuah kuis di akhir pertemuan yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari. Bila mereka dapat menjawab dengan benar, beri pujian dan bila perlu, beri hadiah kecil seperti makanan favorit mereka.
# Bermain peran
Anak umumnya senang mengikuti perilaku orang tua. Karena itu, bermain peran sebagai orang tua sangat menyenangkan bagi mereka. Ciptakan waktu khusus bagi mereka untuk berperan sebagai kita, orang tua, misalnya memasak untuk keluarga, berbelanja di pasar atau supermarket, atau melakukan pekerjaan sederhana di kantor. Posisikan diri kita sebagai asisten mereka dan berikan kepercayaan penuh pada mereka (tentu saja, kita harus tetap membantu mereka bila mendapatkan kesulitan).
Tip: Kegiatan ini dapat mempererat hubungan kita dengan anak. Mereka pun juga dapat belajar berempati terhadap pekerjaan orang tuanya. Karena itu, sebelumnya, diskusikan dulu pekerjaan apa yang ingin dilakukan dan batasan apa yang bisa mereka dapatkan. Setelah kegiatan selesai, ajak mereka berdisuksi mengenai insight yang mereka dapatkan setelah melakukan kegiatan tersebut.
# Liburan di rumah
Tinggal di rumah saja? Why not?! Kegiatan berkemah di dalam rumah, sambil menghias rumah umumnya sangat menarik bagi anak. Syaratnya, orang tua juga harus tinggal di dalam rumah dan terlibat dalam kegiatan.
Tip: Pilih kegiatan menarik yang bersifat Do It Yourself (DIY). Menghias rumah dengan kertas warna-warni atau barang bekas yang diubah secara kreatif menjadi hiasan dapat merangsang kreativitas anak, selain juga melatih kemampuan motorik halus mereka.
# Backpacking, yuk!
Mengajak liburan ‘backpacking’ bisa juga dengan mengajak anak-anak. Mereka belajar memahami bahwa bepergian tidak harus selalu dengan akomodasi mahal. Menginap di kamar hotel bintang 3, putar-putar kota dengan jalan kaki dan bus lokal, dan menikmati street food yang murah meriah, justru memberikan kesan tersendiri.
Tip: Sebelum berlibur, ajak anak melihat liburan ini sebagai sebuah petualangan yang seru. Ceritakan secara detil apa yang akan mereka lakukan saat berlibur dan bahwa mereka akan mengalami bagaimana rasanya menjadi penduduk lokal daerah tersebut, alih-alih sekadar menjadi turis.
Anak ‘spesial’ bisa liburan juga
Semua anak bisa berlibur, termasuk anak-anak kita yang memang memiliki kebutuhan khusus. Yang diperlukan hanyalah perencanaan dan persiapan yang matang, sehingga kita bisa membuat mereka merasa nyaman dan senang saat berlibur.
- Perhatikan kebutuhan mereka. Apabila anak kita sangat sensitif dengan suara, carilah lokasi yang tidak terlalu bising dan membingungkan mereka. Datangi lokasi saat masih sepi, sehingga anak dapat beradaptasi dengan suara-suara sekitar secara bertahap.
- Beberapa minggu sebelum bepergian, buatlah semacam buku cerita atau benda lain yang dapat ia lihat dan pegang, yang berhubungan dengan liburan tersebut. Misalnya, gambar Monas bila kita akan pergi ke Monas, gambar ikan bila kita akan memancing, atau video tarian bila kita akan menonton pagelaran tari. Ceritakan kepada anak mengenai apa yang akan kita lakukan dan saksikan di hari tersebut.
- Bila memungkinkan, cari tempat yang memang menyediakan sebuah ruangan di mana kita bisa membawa anak kita ketika ia tantrum atau merasa tidak nyaman.
- Jangan lupakan mainan atau benda favorit yang dapat membuat mereka merasa nyaman.
- Beberapa anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan makanan tertentu. Lebih baik kita membawa makanan tersebut dari rumah, ketimbang mengandalkan makanan restoran. Jangan lupa pula membawa obat-obatan bila dibutuhkan.
Terakhir: pastikan semua anggota keluarga lain akan bekerja sama untuk membuat semua anggota merasa nyaman. Jangan tumpuk semua beban di pundak Anda. Anda juga butuh liburan, kan ?