Aku mulai mengeluti lari tahun 2011, semua berawal dari rasa gak percaya diri sehabis melahirkan Sheemar (4thn). Awalnya aku paling benci lari, lebih senang gym. Setelah melahirkan bobot badan gak kunjung turun dan gak pede ketemu banyak orang. Berbekal pinjam sepatu olahraga dan baju ibuku, aku ikutan lari di FX Senayan. Alhamdulilllah aku kuat lari 8km dari FX sampai Bundaran HI balik lagi ke FX, padahal kondisinya masih baby blues dan menyusui. Dari situlah timbul rasa pede.
Sejak itu, aku jadi tergila-gila lari. Sehabis lari aku selalu merasa lebih senang, nyaman, dan baby blues berkurang, berkat hormon endorfin yang keluar setelah lari. Bonus besarnya adalah berat badan turun! Setelah sebulan lari di Senayan, ikutan lari maraton di Singapura dan alhamdulillah finish dengan waktu 6 jam lebih, semakin pede dan semakin cinta dengan olahraga ini. Buat aku lari itu part of my life.
Sekarang tiap hari aku berlatih long run selama 1,5 jam, kalau mau ikut acara maraton tambah jadi 4 jam tiap hari. Banyak yang aku dapat dari lari, selain tambah percaya diri, mendapat keluarga baru teman-teman komunitas lari, jadi seperti punya napas baru di kehidupan. Target tahun depan harus bisa masuk seleksi di ajang lari bergengsi Boston Marathon.