[quote type=”center”]Sebagai salah satu sarana dalam pendidikan dan pengajaran, sekolah ikut ambil bagian dalam membentuk seorang anak menjadi pribadi yang siap berfungsi dalam masyarakat.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]M[/dropcap]ari kita mulai dengan pertanyaan apakah sekolah itu perlu? Lebih jauh ke belakang, kita juga perlu memikirkan sekolah seperti apa dan apa kebutuhan si kecil dalam pendidikannya? Inilah yang perlu kita pahami bersama. Ingat, sekolah bukanlah sebuah tujuan, melainkan perantara menuju tujuan pendidikan. Kita perlu jeli menelaah sekolah seperti apa yang mampu memunculkan potensi anak secara utuh.
Memahami tujuan pendidikan
Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, mengemukakan tujuan dari pendidikan adalah mengembangkan kodrat/potensi alami anak agar dia bisa berkontribusi positif dan menjadi bagian dari dirinya secara utuh dan masyarakat.
Beliau mengibaratkan pendidikan itu layaknya kita tidak bisa membuat padi dari jagung. Begitu pun sebaliknya, kita tak bisa memaksakan padi menjadi jagung. Itulah gambarannya mengenai anak-anak, mereka memiliki potensi masing-masing.
Sudah menjadi tugas bagi semua pihak yang mengusung pendidikan untuk menyediakan lingkungan dan tempat yang terbaik agar si anak bisa tumbuh optimal sesuai dengan potensinya. Sekolah yang baik adalah yang dapat memfasilitasi anak agar mampu menjadi seperti itu.
Sekilas sejarah sekolah di dunia
Pada zaman dahulu, sebelum ada institusi yang dinamakan ‘sekolah’, pendidikan dilakukan secara insidental di dalam masyarakat. Anak dilibatkan secara aktif dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Misalnya, belajar membuat pedang dari pandai besi, mengetahui serba-serbi peternakan dari penggembala, dan sebagainya. Di sini, pendidik bertugas menemukan kesempatan-kesempatan pembelajaran untuk anak dari aktivitas masyakat.
Sekolah sebagai pola pendidikan institusional pertama kali didirikan sekitar 1700-1800 di Prusia dengan bentuk semimiliteristik. Kemudian berkembang di Amerika dan Eropa untuk memenuhi kebutuhan industri, karena saat itu sedang terjadi Revolusi Industri. Pada masa ini, sekolah hadir untuk menciptakan pekerja yang patuh dan konsumen yang mudah ditebak. Pihak industrilah yang gencar mempromosikan sekolah, atas dasar tujuan tersebut.
Namun industri zaman sekarang bergerak ke arah produksi barang/jasa yang customize, tak lagi seragam seperti dulu. Tentu saja sistem sekolah tak bisa lagi sama dengan yang dahulu. Apalagi sekarang industri lebih bergerak di ranah industri kreatif. Sedangkan, sayangnya, sekolah belum berubah dari paradigma awal ini.
Pendidikan yang dibutuhkan anak
Kini, di Indonesia sendiri, selain pendidikan institusional seperti sekolah, hadir pula beragam sekolah alternatif yang masing-masing mewadahi potensi dan bakat anak. Sekolah institusional sebaiknya tetap berpegangan pada tujuan sekolah insidentil, yaitu mempersiapkan anak untuk dapat berperan aktif dalam masyarakat.
Selain itu, dengan pesatnya berbagai bidang ilmu, terutama di bidang neurologi dan psikologi, pola pendidikan melalui sekolah apapun perlu lebih maju. Penelitian banyak sekali memberikan arahan agar pendidikan menjadi efektif, misalnya:
- Otak akan lebih baik jika bekerja secara alami, ini untuk memenuhi kebutuhan survival.
- Otak lebih baik bekerja dan berkembang dalam alam terbuka dengan kondisi senantiasa bergerak.
- Dilihat dari siklus alami otak, anak akan lebih mudah memahami sesuatu jika mulai belajar pada pukul 10 pagi, bukan lebih pagi dari itu, terlebih pada remaja.
- Memori kita bergantung pada stimulus lingkungan. Misalnya saat menghapal sebuah resep di dapur, kita akan agak sulit jika harus mengulangi resep itu di tempat tidur. Jadi, pola pikirnya juga sulit berkembang jika selalu belajar di dalam kelas tertutup.
Oleh karenanya, sejauh mana manfaat yang akan anak dapatkan di sekolah, sangat bergantung dengan pola pendidikan sekolah tersebut.