Meningitis bakterialis (MB) merupakan infeksi selaput otak disebabkan infeksi bakteri.1 Penyebab utama dari MB adalah H influenzae dan S pneumoniae. Setelah adanya vaksin Hib, terlihat penurunan jumlah kasus MB yang disebabkan Hib. Penyebab tersering saat ini adalah adalah S pneumoniae atau yang dikenal sebagai Pneumococcus (47%), dan beberapa bakteri lain.
Mengapa seseorang dapat mengalami meningitis?
Sebagian besar bakteri penyebab MB hidup di dalam tenggorok atau amandel orang yang tidak sakit. Bila terjadi kerusakan selaput lendir tenggorok, misalnya mengalami infeksi virus atau merokok, bakteri dapat masuk ke dalam darah, masuk ke paru menyebabkan radang paru, atau lanjut mencapai selaput otak. Sebagai mekanisme pertahanan tubuh, di otak dan selaput otak terjadi reaksi peradangan dengan pembentukan sel-sel radang. Bakteri bersama sel-sel radang ini menyebabkan kerusakan pada otak, yang sering berakhir dengan kematian.
Apa gejalanya meningitis bakteri?
Gejala yang hampir selalu ditemukan adalah demam, penurunan kesadaran, dan kuduk menjadi kaku. Pada bayi, gejalanya sering tidak khas berupa demam, suhu justru turun, lemas, sulit minum, muntah, diare, sesak napas, kejang, dan/ atau ubun-ubun besar membonjol. Pada anak lebih besar, anak mengalami demam, nyeri kepala, mual, muntah, kebingungan, dan lemah. Gejala kaku kuduk ditemukan pada 75% anak. Akhirnya anak dapat meninggal. Kematian terjadi pada 10-80% anak, tergantung umur anak, penyebab, kecepatan pengobatan dan lain-lain. Di antara kasus yang hidup, sebanyak 50-80% mengalami kecacatan berupa kelumpuhan, gangguan pendengaran dan lain-lain.
Bagaimana mengobatinya?
Antibiotika harus diberikan secepatnya. Sayangnya, banyak di antara penyebab meningitis yang sudah kebal terhadap antibiotika. Penundaan antibiotika selama 6 jam atau lebih setelah pasien datang di rumah sakit meningkatkan risiko kematian 8 kali lipat.7 Antibiotika diberikan selama 14 hari untuk anak dan 21 hari untuk bayi baru lahir.
Apakah MB dapat dicegah?
Sejak tersedianya vaksin Hib dan S. pneumoniae, angka kejadian menurun sangat drastis. Perlindungan yang diberikan oleh vaksin sangat baik terutama untuk Hib. Vaksin terhadap S. pneumoniae masih terus dikembangkan karena banyaknya jenis S. pneumoniae yang dapat menyebabkan meningitis.
Untuk mendapat perlindungan yang baik, vaksin harus dimulai sedini mungkin sejak anak berumur 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Kemudian dilakukan ulangan satu tahun kemudian. Karena harganya mahal, banyak orang tua menunda pemberian vaksin sampai anak berumur satu tahun. Hal ini merupakan kesalahan fatal, karena MB justru sering menyerang anak berumur di bawah satu tahun.
Daftar rujukan
1.Kim EK, Neggers YH, Shin CS, Kim E, Kim EM. Alterations in lipid profile of autistic boys: A case control study. Nutr Res 2010, Apr;30(4):255-60.
2.Pusponegoro HD, Oswari H, Astrawinata D, Fridawati V. Epidemiologic study of bacterial meningitis in jakarta and tangerang: Preliminary report. Pediatr Infect Dis J 1998, Sep;17(9 Suppl):S176-8.
3.Mace SE, Brown LA, Francis L, Godwin SA, Hahn SA, Howard PK, et al. Clinical policy: Critical issues in the sedation of pediatric patients in the emergency department. Ann Emerg Med 2008, Apr;51(4):378-99, 399.e1-57.
4.Somand D, Meurer W. Central nervous system infections. Emerg Med Clin North Am 2009, Feb;27(1):89-100, ix.
5.Scarborough M, Thwaites GE. The diagnosis and management of acute bacterial meningitis in resource-poor settings. Lancet Neurol 2008, Jul;7(7):637-48.
6.Pines JM. Timing of antibiotics for acute, severe infections. Emerg Med Clin North Am 2008, May;26(2):245-57, vii.
7.Peltola H, Salo E, Saxén H. Incidence of haemophilus influenzae type b meningitis during 18 years of vaccine use: Observational study using routine hospital data. BMJ 2005, Jan 1;330(7481):18-9.