[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]B[/dropcap]ayi terlahir dengan satu milyar sel otak, yang siap mendukung kecerdasan si kecil. Namun kecerdasan tak lantas datang begitu saja. Nutrisi yang seimbang dan stimulasi dini adalah kunci menuju kecerdasan optimal.
Saat lahir, satu milyar sel tersebut ternyata belum dapat memproses informasi dengan baik karena mereka belum saling terhubung. Pada masa periode emas usia 0-3 tahun, sel otak bekerja keras membentuk hubungan (sinaps) dengan sel otak lainnya yang memungkinkan mereka bekerja sama. Pada periode inilah, otak sangat membutuhkan nutrisi penunjang.
Tahukah Anda bahwa 60% berat otak terdiri dari lemak? Itulah sebabnya lemak merupakan zat gizi yang sangat penting untuk pertumbuhan otak. Jenis lemak yang menyusun selaput sel otak adalah jenis asam lemak tak jenuh ganda; yang terbanyak adalah DHA dan asam arakhidonat (AA), kemudian diikuti oleh asam linolenat dan EPA. Semuanya merupakan asam lemak esensial yang tak dapat diproduksi tubuh. Satu-satunya jalan adalah mendapatkan asupan dari makanan.
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan memiliki IQ dan prestasi akademik lebih baik daripada anak yang mendapatkan susu formula. Salah satu alasannya adalah tingginya kadar DHA pada ASI. DHA memegang beberapa peran vital dalam otak: menjaga selaput sel otak, meningkatkan pertumbuhan sel otak, dan yang paling penting, meningkatkan jumlah sinaps dalam otak. Tidak hanya otak yang membutuhkan DHA, penglihatan pun berkembang sempurna jika kadar DHA tercukupi karena ia merupakan unsur penyusun utama pada sel penerima cahaya di retina.
Bayi bisa mendapatkan DHA dari sumber yang terbaik yaitu ASI. Namun konsumsi DHA menurun saat ia disapih. Tak perlu khawatir, dengan kemajuan teknologi, kini sumber DHA bisa diperoleh dari berbagai produk, misalnya minyak hati ikan cod, susu, multivitamin, makanan bayi, dan sebagainya.
Nutrisi prima pada periode emas akan membentuk otak dengan potensi kemampuan yang luar biasa. Untuk mengoptimalkan potensi tersebut menjadi kecerdasan yang nyata, dibutuhkan komponen kedua yaitu stimulasi.
Dr.David Hubel dan Dr.Torsten Wiesel melakukan eksperimen pada sejumlah anak kucing. Segera setelah lahir, salah satu mata anakanak kucing tersebut ditutup. Setelah beberapa minggu, penutup mata dibuka dan tidak satupun anak kucing dapat melihat melalui mata yang ditutup, walaupun struktur mata tersebut normal! Apa artinya? Nutrisi seimbang yang membentuk struktur otak dan mata sempurna ternyata tak cukup untuk memberi anak kemampuan berpikir dan penglihatan yang optimal. Stimulasi sejak dini adalah jawabannya.
Anak yang sering diajak bicara oleh orang tuanya ternyata memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik dibandingkan teman sebayanya yang jarang diajak bicara. Bahkan ada satu penelitian yang menunjukkan bahwa bayi yang sering diajak bicara memiliki kosa kata yang lebih banyak daripada yang tidak. Pada usia 20 bulan, bayi yang sering diajak bicara dapat menguasai 131 kata lebih daripada bayi yang jarang diajak bicara. Pada usia 24 bulan, perbedaannya bahkan mencapai 295 kata! Menakjubkan bukan?
Bentuklah kecerdasan si kecil sejak dini. Nutrisi seimbang dengan asupan DHA optimal dan stimulasi dini akan memberikan hasil yang prima.
Referensi :
- Jacobson JL et al. Beneficial Effects of a Polyunsaturated Fatty Acid on Infant .Development: Evidence from the Inuit of Arctic Quebec. J Pediatr 2008; 152(3): 35664
- Heird WC. Provision of BrainEssential Nutrients and Supplements. Rakel: Integrative .Medicine, 2nd ed.; chapter 11 Attention Deficit Disorder.
- Dunn D. Brain Growth Facts. Diunduh dari http://www.growingchild.com.