[quote type=”center”]Kini, masuk sekolah bukan lagi dilakoni anak-anak. Para bayi pun ramai-ramai bersekolah.[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]F[/dropcap]iona (25) bingung memikirkan apakah putrinya yang berusia 10 bulan akan ia masukkan ke sekolah bayi seperti yang dilakukan rekan-rekannya. Ya, semua orangtua memang menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya. Termasuk urusan pendidikan. Namun, apakah sekolah di usia bayi itu perlu? Sebelum memutuskan, simak beberapa pertimbangan di bawah ini, yang mungkin bisa membantu Anda.
Manfaat yang diperoleh
Manfaat bisa didapat bila ada ahli perkembangan (psikolog perkembangan dan dokter anak) atau praktisi bersertifikat khusus, (misalnya instruktur baby yoga bersertifikat) yang terllibat sehingga pengaturan program sesuai untuk pengembangan.
Risko yang perlu dipertimbangkan
- Kurangnya kesempatan interaksi orangtua dan bayi, bukan hanya saat bayi di dalam ‘kelas’ namun juga saat perjalanan, terutama di kota besar yang memaksa orangtua menempuh kemacetan. Interaksi ini penting untuk membangun attachment atau kelekatan dan kedekatan antara orangtua dan anak agar nantinya anak bisa mengembangkan kepercayaan diri dan juga hubungan positif dengan lingkungan.
- Kurangnya perhatian terhadap kebutuhan pribadi bayi, khususnya pada program masal dengan perbandingan jumlah peserta dan instruktur tidak sebanding.
Catatan penting jika berniat menyekolahkan bayi Anda
- Pencarian Informasi. Cari informasi tentang tahap perkembangan. Apa saja yang sudah bisa dilakukan anak di usia tertentu dan cara memberikan stimulasi sesuai usia anak dan respon yang diharapkan muncul.
- Pemberian stimulasi. Buat semacam program yang dapat diterapkan sendiri, pertimbangkan waktunya (bayi di bawah 9 bulan sebaiknya kurang dari 30 menit) dan pertimbangkan reaksi bayi. Jangan memaksakan kegiatan bila bayi ataupun Anda mulai tak bersemangat. Bagaimanapun, kelekatan akan didapat bila Anda dan bayi berada dalam suasana emosi yang nyaman.
- Observasi. Amati kesesuaian respon anak dengan informasi awal.
- Diskusi hasil observasi. Apakah anak sudah merespons stimulasi dan bagaimana perkembangannya dalam waktu tertentu? Bila menurut orangtua hasil kurang sesuai harapan, coba analisis apakah hal ini berkaitan dengan waktu (misalnya kedua orangtua bekerja), cara pemberian stimulasi yang kurang tepat (orangtua belum paham atau kurang sabar), atau anak memiliki karakter dan kebutuhan khusus. Apabila ada keraguan, ada baiknya orangtua mencari informasi tambahan atau bertanya pada dokter anak atau psikolog.
- Mencoba program. Bila dari hasil observasi dirasa perlu ada program khusus cobakan, namun jangan paksakan bila dirasa tidak sesuai, khususnya bila anak atau orangtua mulai tidak bersemangat, bahkan terganggu dengan program.
Usia yang tepat
Usia berapa anak bisa mulai sekolah? Tentu saja bergantung kondisi anak dan orangtua. Bila dibutuhkan (sesuai hasil observasi) bisa saja anak didaftarkan program tertentu.
Catatan penting!
- Selalu ingat faktor keamanan. Orangtua perlu memastikan pemahaman utuh terhadap program dan ada keterbukaan dari penyelenggara program, termasuk anak bisa dijenguk kapan pun.
- Pertimbangkan program yang melibatkan orangtua dalam kegiatan sehingga bisa belajar untuk diterapkan di rumah.
- Untuk program di luar pengawasan orangtua, anak sebaiknya dibekali pengetahuan tentang identitasnya (nama, nama orangtua, alamat, nomor telpon) dan cara menjaga diri sendiri.