[pullquote]Sejak beberapa tahun terakhir banyak sekolah-sekolah anak usia dini bermunculan di perkotaan. Banyak orangtua yang memiliki bayi bahkan yang masih berusia 6-9 bulan merasa tertarik dan mulai sibuk mencari informasi tentang sekolah-sekolah tersebut.[/pullquote]
Selain mencari tahu tentang kegiatan yang akan dilakukan si kecil, hal menyangkut budget serta frekuensi dan durasi pertemuan juga kerap menjadi pertimbangan para orangtua. Sekolah yang diperuntukkan anak usia dini memiliki durasi dan frekuensi yang bervariasi. Ada yang kegiatan sekolahnya dilakukan seminggu sekali hingga seminggu tiga kali. Apa saja yang perlu diperhatikan saat memutuskan untuk menyekolahkan anak di usia dini?
Sebelum memutuskan untuk menyekolahkan anak di usia yang terbilang dini, sebaiknya orangtua memperhatikan beberapa hal berikut;
Kebutuhan anak
Anak yang sebaiknya di sekolahkan sejak usia dini adalah anak yang memiliki kebutuhan stimulasi yang lebih besar dibandingkan anak-anak lain seusianya. Kebutuhan stimulasi yang dimaksud adalah stimulasi fisik motorik, bahasa dan interaksi, emosi, sensori, dan juga kognisi. Hal ini dapat diketahui dari hasil observasi dan evaluasi perkembangan anak bersama psikolog anak.
Kondisi keluarga
Di usia awal kehidupannya, anak memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dirinya, terutama yang berkaitan dengan stimulasi. Anak yang lebih sering berinteraksi dan bermain bersama orangtua, caregiver, atau orang lain di sekitarnya biasa akan lebih terstimulasi dan berkembang lebih sehat. Namun jika dirumah, anak juga minim mendapatkan kesempatan untuk bermain bersama orangtua dan caregiver kurang mampu menstimulasi anak sesuai dengan usianya, maka bersekolah adalah salah satu alternatif pilihan yang ada.
Harapan orangtua
Saat menyekolahkan anak di usia yang masih dini, orangtua juga sebaiknya memiliki harapan yang jelas dan kongkrit sesuai tahap perkembangan anak. Harapan seperti “supaya anak saya bisa terstimulasi dengan baik” sebaiknya dihindari. Apalagi harapan seperti “supaya anak saya cepat pintar”. Harapan-harapan tersebut akan sulit dipenuhi sekolah dan anak.