[quote type=”center”]Puasa di Bulan Suci Ramadhan merupakan salah satu Rukun Islam yang sebaiknya diajarkan kepada buah hati Anda. Kapan waktu yang tepat ?[/quote]
[dropcap style=”font-size: 60px; color: #83D358;”]M[/dropcap]emahami dan menjalankan kegiatan ibadah bisa dikatakan merupakan bagian dari kecerdasan religi dari anak. Demikian pula mengajak anak menjalankan ibadah puasa, tak lepas dari pendidikan agama di rumah.
Mengajarkan anak untuk berpuasa berbeda dengan rukun Islam lain, karena sifatnya periodik setahun sekali dan melibatkan kesiapan fisik dan mental anak. Seringkali kendalanya justru bukan pada anak, melainkan sikap orang tua yang diliputi kekuatiran soal kecukupan gizi anak selama berpuasa. Karena itu, yang perlu disiapkan adalah sebenarnya sikap orang tua yang harus ‘tega’ membiarkan buah hatinya berpuasa.
Makna puasa
Yang pertama kali perlu diajarkan kepada anak adalah mengenai makna dari puasa itu sendiri. Bila anak telah memahami arti puasa, dan di rumah dikondisikan tidak tersedia makanan, maka motivasi anak untuk berpuasa akan besar.
Soal kapan anak siap berpuasa, tidak ada patokan umur dalam hal ini. Ada anak yang sudah ‘kuat’ berpuasa di usia 5 tahun, ada yang baru ‘full’ puasanya di usia 9 tahun, dan sebagainya. Dan semua berpulang kepada anak itu sendiri dan tentu saja bagaimana orang tua memotivasinya.
Cukupkah gizinya?
Ini merupakan salah satu bentuk kekuatiran orang tua mana kala anaknya berpuasa, karena ketika berpuasa kebiasaan makan tiga kali sehari berubah menjadi dua kali sehari (sahur dan buka puasa). Dengan demikian asupan makanan berkurang satu kali, sementara anak masih membutuhkan banyak asupan nutrisi dalam pertumbuhannya.
Yang seringkali menjadi PR bagi orang tua adalah, saat sahur di mana seharusnya ‘tabungan’ nutrisi dipenuhi, anak justru malas untuk makan karena alasan mengantuk atau tidak berselera makan. Di sinilah orang tua perlu menyiasatinya.
Buka puasa:
- pilih makanan yang mudah dicerna dan disukai anak, misalnya makanan yang manis, namun tidak terlalu pekat, mengandung karbohidrat yang cukup. Buah korma yang merupakan sajian utama saat Nabi Muhammad SAW. berbuka puasa adalah contoh yang dapat ditiru. Buah korma mengandung kalori tinggi.
- setelah sholat Magrib, sajikan makanan utama buat anak. Pastikan menu lengkap nutrisinya; sayur dan lauk pauk yang kaya akan protein, mineral, karbohidrat, lemak, dan vitamin.
- sebelum tidur berikan segelas susu hangat buat anak
- pastikan anak minum cukup air saat berbuka puasa. Usahakan anak minum 1500cc (sekitar 6 gelas) sehari.
Santap sahur:
Banyak orang tua merasa kewalahan membangunkan anaknya untuk santap sahur. Namun sahur mutlak harus dilakukan, baik dari sisi ibadah, maupun pemenuhan energi anak sebagai bekal energi anak sepanjang hari.
- Sajikan makanan yang disukai anak-anak, atau Anda bisa menanyakan keinginan anak saat santap sahur, agar mereka bersemangat saat sahur
- Beri anak segelas susu, karena susu di dalam lambung dicerna secara lambat, sehingga anak lebih tahan lapar dibanding orang dewasa
- Jika anka malas makan, pilih makanan yang bersifat praktis namun kaya nutrisi, misalnya pada anak yang suka mi rebus. Lengkapi sajiannya dengan telor/ayam/sosis, potongan sayur, dan sebagainya. Atau jika anak suka burger, lengkapi dengan daging, keju, irisan tomat dan selada.
Waktu tidur
Perhatikan waktu tidur anak. Anak-anak dalam masa pertumbuhannya membutuhkan waktu tidur sebanyak 8-9 jam sehari. Sebaiknya kecukupan ini tetap dipenuhi, yakni dengan mengajak anak untuk tidur siang.
Ajarkan keteraturan
Dalam pertumbuhan anak, terdapat dua masa pertumbuhan yang cepat, yakni rentang usia 0-5 tahun (masa balita) dan usia 13-18 tahun (masa puber). Di antara dua masa ini, ada masa SD, di mana pertumbuhan anak akan bersifat landai/lambat. Di masa ini biasanya berat badan dan tinggi badan cenderung stabil.
Pada usia SD berat badan tidak terlalu banyak berubah, kalaupun terjadi kenaikan, paling hanya berkisar 2 kg/tahun. Selama anak dapat mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik plus kegiatan ekstrakurikuler maka anak dapat pula menjalani ibadah puasa dengan baik. Anak usia SD sudah memahami keteraturan—termasuk soal puasa.
Biasanya, anak usia 8 tahun sudah memiliki kematangan mental, dan orang tua sudah dapat mengajarkan soal kedisiplinan untuk berpuasa. Jangan kuatir bila setelah puasa, berat badan anak turun. Penurunan berat badan 2-3 kilogram merpakan sesuatu yang wajar terjadi. Sifatnya hanya sementara, dan akan kembali lagi setelah puasa usai.
Jaga stamina
Sebagaimana anak-anak pada umumnya, anak senang bermain. Dan mereka seringkali lupa waktu saat bermain. Tugas Anda adalah mengingatkan mereka untuk tidur/istirahat untuk menjaga terjadinya dehidrasi. Tidur merupakan salah satu upaya menjaga stamina. Selain itu jika perlu, Anda bisa memberikan anak suplemen makanan yang mengandung vitamin dan mineral.
Dua penyakit yang seringkali menyerang anak di bulan puasa adalah influenza dan diare. Jika influenza berkenaan dengan lemahnya daya tahan tubuh, maka diare berkenaan dengan pola makan yang keliru atau buruknya sanitasi.