”Si Inge berkutu? Masa sih,
kaya jaman dulu aja?” Demikian
percakapan antara 2 orang ibu saat menunggu anaknya di salah satu
sekolah Taman Kanak-Kanak yang terbilang elit di bilangan Jakarta Selatan.
Mengenal kutu
Kutu sebetulnya adalah parasit yang
senang numpang hidup dan berkembang biak pada manusia. Ada 3 jenis kutu yakni
kutu kepala, kutu badan dan kutu – yang senang hidup di – kemaluan.
Masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri. Dalam waktu satu menit, kutu bisa
bergerak sejauh 23 cm. Untuk hidupnya, kutu akan menghisap darah melalui
gigitannya. Rasa gatal yang muncul, terjadi sebagai reaksi terhadap liurnya.
kaki, warnanya abu-abu yang berubah menjadi kemerahan setelah menghisap darah.
Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa dan baru menjadi kutu
dewasa.
Kutu betina tubuhnya lebih besar
dibanding yang jantan. Setiap
kutu betina bisa bertelur sampai 10 butir per hari. Telur umumnya diletakkan
saat malam hari, 1-2 mm di dekat pangkal rambut.
Apa sih pentingnya membahas masalah kutu?
Akhir-akhir ini masalah kutu kepala
muncul kembali dan beberapa kali bahkan sampai dibawa berobat ke dokter. Angka
kejadian sesungguhnya dipastikan lebih tinggi, karena kebanyakan pasien tidak
dibawa berobat, karena dianggap masalah sepele, atau justru karena malu karena
terkesan jorok. Kalaupun dibawa berobat, umumnya sudah berbekal diagnosis
mandiri, karena menemukan kutu atau telurnya.
kutu bisa ’berpindah’ saat kontak kepala, atau saling pinjam sisir, topi,
bantal, dsb. Apalagi di lingkungan hidup yang padat, misalnya di asrama atau
panti asuhan. Ditambah bila kondisi kebersihan kurang baik, misalnya jarang
mencuci rambut.
rasa gatalnya sangat tidak nyaman. Selain itu dapat mengundang infeksi kuman
akibat luka bekas garukan yang ditandai dengan adanya kerak, nanah dan bisa
disertai pembesaran kelenjar (sékélan) di belakang telinga.
Kelainan paling sering dijumpai pada
usia anak-anak, meskipun bisa saja terjadi pada dewasa. Lebih sering pada anak
perempuan (cenderung memiliki rambut panjang) karena mereka lebih sering kontak
fisik, saling bertukar sisir, pita, topi, dsb.
Bagaimana pencegahannya?
Sebetulnya, upaya pencegahan
hanyalah menjaga kebersihan kulit dan rambut.
Bagaimana penanganannya?
Tujuan penanganan kutu tentunya
selain menghilangkan parasit ini, juga untuk mencegah komplikasi dan
penyebarannya.
Bila dijumpai tanda-tanda infeksi
ikutan oleh kuman, dokter pastinya akan memberikan obat tambahan berupa
antibiotika. Bahkan kalau terpaksa, kadangkala, rambut harus dicukur.
Bila belum diikuti oleh infeksi,
bisa diupayakan penggunaan obat yang tersedia di pasaran. Cara pemakaiannya
ialah pada malam hari sebelum tidur, rambut dicuci dengan bersih. Kemudian oleskan
obat, dan tutup kepala dengan kain. Keesokan harinya, rambut dicuci kembali
sampai bersih, lalu disisir dengan sisir yang halus dan rapat (serit).
Pengobatan ini bisa diulang sekali
lagi seminggu kemudian, jika masih terdapat kutu atau telur, mengingat siklus
hidup parasit ini.
Daftar pustaka
- Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed. Ke-4,
cetakan kedua. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2005. - Gunther
L. Pediculosis. http://www.emedicine.com/med/topic1769.htm, Dec. 4th
2006.