Pentingnya Suplementasi Zat Beis
Diantara kasus defisiensi mikronutrien yang terjadi secara global, defisiensi zat besi merupakan salah satu kelainan yang dapat mengenai siapapun. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan ada 2 milyar penderita anemia di dunia, ternasuk yang disebabkan oleh defisiensi besi, baik anak maupun dewasa.1
Defisiensi zat besi rentan terjadi pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak, remaja, dan ibu hamil. Bayi sehat yang lahir cukup bulan memiliki cadangan besi yang cukup selama 4 bulan pertama. Bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif memiliki risiko mengalami defisiensi zat besi mulai pada usia 4 bulan. Oleh karena itu, pada bayi sehat yang mendapat ASI eksklusif harus mendapatkan suplementasi zat besi mulai dari usia 4 bulan.
Pada bayi dan anak-anak, zat besi memiliki peran penting dalam pertumbuhan, perkembangan perilaku, dan kognitif. Hal ini disebabkan karena zat besi berperan penting dalam mielinisasi neuron dan pembentukan neurotransmitter yang terjadi sejak dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun (golden period). Anak dengan defisiensi zat besi biasanya mengalami masalah kognitif, pemusatan perhatian dan saat bermain. Menurut Halterman et al, anak-anak yang mengalami defisiensi zat besi sulit untuk berkonsentrasi sehingga mendapatkan nilai prestasi di sekolah yang lebih rendah dalam mata pelajaran matematika, termasuk pada anak-anak yang tidak memiliki gejala anemia sekalipun.2
Anak dengan defisiensi zat besi seringkali ditemukan memiliki tinggi badan dan berat badan yang lebih rendah. Pertumbuhan yang meningkat setelah suplementasi zat besi disebabkan karena adanya perbaikan metabolism sel sehingga terjadi peningkatan nafsu makan. Selain itu, zat besi berperan penting dalam peningkatan imunitas selular sehingga daya tahan optimal dan morbiditas menurun.3
Pada remaja, selain penting untuk perkembangan kognitif, zat besi penting untuk cadangan selama masa kehamilan di masa depan.3
Untuk mencegah defisiensi zat besi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian suplementasi besi untuk semua anak, dengan prioritas usia balita (0-5 tahun), terutama usia 0-2 tahun.4 Dosis dan lama pemberian suplementasi besi pada kelompok usia lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Dosis dan lama pemberian suplementasi besi4
Usia | Dosis besi elemental | Lama pemberian |
Bayi Berat Lahir Rendah*< 2500 gr | 3 mg/kgBB/hari | Usia 1 bulan sampai 2 tahun, setiap hari |
Bayi Cukup Bulan* | 2 mg/kgBB/hari | Usia 4 bulan sampai 2 tahun, setiap hari |
2-5 tahun (Balita) | 1 mg/kgBB/hari | 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut, setiap tahun |
>5-12 tahun (Usia Sekolah) | 1 mg/kgBB/hari | 2x/minggu selama 3 bulan berturut |
12-18 tahun (Remaja) | 60 mg/hari | 2x/minggu selama 3 bulan berturut |
* Dosis maksimum untuk bayi: 15 mg/hari, dosis tunggal
Selain memberikan suplementasi besi, asupan makanan yang kaya zat besi, baik yang mengandung besi heme maupun non-heme, serta penjelasan mengenai makanan dan minuman yang dapat menghambat atau meningkatkan penyerapan zat besi juga tetap perlu diperhatikan
Referensi:
- World Health Organization (WHO). Iron deficiency anaemia: assessment, prevention and control. A guide for programme managers. Geneva: WHO/UNICEF/UNU; 2001
- Halterman JS, Kaczorowski JM, Aligne CA, Auigner P, Szilagyi PG. Iron deficiency and cognitive achievement among school-aged children and adolescents in the United States. Pediatrics 2001;107(6):1381-6.
- Nasar S. New evidence of iron supplementation. Dipresentasikan pada seminar CIPRIME di Jakarta, 2011.
- Buku Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia: Suplementasi Besi pada Bayi dan Anak. 2011
No Comments
Contoh suplementasi itu spt apa ?
Kan WHO jg yg mrekomendasikan ASI sdh cukup utk bayi sd 6 bln