[pullquote]Teori sensory integration (SI) telah dikembangkan oleh Dr. A. Jean Ayres, seorang terapis okupasi, psikolog pendidikan, yang juga mendalami neuropsikologi. Dr. Ayres menemukan bahwa anak-anak yang mengalami gangguan belajar memiliki kerusakan pada susunan saraf pusat.[/pullquote]
Apa yang dimaksud dengan SI ?
Sensori integrasi adalah bagaimana seseorang mengatur informasi yang diperoleh dari lingkungan di sekitarnya sehingga informasi tersebut dapat digunakan sesuai dengan situasi. Yang termasuk kategori “sensory”adalah panca indra (mata, hidung, telinga, kulit, lidah) ditambah dengan 2 sistem sensorik lain, yaitu vestibular (berkaitan dengan gaya gravitasi bumi, keseimbangan) dan proprioseptif (kerja otot dan sendi).
Kedua sistem ini seringkali disebut the hidden sense,karena kedua sistem ini tidak terlihat secara kasat mata. Sedangkan integration adalah suatu proses yang berlangsung secara berkesinambungan, yang meliputi proses penerimaan, penggabungan dan penyesuaian informasi yang diperoleh, sehingga dapat menentukan reaksi yang sesuai dengan suatu situasi.
Contoh pengolahan informasi yang sesuai adalah :
Seorang anak laki-laki bernama
Bintang. Ia sedang berada di dalam kamar, tiba-tiba ada suara telepon berdering dari luar kamar. Bintang langsung beranjak dari kasur dan berlari ke arah suara dering telepon. Kemudian ia mengangkat telepon dan menjawab pertanyaan. Hal ini berarti Bintang telah melakukan serangkaian proses penerimaan informasi, yaitu registrasi, dimana ia menerima informasi melalui telinga (mendengar suara dering telepon).
Kemudian ia melakukan orientasi dengan beranjak dari kasur dan berlari ke arah sumber bunyi (merespon dengan gerak otot dan sendi), dan seterusnya. Dalam kehidupan sehari-hari, proses penerimaan informasi ini berlangsung dengat cepat.
Lalu bagaimana dengan anak-anak yang kurang dapat mengolah input sensorik dengan baik ?
Apabila seorang anak kurang dapat mengolah informasi yang diterima dari lingkungan, ia dikategorikan dalam gangguan SI, misalnya:
- Terlalu sensitif terhadap suara, sentuhan atau gerakan.
- Aktivitas geraknya sangat banyak atau terkesan tidak bisa diam atau sebaliknya tidak mau atau takut untuk bergerak.
- Suka memilih-milih makanan (picky).
- Biasanya ada riwayat keterlambatan dalam berbahasa atau prestasi akademiknya menurun.
Anak-anak yang mengalami gangguan SI dapat diibaratkan seperti arus lalu lintas yang sedang macet, sehingga mobil atau kendaraan tidak dapat bergerak lancar. Demikian juga dengan proses di dalam otak, informasi yang diperoleh dari lingkungan tidak dapat diproses dengan baik, sehingga respon yang muncul biasanya tidak sesuai dengan stimulus yang diterima. Misalnya kalau dipanggil tidak menoleh atau terlalu sensitif, jika mukanya dibasuh atau kepalanya dikeramas, ia akan menangis.
Terkadang tanggapan orang awam, anak-anak dengan SI dianggap sebagai anak yang manja tapi sebenarnya mereka merasakan bahwa informasi atau input yang diterima sangat tidak mengenakkan atau sangat menyakitkan.
Berikut ini beberapa panduan deteksi dini gangguan SI untuk anak usia 0-2 tahun :
Mandi, berpakaian, sentuhan :
- Marah / menangis pada saat memakai atau mengganti popok.
- Hanya suka pada jenis pakaian tertentu, tidak suka dengan tekstur kain tertentu.
- Tidak suka / menangis, ketika mandi, keramas dan muka dibasuh / dibersihkan.
- Suka memakai baju lengan panjang meskipun hari panas.
- Tidak suka jenis permainan yangamburadul (bermain bedak, tepung, air).
- Tidak mudah merasa sakit, ketika jatuh, terantuk atau tidak menangis ketika disuntik.
Gerakan (movement):
- Pada tahap perkembangan motorik, anak tidak melalui tahapan merangkak atau tahap merangkaknya pendek.
- Tidak bisa diam: banyak gerak, lari-lari, lompat-lompat, berayun.
- Tidak suka / menangis, ketika diayun.
- Mudah jatuh, kikuk, keseimbangan tubuh kurang bagus, mudah jatuh, sering menabrak benda (setelah usia 1 tahun).
- Takut atau ragu-ragu bergerak di permukaan yang tidak rata atau takut bergerak pada permukaan yang tidak sama (misalnya dari lantai keramik ke karpet).
Pendengaran, Bahasa dan Suara :
- Tidak suka / menghindar dari bunyi-bunyian tertentu (musik, vacuum cleaner, hair dryer, flushing toilet).
- Organ pendengaran normal tapi ketika dipanggil namanya, anak tidak merespon / menoleh.
- Tidak ada/ sedikit fase mengoceh (babbling).
- Sangat mudah terganggu / beralih perhatian pada suara tertentu (suara iklan TV).
- Sensitif pada sinar terang (kilat foto, matahari).
- Menghindari kontak mata.
- Sulit untuk memusatkan perhatian pada satu benda/permainan.
- Takut atau sebaliknya sangat suka pada pola-pola tertentu.
Kemampuan bermain:
- Tidak bisa melakukan permainan meniru (usia lebih dari 10 bulan).
- Tidak bisa diam, bergerakterus dan tidak dapat melakukan permainan yang bermakna (lebih dari 15 bulan).
- Sering merusak barang (melempar, membanting.
- Asyik dengan satu permainan dan dilakukan berulang-ulang.
Emotional attachment :
- Lebih suka bermain dengan benda / mainan daripada dengan orang.
- Tidak ada komunikasi dua arah (hubungan timbal balik antara antara anak dengan orang tua / pengasuh).
- Menyakiti diri sendiri dan orang lain (membenturkan kepala, memukul, menggigit, menjambak).
- Tidak mencari kedekatan dengan orangtua atau pengasuh.
- Semua orang yang berada di sekitar anak, sering kali tidak tahu keinginan anak.
Perhatian (attention):
- Mudah beralih perhatian, sulit untuk fokus pada satu kegiatan / permainan.
- Terlalu fokus pada satu kegiatan / permainan (acara TV, iklan TV, roda berputar, dan lainnya).
Pola tidur dan makan:
- Sulit untuk memulai tidur. Perlu cara khusus untuk menidurkan anak, misalnya harus diayun-ayun, naik mobil, digendong sambil berjalan.
- Mengalami kesulitan dalam menyedot, mengu-nyah, dan menelan makanan.
- Tidak dapat menahan air liur atau ngiler yang terlalu berlebihan.
- Hanya suka pada jenis makanan tertentu, tidak mau mencoba makanan baru.
Apabila terlihat adanya gejala-gejala di atas, segeralah meminta bantuan para profesional (terapis, psikolog atau dokter) yang memiliki pengetahuan tentang Sensory Integration.
Referensi :
- Ayres, J.A., (1979): Sensory Integration and The Child,Los Angeles: Western Psychological Service.
- Bundy, A.C., Lane, S.J., Murray, E.A. (2002): Sensory Integration Approach: Theory and Practise, Second Edition, Philadelphia: F.A. Davis Company.
- Dunn, W. (2002): Infant Toddler Sensory Profile, USA:Therapy Skill Builders And The Psychological Corporation.
8 Comments
Dear Mom…
Aku ada info neh…tentang seminar autisme di sby…daftarnya ke radio ss.
seblum tgl 30 nov ada disct 30%.
Dear dokter,
Dokter setelah membaca artikel mengenai SI anak pertama saya laki2 berumur 2,5thn ada dalam karakteristik anak yg memp gangguan SI salah satunya adalah keterlambatan bicara, dipanggil nama tidak menoleh, takut bermain ayunan. Memang dong semenjak berusia 2thn sdh saya bawa ke psikiatri dan dianjurkan terapi bicara dan si. Sudah 4bln ini rutin diterapi 5x seminggu sudah ada kemajuan si dok skrg sdh bs berkata walaupun hanya kata belakangnya saja mis: minta : ta. Tp kl memanggil mami susahnya minta ampun. Saya mau tanya apakah anak yg ada gangguan si bs berkembang menjadi autis? Apakah ada obatnya untuk anak yg ada gangguan si soalnya dok selama ini oleh dokter psikiatri hanya diberi vitamin saja terimakasih dok atas jawabannya.
Dear Dewwie,
Sebaiknya diperiksa saja. Kalau ada gejala tersebut saya kuatir ada sesuatu di balik gejala tersebut.
Halo Dokter,
Anak saya saat ini 16 bulan, saya sudah melihat ada ciri2 seperti autis di anak saya sejak sekitar 13 bulan-an. dan ketika sebulan lalu saya tanyakan ke dokter anak saat imunisasi, sang dokter menyarankan untuk mengamati lagi 5-6 bulan, dan selama itu org tua dan smua org di sekitar anak diminta untuk lebih banyak interaksi, tidak ada TV, satu bahasa di rumah.
Dalam sebulan ini, dia terkadang sudah mulai menatap mata kami. tapi saat saya membaca artikel terapi SI ini, dari panduan deteksi dini gangguan SI ini, di setiap bagian saya selalu menemukan dua atau tiga point yg persis seperti kondisi anak saya. oh ya dok, anak saya ini sangat suka lagu, dia malah bisa ikut menyanyi, bukan satu kata full, namun dia tau kapan nanti ada kata yg diakhiri “o”, “i”, “e”, “a” dan dia bisa mengeluarkan suku kata itu dengan timing yg kurang lebih pas dengan lagunya..
Dokter, saya dan suami tinggal dan kerja di Jakarta Barat. Apakah klinik Dokter di Kelapa Gading ini buka di hari Sabtu/Minggu? apakah efektif kalo anak hanya diterapi di sabtu dan minggu saja (seandainya klinik buka). atau apa dokter ada praktek juga di sekitar jakarta barat?
Terima Kasih
Pusat Terapi dan Tumbuh Kembang Anak (PTTKA) Rumah Sahabat Yogyakarta
melayani deteksi dini anak berkebutuhan khusus dengan psikolog, terapi
wicara, sensori integrasi, behavior terapi, Renang& musik untuk
anak berkebutuhan khusus, terapi terpadu untuk ADD, ADHD, fisioterapi, home visit terapi &
program pendampingan ke sekolah umum dan pelatihan terapi bagi orang
tua anak berkebutuhan khusus. informasi lebih lanjut hubungi Jl Perintis Kemerdekaan Perum Gambiran C2 UH 5 Yogyakarta tlp 0274
8267882
Dear dokter
Dokter setelah saya membaca artikel tentang SI, anak saya berumur 4,5 tahun sedang menjalani terapi juga, dikrenkan terlambat bicara jd sedanfg menjalani terapi okupasi, wicara n prilaku, alhamdulillah sudah semakin banyak perkembangannya, sudah mulai banyak nyeloteh bicara dan kosa kata banyak di dapat, hanya saja kontak matanya msh belum dapat, dlm arti jika di panggil kdng noleh dan nyahut, tapi msh semau mau sikapnya, jika di arahkan baru, saya mau bertanya apakah ada cara n terapi untuk membantu kontak mata n kefokusannya? seperti d massagg? mohon informasi dan sarannya>>. Terima kasih banyak sebelumnya
Dear Dokter,
Saya mempunyai seorang anak yang sekarang umurnya 4 thn, dalam masa terapi SI juga. Seiringnya waktu terapi alhamdulillah ada kemajuan sedikit-demi sedikit pada anak saya. hanya saja belakangan ini emosinya yang semakin menonjol, apabila ada kemauan atau tidak mau mengikuti perintah dia marah, mangis dan teriak.
saya mau bertanya apa sebabnya anak saya seperti itu, dan bagaimana cara menanganinya
Dear Rina,
Terima kasiha tas pertanyaanya. Apakah sudah didiskusikan dengan dokter mengenai perubahan perilaku dan emosi pada anak?
Jika belum, lebih baik dikonsultasikan terlebih dahulu, karena terapi SI ini memang memerlukan kesabaran dan perhatian ekstra dari orang tua. Semoga bermanfaat.
Terimakasih.